Benua Naga Hitam
Bukit Barisan, Desa Naga Langit.
Seorang laki-laki tampan dengan tubuh berotot dan sangat proporsional terlihat berdiri di atas bukit dan memandang desa Naga Langit yang berada di bawah bukit barisan. Pemuda itu tersenyum kecil melihat desa Naga Langit yang begitu indah dengan hamparan padi yang menguning dan berbagai bangunan tinggi di beberapa tempat strategis. Pemuda itu memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan.
Pemuda itu bernama Augreen Ran yang baru berusia 17 tahun 5 hari. Augreen Ran dikenal sebagai sampah klan Ran karena tidak memiliki inti energi yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk menginjakkan kaki di dunia praktisi. Seseorang yang memiliki inti energi akan dapat mengolah energi alam menjadi energi tenaga dalam atau praktisi penyihir menyebutnya sebagai energi sihir (mana). Artinya jika tidak memiliki inti energi maka orang tersebut ditakdirkan sebagai sampah, sesuatu yang paling hina di dalam sistem klan besar seperti klan Ran.
Tiga tahun yang lalu Augreen Ran diusir oleh ayahnya yang merupakan kepala klan Ran. Pemuda itu diusir dengan alasan ayahnya tersebut malu memiliki seorang putra sampah yang tidak memiliki inti energi dan ditakdirkan sebagai manusia biasa. Augreen Ran yang diusir oleh ayahnya tersebut mau tidak mau harus pergi saat itu, meskipun kakek dan neneknya mencoba mencegahnya agar tidak pergi, namun apa daya ayahnya sudah bertekad mengusir Augreen Ran dari klan Ran yang terhormat.
Setelah tiga tahun berlalu Augreen Ran kembali ke desa Naga Langit dan berdiri dengan gagahnya di bukit barisan sembari memandang desa Naga Langit yang terlihat begitu tenang dan sangat sejuk.
"Sudah tiga tahun lamanya aku diusir dari desa oleh orang tua sialan itu. Selain bertambahnya beberapa bangunan tinggi, tampaknya tidak ada perubahan yang terlalu mencolok di desa setelah tiga tahun berlalu. Desa ini lebih mirip seperti kota tak berkembang." Komentar Augreen menikmati terpaan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati ke wajah tegasnya.
Augreen Ran membuka matanya dan melihat ke bawah bukit dengan senyuman kecil, lalu terjun bebas tanpa aba-aba dengan wajah tenang dan tersenyum lebar. Pemuda itu terlihat sangat menikmati sensasi adrenalin yang terpacu dan sangat mendebarkan. Adrenalin Augreen Ran semakin terpacu ketika tubuhnya semakin dekat dan lebih dekat membentur tanah bebatuan tajam di bawah bukit.
"Kakek, nenek, cucumu datang!" Gumam Augreen memberikan tanda energi ke sebuah batu kerikil yang sedari awal di genggamannya, lalu melemparnya ke samping dengan santai dan begitu tenang.
"Tukar!" Dengus Augreen menggunakan teknik pertukaran yang dia dapatkan setelah menaklukkan salah satu gerbang ujian Pengakuan Ghaib dari Tombak Naga Kutukan.
Swash!
Beberapa detik sebelum menabrak batu besar tajam di bawah bukit Augreen Ran bertukar posisi dengan batu kerikil yang dilempar tersebut, lalu mendarat sempurna tanpa mengalami cedera sedikitpun. Augreen dapat bernafas lega karena mendarat dengan sangat baik dan sempurna, jika gagal sedikit saja laju gravitasi akan membunuhnya jika terbentur tanah berbatu tajam tersebut, karena bagaimanapun tinggi bukit mencapai 200 meter lebih.
Augreen menghela nafas pelan dengan jantung yang berdebar kencang dan adrenalin yang masih terpacu. "Sungguh menegangkan sekali. Untungnya tidak ada kegagalan ketika bertukar, jika tidak orang itu mungkin akan menari bahagia malam nanti atas kematian ku yang tragis dan konyol." Ucap Derrick membayangkan wajah bahagia ayahnya ketika tahu dia mati.
Augreen Ran langsung menarik perhatian warga desa ketika memasuki bagian tengah desa Naga Langit dengan langkah mantap dan sangat berwibawa. Warga desa mengira Augreen adalah seorang pendekar pengembara, seorang penyihir yang terhormat, atau mungkin seorang pemburu iblis aliansi yang datang ke desa karena suatu misi. Anggapan-anggapan liar itu terjadi karena tidak ada satupun warga desa yang mengenal Augreen Ran yang memiliki wajah tampan rupawan, mengenakan pakaian terbaik bersulam emas, dan terlihat begitu berwibawa sangat jauh berbeda dari 3 tahun lalu saat Augreen masih sangat gemuk dan penampilan acak-acakan.
"Dia tampan sekali. Siapakah dia? Apakah dia seorang pemburu iblis?" Tanya seorang wanita muda dengan penasaran.
"Itu tidak mungkin, dia lebih mirip seperti seorang pangeran. Wajahnya yang begitu tampan sudah menjadi buktinya. Mana mungkin seorang pangeran menjadi pemburu iblis yang suka mengabaikan keluarganya." Balas wanita muda lainnya.
“Jangan karena ayahmu yang bodoh itu, kamu menganggap semua pemburu iblis sama saja. Asal kamu tahu saja, seorang pangeran juga ada yang menjadi pemburu iblis. Bahkan pangeran kerajaan Kano harus menjadi pemburu iblis jika ingin naik tahta menjadi raja Kano.” Protes wanita pertama.
"Siapa pangeran tampan tersebut, apakah dia pangeran berkuda putihku?" Ucap wanita lainnya dengan mata berbinar.
"Dari keluarga besar mana dia berasal?" Tanya yang lainnya.
Celetukan beberapa wanita yang terpesona dengan ketampanan Augreen Ran yang sangat glow up dari penampilannya dulu. Mereka seakan tersihir oleh pesona Augreen hingga membuat pasangan mereka merasa diabaikan dan tersaingi oleh kehadiran Augreen yang memang tampan dan sangat berwibawa.
"Wajahnya terlihat sangat familiar. Tapi siapa dan dimana aku pernah melihatnya?" Celetuk seorang pemuda yang merasa mengenal Augreen Ran ketika melihat lekat-lekat.
"Sayang, kamu mengenal pria tampan tersebut? Siapa dia? Dari keluarga besar mana dia berasal?" Tanya pacar pemuda tersebut dengan sangat bersemangat hingga membuat pemuda itu sangat kesal dan marah.
"Ah… aku ingat sekarang." Pemuda itu akhirnya mengingat siapa Augreen Ran setelah berpikir beberapa saat, ada senyuman menghina di wajahnya.
"Aku ingat sekarang. Dia Augreen Ran tuan muda sampah dari klan Ran salah satu 7 keluarga besar desa Naga Langit. Rumornya tiga tahun lalu dia kabur dari klan karena malu dan tidak memiliki harga diri. Kenapa dia kembali sekarang?" Ucap dan tanya pemuda tersebut dengan senyum menghina dan merendahkan.
Perkataan pemuda itu menggemparkan semua orang yang ada di sana. Para wanita yang kagum seketika merasa jijik dengan Augreen Ran karena statusnya yang sampah klan. Sementara para pria hanya tersenyum kecil menanggapi status Augreen Ran yang memang agak mengerikan di dunia yang sangat keras ini.
"Tuan muda sampah? Lalu apa gunanya berwajah tampan jika terlahir menjadi manusia biasa?"
"Sungguh disayangkan, pemuda setampan ini ternyata seorang sampah."
“Kukira dia seorang pemburu iblis yang terhormat, ternyata seorang sampah klan. Menjijikkan!”
"Haha, kenapa diam saja? Bukankah kamu menyukainya, cepat kejar dan berkenalan dengannya. Siapa tahu dia akan tertarik denganmu.”
"Bagaimana bisa aku tertarik dengan seorang sampah hanya karena wajah? Penampilan benar-benar menipu."
Terdengar berbagai respon yang tidak mengenakkan di telinga Augreen Ran yang terus melangkah maju. Ada yang terang-terangan menghina, ada yang merasa jijik, dan ada juga pemuda yang mendorong wanitanya untuk berkenalan. Hal itu membuat Augreen sakit hati dan ingin membunuh mereka semua, namun tidak ada untungnya sama sekali, yang ada malah sebuah kerugian, karenanya Augreen hanya bisa mengabaikannya dan menelan semua hinaan tersebut.
"Heiheihei. Bukankah kamu sampah dari klan Ran yang tiba-tiba menghilang secara misterius tiga tahun lalu? Aku kira kamu mati dieksekusi oleh klan Ran, karena tidak ingin menanggung malu, tidak diduga kamu masih hidup. Kemana saja kamu selama tiga tahun ini, sampah?" Ucap dan tanya Geri yang tak sengaja bertemu dengan Augreen Ran saat sedang jalan-jalan mengelilingi desa sembari mencari seorang gadis untuk dirusak.
“Ah, benar juga siapa namamu? Augreen… Derri… hm, benar juga namamu Augreen. Sungguh nama yang sangat besar, namun tidak dengan orangnya.” Ucap Geri kembali dan membuat tawa pecah di kerumunan warga desa yang menyaksikan.
Geri sendiri adalah putra tertua dari Edi Rizki yang merupakan kepala klan Rizki. Dimana klan Rizki juga merupakan salah satu dari tujuh klan besar desa Naga Langit dan berada di peringkat keempat dalam tujuh klan besar Desa Naga Langit.
“Geri?” Augreen melirik dingin.
Augreen yang tidak terganggu dengan orang-orang disekitarnya dikejutkan dengan keberadaan Geri yang merupakan orang yang paling sering mengganggunya di masa lalu. Wajah Geri yang sombong dan congkak membuat tangan Augreen gatal ingin memukul, namun Augreen bisa bersikap tenang dan menyembunyikan amarahnya yang sedang meluap-luap.
Augreen mengabaikan Geri dan terus melangkah melewati Geri yang menghadang jalannya. Geri yang merasa diabaikan sontak naik pitam dan sangat marah dengan sikap Augreen yang sangat sombong.
"Hei sampah! Kamu mau kemana, kenapa buru-buru sekali?" Pekik Geri bertanya dengan tidak puas.
Augreen tidak peduli.
"Sudah tiga tahun berlalu, sifatmu masih sama saja seperti dulu dan tidak pernah berubah. Kamu masih tidak mengerti statusmu sebagai sampah yang harus menghormatiku. Berlutut sekarang atau aku akan mematahkan kedua kakimu, sampah!" Pekik Geri geram karena untuk kesekian kalinya Augreen mengabaikannya.
"Cih, sungguh tidak masuk akal." Dengus Augreen tanpa berniat menghentikan langkahnya.
"Apakah kamu sudah lupa bagaimana caraku memberimu pelajaran karena tidak mau berlutut dan memohon kepadaku. Apakah kamu ingin mengingatnya kembali?" Tanya Geri dengan nada merendahkan.
“Sampah! Berlutut dan memohonlah kepadaku atau kamu akan menerima akibatnya!” Ancam Geri kembali.
"Menerima akibatnya?" Augreen menghentikan langkahnya.
Augreen tentu masih ingat ketika dia ditindas oleh Geri tiga tahun lalu. Saat itu dia selalu menolak tunduk dan memohon kepada Geri untuk memberikan jalan ketika mereka berpapasan di jalan. Dimana pada akhirnya Augreen dihajar habis-habisan oleh anak buah Geri karena menolak tunduk dan memohon pengampunan Geri.
“Kamu hanyalah manusia tidak berguna dan selalu mengandalkan orang lain untuk menindas. Jangan sok hebat dihadapanku, sialan!” Ucap Augreen dingin dan melanjutkan langkahnya dengan mantap.
“Kalian patahkan kedua kaki bocah itu dan buatlah dia berlutut di bawah kakiku.” Pekik Geri memerintah karena dihina oleh Augreen sesuai dengan faktanya.
"Lihatlah pria tidak berguna ini, masih sama seperti dulu. Selalu mengandalkan orang lain, tapi masih berani bersikap sombong. Jika kamu memiliki kemampuan maka lakukan sendiri dengan tanganmu. Aku ingin melihat seberapa hebatnya kamu setelah tiga tahun ini. Jangan hanya bisa memerintahkan bawahan lemah mu itu. Pengecut!" Ujar Augreen disertai umpatan dan hinaan.
Sontak saja perkataan Augreen Ran membuat gempar semua orang, karena mereka semua tahu Geri adalah tipikal orang yang suka menindas orang yang lebih lemah darinya. Geri selalu menghajar siapapun yang melawannya, apalagi menghinanya. Jika ada yang melawan Geri akan berlindung di bawah ketiak bawahannya, dan jika belum cukup Geri akan mengandalkan status klan Rizki.
Kerumunan warga yang menonton mulai berbisik-bisik dan menunggu apa yang akan dilakukan tuan muda Rizki, namun mereka semua dapat menebak hasil akhirnya.
"Habislah sudah. Si sampah itu berani menghina dan membuat tuan muda Geri sangat marah. Dia sudah berakhir sama seperti yang sudah-sudah.” Ucap seseorang berbisik kepada temannya ketika melihat Geri tertunduk marah dengan wajah semerah tomat dan tangan mengepal bergetar.
"Hais… Sampah ini baru saja pulang setelah menghilang selama tiga tahun, tapi sudah membuat tuan muda Geri sangat marah. Hidup sampah ini sudah berakhir dan tidak bisa diselamatkan lagi." Bisik yang lainnya prihatin kepada Augreen Ran.
“Belum tentu, bagaimanapun dia adalah putra tertua klan Ran yang terhormat. Meskipun anggota klan Ran membencinya, tapi dia tetaplah bagian dari klan itu. Klan Ran tidak akan membiarkan siapapun yang menghina salah satu anggota mereka, apalagi tuan muda mereka. Aku rasa tuan muda Geri tidak akan berani bertindak gegabah.” Balas temannya dengan tenang.
Augreen tidak peduli sama sekali dengan semua orang yang gaduh. Dia lebih memilih melangkahkan kaki menuju kediaman klan Ran dan menemui kakek-neneknya yang sangat dia rindukan selama tiga tahun dalam pelatihan di bawah bimbingan seorang guru.
"Berhenti! Siapa yang menyuruhmu pergi, sampah!!!" Teriak Geri dengan sangat lantang, namun Augreen tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya.
Melihat itu sontak saja Geri semakin marah dan naik pitam. "Hentikan sampah itu, patahkan kedua kaki dan kedua tangannya, buat dia berlutut di kakiku, sekarang juga!" Perintah Geri kepada tiga orang bawahannya dengan kejam tanpa belas kasihan.
Tiga pengawal Geri mengangguk kecil menanggapi perintah tuan mudanya tersebut. Mereka segera mengejar Augreen yang semakin menjauh dari posisi mereka berada.
"Tunggu anak muda." Cegah salah satu pengawal yang berhasil menyusul dan memegang bahu Augreen.
Augreen melirik pengawal itu dengan lirikan tajam menusuk tulang, pengawal itu bergidik ngeri dibuatnya dan tanpa sadar mundur kebelakang beberapa langkah.
"Cepat berlutut dan minta pengampunan kepada tuan muda Geri, mungkin saja tuan muda akan mengampuni kesalahanmu." Ucap pengawal itu dengan sombong.
Augreen tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.
"Kamu... dasar sampah tak berguna!" Pengawal itu marah dan mencabut pedangnya, lalu menebas Augreen.
Whush!
Pengawal itu hanya menebas angin karena Augreen sudah berpindah dengan cepat ke sampingnya, lalu meninju wajah pengawal itu hingga terhempas.
Bang!
Pengawal itu terhempas cukup jauh akibat pukulan telak tepat diwajah, beberapa gigi pengawal itu bahkan patah dibuatnya.
"Sialan!" Umpat pengawal marah meludahkan giginya yang patah. Pengawal itu dengan penuh dendam menyerang balik Augreen diikuti dua pengawal lainnya.
"Kalian yang memintanya." Ucap Augreen dingin dan dengan cepat menyambut mereka dengan tinjunya.
Dalam beberapa pertukaran jurus saja Augreen mampu menumbangkan tiga pengawal dan membuat mereka babak belur tidak dapat lagi memegang pedang. Augreen menatap tajam Geri yang tercengang melihat tiga bawahannya kalah dengan mudah.
"Geri, apa yang bisa kamu lakukan sekarang? Memanggil ayahmu kesini untuk menindas? Dasar tidak berguna.” Ucap Augreen dingin mengayunkan tangannya yang membentuk pisau.
"Augreen tunggu..." Pekik Geri ketakutan.
Crash!
Ayunan tangan itu membentuk tebasan energi seperti sabit dan langsung menebas Geri yang tidak siap karena masih terkejut melihat Augreen mampu menumbangkan tiga bawahannya dengan sangat mudah.
"Argh!!! Ahhh!!!" Pekik Geri kesakitan ketika tubuhnya tertebas tebasan energi Augreen cukup dalam.
Geri terdorong jauh membentur rumah warga dengan keras hingga membuatnya seketika pingsan akibat tebasan energi Augreen yang sangat kuat tersebut. Beruntung bagi Geri karena energi tebasan itu menghilang jika tidak Geri mungkin akan terdorong lebih jauh lagi, bahkan tubuhnya mungkin terpotong.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Aljihad Chandra D
mantap djawa
2025-01-12
0
Buang Sengketa
udah 2x muncul Derrick. cerita aslinya apa judulnya ya?
2024-08-19
0