"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan yang salah
Pintu berhasil dibuka setelah Daniel dan Martin sama-sama mendobraknya, Arjuna tak menghiraukan hal itu sama sekali dia malah lanjut menciumi Siren.
Sementara Siren hanya bisa terisak dan melawan sekuat tenaga sambil menahan malu.
Daniel menarik bahu Arjuna, hingga dia berhasil menyingkir dari Siren, tanpa pikir panjang pukulan dilayangkannya hingga Arjuna jatuh ke lantai.
Siren berusaha menutupi tubuh atasnya dengan robekan bajunya, karena tidak ada apapun didalam kamar ini yang bisa dia jadikan pelindung.
Martin memegangi Arjuna supaya Daniel lebih leluasa memukul Arjuna, Daniel memukulnya lagi bertubi-tubi sampai wajah Arjuna memar, dari kedua sudut bibirnya pun keluar darah.
Dia tidak bisa melawan.
"BRENGSEK!!! UDAH GILA LO??" teriak Daniel menggebu-gebu.
Arjuna tersenyum tipis sambil berusaha mengusap darahnya.
"Lihat apa yang bakal terjadi habis ini...gak akan gue kasih kesempatan buat lo"
"Lo cuma bisa ngancem hah? Banci lo?"
"Terserah! Gue nggak peduli penilaian lo, yang penting Siren milik gue!"
"Jangan harap, laki-laki bajingan kayak lo gak akan bisa miliki Siren!"
Lagi-lagi Arjuna tertawa kecil, bertepatan dengan itu dua orang satpam masuk kedalam dan hal itu makin membuat Siren malu, dia sampai menjatuhkan dirinya sendiri ke bawah, dan bersembunyi dibalik ranjang yang luas itu.
"Tolong bawa dia pak karna dia mau perkosa pacar saya"
"Maaf ini mabuk apa bagaimana?"
"Sepertinya begitu, jadi tolong amankan dulu daripada buat keributan"
Martin menyerahkan Arjuna kepada dua orang satpam itu, tak lupa melempar kaos yang tergeletak dibawah ke arah Arjuna.
Arjuna menatap Daniel berkilat-kilat, seolah dendam yang menumpuk ingin segera diluapkan.
"Siren?" Daniel memanggilnya, masih terdengar isakan tangis.
"Dibawah kayaknya" ucap Martin.
Daniel dan Martin pun memutari kasur, mereka mendekati Siren setelah melihat Siren yang menangis sesenggukan sambil memeluk dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Daniel segera memeluknya erat.
"Maafin aku ya, maafin aku karna nggak bisa jagain kamu"
Siren menggeleng, Daniel melepas pelukannya dan menatap wajah Siren, perlahan dia mengusap air mata Siren yang masih berjatuhan.
"Aku nggak mau pulang.."
"Iya..iya gapapa nanti biar aku yang bicara sama orang tua kamu ya"
Martin menoel bahu Daniel, reflek Daniel menoleh.
Dia memberikan jaket yang dia kenakan supaya bisa dipakai Siren karena tau Daniel hanya memakai kaos, mana mungkin diberikan ke Siren.
Daniel mengambilnya lalu dia memakaikan jaket itu ke tubuh Siren.
"Kita pulang ya.."
Siren mengangguk lemah, Daniel membantunya berdiri.
"Lo duluan aja ya, biar gue urus kerusakan pintunya dulu" ucap Martin
"Oke..bilang ke gue juga nanti habis berapa biar kita patungan aja"
Martin mengangguk.
*
Ketika mereka tiba dirumah Siren, Siren ingin sekali memberontak karena dia tidak mau pulang sama sekali.
Tapi Daniel tentu mencoba menenangkannya, lebih rumit lagi jika Daniel nekat membawa Siren pulang, dia tidak mau dicap laki-laki nakal dengan orang tua Siren.
"Kalo kamu nggak mau masuk, biar aku aja dulu ya..kamu tunggu sini"
"Gimana kalo ada dia?"
"Gak..aku yakin dia masih di club"
Siren tampak ragu, karena dia tidak tau kecepatan Arjuna dalam menangkapnya jadi sepertinya lebih baik ikut masuk kedalam rumahnya sendiri.
"Siren!!" panggil mami yang baru keluar dari rumah.
Siren mengepalkan kedua tangannya, melihat orang tuanya emosinya muncul lagi.
"Ayo Ren, masuk aja yuk"
Siren mengangguk.
"Dari mana? Kenapa wajahmu kusut begitu? Habis nangis kan? Kenapa?" tanya mami saat mereka sudah duduk manis diruang tamu, runtutan pertanyaan mami membuat Siren pusing, dia tidak ingin menjawab sama sekali.
"Boleh saya yang jawab Tante?"
Mami menatap Daniel tidak suka, tapi akhirnya mengangguk juga.
"Pertama-tama saya minta maaf karena tidak bisa menjaga Siren, tapi saya harus jujur yang menyebabkan Siren seperti ini adalah anak anda sendiri"
Mami mengerutkan dahi..
"Siapa? Arjuna? Kamu nuduh dia?"
"Ya kalau anda tidak percaya, anda bisa tanya orang nya langsung"
"Mami tau nggak sih kalo dia hampir aja perkosa aku? Dengan entengnya mami masih setuju sama rencana pernikahan sialan itu?"
Karena mendengar suara Siren yang melengking, papi datang dari arah belakang.
"Kenapa ini?" tanyanya.
"Serius kamu?" tanya mami
"Ma..udah dari awal aku bilang ke mami kalo nggak mau sama dia, mami tetep aja belain dia! Anak mami aku apa dia?"
Mami dan papi tampak saling berpandangan.
"Kalo gitu jangan larang aku buat lapor polisi"
"Apa perlu? Nggak sampek jadi diperkosa kan?"
Daniel sampai ikut kaget mendengar pertanyaan mami Siren.
"Masih belain dia ma? Aku trauma lho ma.."
"Ren maksud mami kan kita bisa bicara baik-baik, nggak perlu melibatkan polisi juga"
Siren menggeleng, dia sangat amat kecewa dengan ucapan mami yang begitu menyakitinya, padahal mami juga perempuan tapi kenapa dia bisa mengabaikan perasaan Siren yang hancur lebur ini?
"Ada ancaman tante, dia sering ngancam Siren menggunakan rekaman video"
"Video apa?"
"Video Siren yang kurang sopan mungkin, karena dia memasang kamera dikamar Siren"
"Mana? Mami nggak pernah lihat ada kamera dikamar kamu?"
"Di boneka, tepat dibagian mata saya yang bantu nemuin waktu itu" jawab Daniel
"Mami sama papi parah banget sumpah, kalo masih belain dia aku mau keluar dari rumah ini..muak banget tinggal dirumah yang kayak neraka ini!"
Siren berdiri, dia berlari menaiki tangga.
"SIREN!!" panggil mami dengan teriak.
"Tenang dulu ma..kamu dimana waktu kejadian itu?" tanya papi ke Daniel
"Ada, sebenarnya jarak saya sama Siren nggak jauh tapi karna saya lagi bicara sama temen jadi saya nggak tau kalo dia ditarik orang"
"Baru kali ini kan tapi?"
"Nggak tante, waktu Siren demam dia sempet ngajak Siren ke hotel untungnya waktu itu Siren ngabarin saya suruh bantuin jadi ya emang belum sampek kejadian"
Mami kali ini menutup mulutnya, kaget sementara papi berubah cemas.
"Kayaknya keputusan kita emang salah ma" ucap papi kemudian
"Nggak nyangka ternyata Arjuna bisa bersikap seperti itu ke Siren" lanjutnya
Daniel mengangguk-angguk setuju dengan ucapan papi barusan. Dari luar terdengar suara mobil yang memasuki garasi.
"Itu dia" ucap mami
Daniel sangat menanti hal ini, mau tau reaksi orang tua Siren setelah mendengar kejadian itu bagaimana sikapnya kepada Arjuna.
"Tunggu dia masuk dulu mi"
Mami mengangguk.