Terjebak dalam kesalahpahaman di masa lalu, menyebabkan Lauren dan Ethan seperti tengah bermain kejar-kejaran di beberapa tahun hidup mereka. Lauren yang mengira dirinya begitu dibenci Ethan, dan Ethan yang sedari dulu hingga kini tak mengerti akan perasaannya terhadap Lauren. Berbagai macam cara Lauren usahakan untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu, namun berbagai macam cara pula Ethan menghindari itu semua. Hingga sampai pada kejadian-kejadian yang membuat kedua orang itu akhirnya saling mengetahui kebenaran akan kesalahpahaman mereka selama ini.
“Lo bakal balik kan?” Ethan Arkananta.
“Ke mana pun gue pergi, gue bakal tetap balik ke lo.” Lauren Winata.
Bagaimana lika-liku kisah kejar-kejaran Lauren dan Ethan? Apakah pada akhirnya mereka akan bersama? Apakah ada kisah lain yang mengiringi kisah kejar-kejaran mereka?
Mari ikuti cerita ini untuk menjawab rasa penasaran kalian. Selamat membaca dan menikmati. Jangan lupa subscribe untuk tahu setiap kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Jaeyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Permainan Petak Umpet
^^^p^^^
^^^besok jam 10, kita pergi nyari referensi buat proyek^^^
^^^gue Ethan^^^
Laki-laki itu menatap nanar layar ponselnya yang menampilkan room chat bersama orang yang sudah lama tak pernah dia hubungi. Mengingatnya mungkin sudah sekitar 3 atau 4 tahun mereka tidak berhubungan lewat ponsel, untuk sekedar menyimpan kontak satu sama lain pun tidak. Lebih tepatnya Ethan lah yang menghindar untuk berhubungan dengan orang tersebut.
Semenjak kejadian itu, Ethan terus melarikan diri menghindari Lauren. Pada awalnya, Lauren terus berusaha keras untuk menghubunginya dengan tujuan agar dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara mereka. Berkali-kali Ethan mengganti kontaknya agar Lauren tidak dapat menghubunginya, namun anehnya berkali-kali pula gadis itu mendapat kontak barunya.
Usaha itu terus Lauren lakukan selama satu tahun, tetapi dengan egoisnya Ethan terus mengindahkan semua itu. Hingga pada akhirnya, Lauren menyerah dan hanya bisa pasrah jika mereka berdua tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang sudah terjadi.
Ethan tersentak kala kemudian melihat gadis itu sudah membalas pesannya, dan baru menyadari jika sedari tadi dia masih berada di room chat. Langsung saja Ethan menekan tombol kembali dengan gerakan jarinya yang sangat cepat. Sial, laki-laki itu merutuki dirinya sendiri. Jika sudah begini, Lauren sudah pasti berpikir kalau dirinya sangat menanti-nanti balasan gadis tersebut.
“Bego banget,” gumam Ethan sembari membenturkan kepalanya ke meja belajar.
Setelah merasa cukup melampiaskan kepanikannya, Ethan meletakkan kepalanya dengan wajah yang miring menghadap ke samping. Sticky note berwarna hijau yang tertempel di sekat meja belajar langsung menarik perhatiannya, entah dorongan dari mana senyum tipis itu terbit kala melihat benda tersebut.
Nampak sticky note itu sudah sangat lama tertempel di sana, dilihat dari warnanya yang sudah pudar, begitu pula dengan ujung kertasnya yang sudah melengkung hampir setengah. Tangannya pun bergerak meraih, membuka lengkungan kertas itu dan jarinya mengelus tulisan nama yang tertera di sana.
nomorku harus wajib kamu simpan terus ya, +62853xxxxxxxx
salam persahabatan, Laui nya Thana
...*****...
Hari minggu, di mana orang-orang akan menikmati masa libur meski pun beberapa orang menikmati libur itu hanya satu hari. Mungkin sebagian orang akan memanfaatkan waktu berlibur dengan berdiam diri di rumah, baik itu melakukan berbagai macam aktivitas di rumah, atau sekedar tidur seharian di kamar.
Banyak kemungkinan orang-orang lebih memilih tidur seharian di kamar, kesempatan itu digunakan untuk melepas penatnya bekerja selama hampir satu minggu penuh dan bisa jadi sebagai alternatif menghilangkan stress dalam beraktivitas.
Tetapi tak menutup kemungkinan pula, ada sebagian orang yang memilih pergi jalan-jalan pada hari libur. Sering kata orang bilang, pergi healing untuk melepas stress setelah banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja.
Begitu pula dengan Lauren, hari ini dia akan keluar untuk memulai pengerjaan proyek dan anggap saja sekaligus pergi jalan-jalan di hari minggu. Sebenarnya Lauren sangat jarang keluar rumah jika hari minggu tiba. Mungkin sudah bisa ditebak, gadis itu nyatanya lebih memilih tidur seharian di kamar daripada membuang-buang waktu di luar.
Apalagi kegiatan balapannya terjadwal pada setiap malam minggu, hal itu juga menjadi salah satu alasan Lauren untuk mengembalikan energi dengan cara tidur seharian.
Tetapi tadi malam Lauren memilih untuk absen dulu pergi balapan. Mengingat dia sudah ada janji dengan tetangga di depan rumahnya itu untuk pergi, maka dari itu Lauren tidak pergi balapan dan tidur lebih cepat guna mengumpulkan energi sebanyak mungkin.
Jika ditanya untuk apa, sudah pasti gadis itu akan menjawab gunanya untuk mempersiapkan dirinya yang akan berhadapan dengan Ethan.
Ah, mengingat laki-laki itu. Lauren masih tak sepenuhnya percaya, jika tiga pesan dengan nomor tak dikenal itu dikirim olehnya. Sebut saja Lauren terlalu berlebihan, dia tak peduli. Namun dia benar-benar tak menyangka Ethan menghubunginya lebih dulu, meski pun itu bersangkutan dengan proyek yang akan mereka berdua kerjakan.
Bahkan beberapa saat setelah pesan itu masuk ke aplikasi pesan, Lauren tak dapat membalasnya langsung. Gadis itu hanya menatap layar ponsel dengan mata yang berkedip berkali-kali, dengan kepala yang penuh dengan tanda tanya bertebaran.
Apakah dia tidak sedang bermimpi?
Untung saja Lauren tak berlama-lama seperti itu, karena setelah tersadar dia buru-buru membalas pesan tersebut. Dia tak peduli jika nantinya akan salah ketik atau balasan tak nyambung, yang penting dia harus cepat merespon pesan dari orang yang tak terduga itu.
Rupanya keterkejutan Lauren tidak sampai di situ saja. Setelah mengirim balasan kepada Ethan, pesan yang terkirim langsung berubah warna menjadi biru, itu artinya Ethan masih berada di dalam room chat mereka. Karena hal itu pula, hampir saja dia melempar ponsel ke sembarang arah karena rasa syoknya.
Oh ayolah, padahal dirinya sering mengejek Geo dengan kata 'alay' karena laki-laki itu sering bereaksi berlebihan menurutnya, tetapi sekarang malah dirinya yang seperti itu. Jadi teringat satu kalimat. Apapun makanannya, minumannya tetap ludah sendiri.
“Pergi nge date ya?”
Lauren yang tengah sibuk mengikat tali sepatunya dibuat salah fokus dengan suara yang terdengar dari arah pintu, sedangkan dia duduk di gazebo yang berada tak jauh dari rumah.
Tanpa menoleh sedikit pun, Lauren tentunya sudah tahu siapa pemilik suara tersebut dan dia tak berniat untuk menanggapi. Buang-buang waktu saja pikirnya.
“Kebiasaan. Ngacangin orang mulu,” ucap Geo yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan Lauren, dengan tangan kiri yang dia letakkan ke pinggang dan tangan kanannya yang memegang sesuatu.
“Emang lo orang?”
Geo refleks memutar bola matanya malas. “Bisa nggak sih, kalo ngomong tu serius dikit.”
“Emang lo penting? Sampai gue harus ngomong serius ke lo. Lo aja-”
“Lauren stop. Gue serius anying, karena nggak biasanya lo keluar di hari minggu begini.”
Kali ini Lauren yang memutar bola matanya malas, kenapa dia harus berhadapan dengan makhluk yang seperti ini?
Jika begini, energinya akan terkuras banyak dengan sia-sia sebelum bertemu dengan Ethan yang notaben nya harus banyak mempersiapkan energi. Seperti yang diucapkan Lauren sebelumnya, menanggapi Geo hanyalah membuang-buang waktu dan energi saja.
“Gue mau pergi ngerjain proyek sama Ethan.”
“Berdua doang?” gadis itu mengangguk menanggapi pertanyaannya. “Pengen minta tips biar nggak kikuk dihadapannya nggak?”
“Nggak, terima kasih,” Lauren buru-buru menjawab. Meminta tips dari orang seperti Geo? Itu adalah hal yang sangat gila.
“Yaudah, kalo nggak mau. Padahal gue udah berbaik hati loh.”
Lauren tak peduli akan hal itu. Dia ingin cepat pergi dari hadapan makhluk tak jelas itu, jika saja dia tak salah fokus dengan benda yang tengah dipegangnya itu, lebih tepatnya sebuah cemilan. Sialan. Kenapa cemilan itu bisa ada di tangannya?!
“Bang, lo kebiasaan banget ya,” ucap Lauren sembari menatap tajam ke arah Geo
Sedangkan orang yang ditatap seperti itu terlihat kebingungan dan seperti orang linglung.
“Emang gue kenapa?” tanya Geo seperti tidak merasa ada yang salah.
Gadis itu bangkit, berdiri di samping Geo dan tanpa pikir panjang tangannya bergerak menjambak rambut kakaknya sendiri. “Berapa kali gue bilang. Lo jangan sembarangan makan cemilan gue tanpa izin, terutama permen kapas ini!!” Lauren berteriak, tak dapat lagi menahan kekesalannya.
“Bangsat. Beraninya lo jambak gue?!” Geo yang merasa rambutnya seperti ingin tertarik dari kulit kepalanya refleks berteriak tak kalah keras.
“Siapa suruh makan cemilan gue tanpa seizin gue.”
“Emang kalo gue izin, lo bakal iyain?!”
“Ya nggak lah, bego. Cemilan gue nggak seberapa sama cemilan lo yang banyak itu, emang lo masih nggak cukup?!” semakin emosi Lauren meledak, semakin bertambah pula kekuatan di tangannya untuk menjambak rambut Geo.
Walaupun kepalanya terasa teramat sakit, laki-laki itu masih mampu menggelengkan kepalanya. “Siapa suruh cemilan lo enak-enak, gue kan jadi ngiler.”
“Sialan lo bang.”