Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30_Menjadi Bayangan Orang Lain
Raya merasa kesulitan untuk menelan salivanya sendiri, seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam tenggorokannya. Kakinya melangkah gontai membiarkan air hujan mengguyur tubuhnya. Otaknya tak bisa berfikir dengan baik, entah kemana kakinya membawanya pergi Raya terus melangkah semakin jauh dari tempat yang sempat dia singgahi tadi.
Teriakkan Dirga dia abaikan begitu saja. Raya menulikan pendengarannya tidak ingin kembali mendengar suara pria itu " Huh!" Raya tidak percaya jika ini akan terjadi padanya. Mengingat kejadian tadi dadanya kembali sesak seperti ada yang meremas kuat paru parunya.
Hari semakin gelap, hujan pun semakin deras. Raya tidak menyadarinya jika saat ini dia menjauh dari jalan utama " Mereka pikir hidup gue ini mainan apa?" Raya memukul kuat dada kirinya berusaha menetralisir rasa sakit yang entah kenapa semakin sakit saat mengingat kejadian tadi.
" Gue juga pengen bahagia," Racaunya kembali " Tapi bukan seperti ini!"
" Disaat ada orang yang mau mengakui kehadiran gue, tapi kenapa dia memperlakukan gue seperti ini?"
" Kenapa dia mencari sosok dirinya dalam diri gue? Dasar Bego. Sampai kapanpun Lo nggak bakal bisa nemuin dia dalam diri gue, karena kami berbeda!" Makinya untuk Dirga.
" Arrrggggggg...... Hiks!" Raya berjongkok. Dia sudah tidak kuat lagi. Rasa sakit di dada kirinya benar benar membuat Raya tak berdaya. Air matanya jatuh, menyatu dengan air hujan yang membasahi pipinya.
Wajahnya yang pucat dengan bibir yang membiru Raya biarkan begitu saja. Berjalan dalam keadaan kacau seperti saat ini membuat Raya tak sadar jika dia sudah berjalan cukup jauh. Dia terisak, membiarkan air matanya jatuh kembali untuk pria yang seharusnya tak pantas untuk dia tangisi.
" Untuk yang kedua kalinya kenapa kau sangat senang membuatku menderita Tuhan?" Raya mengangkat kepalanya, menatap langit yang gelap seolah olah kini dia sedang berbicara dengan Tuhan " Dulu Hito sekarang Dirga. Kenapa sangat sulit untuk mendapatkan pengakuan dari mereka? Aku hanya ingin mereka tahu jika akupun ada, aku ada!" Teriaknya.
Perlakuan Dirga terhadap Raya membuatnya benar benar sakit. Menerima Raya karena dirinya mirip dengan sosok di masa lalunya dan itu membuat Raya benar benar kecewa. Jadi selama ini Dirga memperlakukan Raya dengan manis karena berfikir jika Raya adalah sosok gadis yang dia suka? Dirga tidak menganggap jika Raya adalah Raya, namun setiap melihat Raya bayangan gadis yang dia suka selalu muncul saat menatap wajahnya. Sampai sini Raya paham. Di depan mata Dirga Raya bukanlah dirinya, melainkan bayangan sosok gadis yang Dirga suka sampai saat ini.
Siapa gadis itu? Dan seperti apa dia, sampai sampai Dirga menganggap Raya adalah dirinya.
" Hiks," Raya terus menangis, membiarkan hujan terus mengguyur tubuhnya. Tak ada orang lain disana kecuali dirinya, karena saat ini tengah hujan deras membuat orang orang betah berdiam diri di rumah.
Bukan sakit karena cintanya tak terbalas, bahkan Raya pun tidak tahu dengan perasaannya sendiri terhadap Dirga. Raya tidak merasakan apapun saat Dirga mengakui jika pria itu mencintai gadis lain, hatinya baik baik saja. Tapi saat mengetahui Dirga mencari sosok itu dalam dirinya, barulah Raya merasa di khianati. Jika bayangan gadis itu tidak ada dalam dirinya mungkin sampai saat inipun Dirga tidak ingin berteman dengannya. Hatinya sakit saat kehadirannya tak lagi di anggap dan inilah yang membuatnya kembali seperti ini.
Kepalanya menunduk membiarkan rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Isakannya semakin kencang, namun hujan yang deras mampu meredam suaranya. Raya ingin bangkit, pulang dan mengurung diri di dalam kamar. Setelah dia menyadari dimana dia sekarang, rasa takut itu mulai menghampirinya.
Gelap. Hanya mengandalkan lampu taman namun itu tidak cukup untuk Raya yang takut kegelapan di saat hujan. Raya membenci situasi seperti ini. Kakinya sulit untuk dia gerakkan, kepalanya menoleh kekiri dan ke kanan memanggil siapa saja untuk menolongnya " Please jangan sekarang!" Dia masih berusaha, dia mencoba untuk bergerak meskipun dengan posisi berjongkok.
" Arrgggg!" Raya berteriak saat suara gemuruh memecah suara derasnya air hujan. Tubuhnya yang sudah cukup lama terguyur hujan kian membuat wajahnya semakin pucat
" please please. Siapapun tolong gue!" Matanya terpejam erat, tidak berani untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tuhan, saat ini dirinya benar benar tak berdaya. Raya benar benar ketakutan saat ini.
" Mami Raya takut," Bisiknya pelan. Bibir nya yang sudah membiru kembali bergetar hebat, dinginnya air hujan kini mulai terasa menusuk kedalam tulangnya.
Apakah dia akan berakhir disini?
Raya menggelengkan kepalanya kuat. Masih banyak mimpi yang harus dia raih. Begitupun hubungan-nya dengan Hito, Raya ingin mendengar penuturan pria itu sekali saja bahwa dirinya sudah benar benar menerima kehadirannya.
Raya sudah tak kuat. Rasa dingin di tubuhnya dan rasa takut yang menyelimutinya membuat dirinya benar benar tak berdaya. Sampai akhirnya dia tak lagi merasakan tetesan hujan jatuh mengenai tubuhnya.
Raya mulai membuka matanya perlahan. Meskipun masih terdengar suara gemuruh Raya tetap berusaha membuka matanya. Dan setelah berhasil membuka matanya, bibir itu kembali bergetar menangis menumpahkan cairan bening seperti kristal.
Raya langsung memeluk Hito yang berada di depannya. Pria itu memayunginya menggunakan jaket miliknya. Rambutnya mulai basah oleh air hujan, meneteskan air dari rambutnya dan mengenai wajahnya. Raya mengeratkan tangannya, takut jika Hito akan meninggalkannya.
" Maaf gue terlambat," Raya menggelengkan kepalanya saat Hito berbisik tepat di telinganya " Lo nggak salah. Harusnya gue yang minta maaf. Maaf gue nggak nurut sama omongan lo!"
Hito memakaikan jaket itu pada Raya lalu dia menarik diri dari pelukan itu. Tangannya terulur menangkup wajah Raya " Gue takut. Jangan tinggalin gue." Hito menggelengkan kepalanya lalu menarik Raya kembali dalam pelukannya.
" Buat apa gue nyari nyari Lo kalo akhirnya gue ninggalin Lo ndut? Gue kesini buat Lo, gue khawatir sama Lo!" Hito membalas pelukan Raya memberitahukan pada gadis itu jika dia tidak akan meninggalkannya.
Raya menangis mendengar penuturan Hito, hatinya yang hancur kembali menghangat mendengar penuturan dari pria itu " Entah ini mimpi atau halusinasi tapi gue seneng Lo ada disini."
" Lo nggak mimpi. Ini nyata. Gue kesini buat Lo!" Raya menatap mata Hito yang tengah menatapnya juga. Cairan kristal itu kembali jatuh dari sudut matanya, menyatu dengan air hujan melintasi pipinya. Angin malam semakin kencang begitupun dengan hujan yang semakin deras.
Tangan Hito terangkat menghapus air mata Raya dengan ibu jarinya " Kita pulang!" Ajaknya pada Raya.
Disaat Raya ingin bangkit kakinya terasa lemas membuat tubuhnya terjatuh mencium jalan taman " Ndutt!"
" Gue nggak kuat. Kaki gue lemes ba_kyaaaa!" Hito segera kembali membawa Raya kedalam pelukannya saat suara gemuruh itu kembali memecah suara Hujan. Raya terisak dengan kedua tangan yang mencengkeram kuat kaos yang dikenakan oleh Hito.
" Stttt. Gue ada disini, Lo jangan takut oke." Hito mendaratkan tangannya di pucuk kepala Raya melindunginya dari tetesan air hujan.
" Kita pulang," Raya merasakan tubuhnya melayang dan benar saja Hito tengah menggendongnya. Mata hitam itu terlihat menenangkan, membuat Raya merasa nyaman berada di dekatnya. Segalak dan sekejam apapun Hito pria itu selalu membuatnya nyaman saat bersama dirinya. Dan rasa ini telah lama Raya rasakan sejak dulu. Dan inilah salah satu alasan kenapa dia ingin mendapatkan pengakuan dari pria ini.
" Terimakasih!" Hito menunduk melihat kearah wajah Raya yang tengah menatapnya. Lalu mata gais itu tertutup hilang kesadaran.