NovelToon NovelToon
Pelukan Mantan Ketua Gangster

Pelukan Mantan Ketua Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Model / Romansa / Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Gelap. Florin berdiri di tengah-tengah kesunyian yang mencekam, seakan tiap arah yang dia ambil tak ada ujungnya. Dia tak bisa melihat apapun, tak bisa mendengar apapun sebelum kabut tebal tiba-tiba muncul. Dia melihat bayangan seseorang di kejauhan, semakin dekat dan berada di hadapannya. Liam berdiri tak jauh darinya dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.

"Apa yang terjadi?" Florin mendekat, dengan gemetar dia meraih pipi Liam. Terdapat percikan darah di wajah pria itu, pakaian yang awalnya berwarna putih berubah menjadi merah seakan di warnai. Merah gelap yang sangat pekat dan hampir kehitaman.

Dia tersenyum, Liam tiba-tiba tersenyum lebar menunjukkan keramahan yang sangat instens. Darah yang ada di sekitar bibirnya membuat senyuman yang seharusnya menenangkan hati menjadi terlihat menyeramkan, giginya seperti memantulkan cahaya kemerahan yang menakutkan.

Seluruh tubuhnya gemetar, senyum yang diberikan pria itu padanya terasa terus mendorongnya untuk menjauh dari kegelapan tak berujung yang ada di belakangnya. Dia menjadi takut, rasa ketakutan yang tak bisa dijelaskan itu mulai menggerogoti dirinya perlahan. Hingga tiba-tiba dia semakin terdorong jauh dari Liam.

"Tidak.. Tidak—Liam...," Florin terbangun dengan kaget dari tidurnya. Terbangun dari mimpi yang tak tahu maknanya. Tubuhnya terlonjak duduk di tempat tidur, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Ia terengah, napasnya tersengal seperti ada sesuatu yang menahannya.

Kepalanya terasa nyeri, berdenyut-denyut tak karuan diluar kendali seakan sesuatu mencengkeram kepalanya dengan kuat. Dia berusaha membuat matanya terbuka lebar, berusaha menyadarkan dirinya. Dan baru menyadari dirinya berada di tempat yang tak dikenal.

Florin mengamati sekelilingnya. Ruangan itu cukup luas disebut sebuah kamar, tampak mewah tapi tetapi terasa begitu hampa. Entah itu berasal dari pemiliknya atau memang ada suatu rahasia yang tersembunyi jauh menjadi alasan kehampaan yang dia rasakan.

"Kenapa aku bisa ada disini," Florin mencoba mengingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri—ia ingat berada dalam pelukan hangat Liam terakhir kali, pelukan yang menenangkannya. Tapi, di mana ia sekarang..

“Liam?” Suaranya gemetar, ia memanggil nama pria itu beberapa kali, tetapi tak ada jawaban. Pikirannya kembali berputar, mencoba mencari apa yang hilang dari ingatannya.

Matanya tertuju pada lampu meja yang menerangi ruangan itu, lampu meja kecil di sudut dekat tempat tidur. Tak ada foto atau benda pribadi yang bisa memberi petunjuk siapa pemilik kamar tempat ia berada sekarang. Segala sesuatunya terasa netral, hampir seperti ruangan di sebuah hotel.

Florin memeriksa tubuhnya, dari kepala hingga ujung kaki. Dia masih memakai pakaian yang sama dengan yang di taman dan semuanya masih utuh; tidak ada luka atau rasa sakit selain nyeri di kepalanya. Ia merasa baik-baik saja secara fisik, tetapi pikirannya tidak. Isi kepalanya mulai bercabang mencari sesuatu.

Tanpa keraguan sedikitpun, ia bangkit dari tempat tidur dan mulai berjalan mengelilingi ruangan. Langkahnya terhenti di depan jendela besar dengan gorden setengah terbuka. Dari sana, ia bisa melihat pemandangan pantai yang tenang di bawah langit keunguan menjelang fajar.

Pemandangan indah yang menakjubkan itu seharusnya terasa menenangkan, tetapi kali ini tidak. Ada sesuatu yang mengganggu ketenangan itu, sesuatu yang terasa salah.

Ia beralih ke sudut lain, di mana beberapa furnitur antik dan cantik terlihat berdebu, menambah kesan jika ruangan itu sudah lama tak di diami seseorang. Florin berjalan lebih jauh ke sudut lain. Ia melihat tanda-tanda bahwa ada benda yang pernah lama terletak di sana, namun kini sudah tidak ada.

Semuanya terasa tidak pada tempatnya, seperti ruangan yang baru saja diubah, atau mungkin dibersihkan dari sesuatu.

Rasa penasaran mulai menyelimuti nya, dia perlu jawaban. Florin mendekati pintu dan membukanya perlahan. Ia melihat lorong panjang dengan deretan pintu di kedua sisinya, seperti koridor di sebuah hotel. Dia berjalan keluar, udaranya terasa dingin dan sunyi. Langkah kakinya pelan dan penuh dengan kehati-hatian.

Dari pagar besi yang menjadi pembatas di lantai atas, ia bisa melihat meja panjang dengan banyak kursi di lantai bawah. Yang lainnya tampak seperti bayangan samar yang terlihat di bawah cahaya lampu redup dibawah sana.

Florin beralih dari lantai bawah, dia melihat ke sisi kiri. Diujung lorong, matanya menangkap cahaya yang lebih terang. Dengan rasa penasaran memuncak yang diikuti keraguan, ia berjalan mendekati sumber cahaya itu. Di sana, ia melihat seseorang berdiri membelakanginya, postur tubuhnya sangat mirip dengan Liam.

"Liam?" panggilnya, setengah berharap. Pria itu berbalik, dan wajahnya terlihat berbeda—sangat berbeda. Dia bukan Liam.

"Maaf kupikir—"

"Kau wanitanya?" ucap pria itu memotong ucapannya.

"Ah?"

"Ternyata dia masih punya hati untuk menjalin sebuah hubungan, kau cantik," dia mengamati Florin dengan seksama dibalik mata sipitnya. "tapi kecantikanmu tak akan bisa meluluhkan monster sepertinya. Kupikir bukan karena itu, aku jadi penasaran apa yang merubahnya seperti itu. Semuanya menjadi berantakan disini karena dia, aku menjadi tak ada kerjaan dan hanya berdiam disini. Aku menginginkannya, aku ingin itu berada dalam genggamanku."

Pria itu tersenyum, Florin kembali teringat pada mimpinya dimana senyum Liam terlihat seperti itu. Meskipun terasa lebih menakutkan dari pria ini. "Itu—aku ingin.."

"Kau melakukan sesuatu untuknya? Ah tidak mungkin dia bukan orang yang bisa tunduk karena sesuatu. Dia juga tidak akan tergoda jika kau merayunya, apa mungkin kau malaikat maut yang akan membawanya? Haha, tidak mungkin kan. Kau terlalu kurus untuk mengerjakan pekerjaan itu, kau tahu—mereka akan perlu tenaga ekstra untuk menyeret orang seperti kami ke neraka."

"Maaf sepertinya —,"

"Tapi kau juga pasti tahu, hanya orang baik yang akan cepat bertemu dengan malaikat," pria itu terus melanjutkan ucapannya tak membiarkan Florin untuk bicara sekalipun. "Hei wanita. Kau tak seharusnya berada disini, dan kau tak seharusnya bersama dengan monster sepertinya."

Pria itu berjalan mendekat, membuat Florin melangkah mundur hingga menempel ke dinding. Dia gemetar, dia terpojokkan. Kakinya menjadi lemas, namun dia tetap berusaha untuk tetap berdiri tegap. "Kau terlalu cantik untuknya, bagaimana kalau kau denganku saja. Aku akan memperlakukan mu dengan baik.

Dia tampan, dia putih dan mata sipitnya membuatnya mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dengan Liam. Tapi dia bukanlah penggila pria tampan dan pemuja fisik pria yang dekat dengannya. Dan sekarang di hatinya sudah ada satu yang tidak bisa digantikan, bahkan kepalanya hanya tentang pria itu sekarang, Liam.

Namun sebelum pria itu melangkah lebih jauh, sebuah suara yang lantang terdengar dari ujung tangga.

"Kau akan mati kalau kau berani menyentuhnya."

Florin langsung mengenali suara itu—Jarrel. Pria itu pernah berada di rumahnya dua kali.

"Kau bisa meneruskannya kalau kau ingin dia mengamuk," lanjut Jarrel memperingatkan pria itu bahwa akan terjadi hal buruk padanya jika dia melangkah lebih jauh. Raut wajahnya yang tenang tiba-tiba berubah menjadi kesal dan dia tampak takut. Dengan enggan, pria itu melangkah mundur dan membiarkan Florin pergi.

Dengan cepat Florin segera berjalan mendekati Jarrel yang hendak pergi. Ia memegang tangan pria itu, mencoba menghentikannya. "Di mana aku? Di mana Liam?" tanyanya, suaranya penuh kebingungan dan ketakutan.

Jarrel menatapnya serius, lalu tanpa menjawab apapun dia berbalik memegang pergelangan tangan wanita itu dan menariknya. Dia menariknya kembali ke kamar yang sebelumnya Florin keluar dari sana. "Ini kamarnya, tetaplah di dalam kalau kau ingin aman. Dia akan segera kembali. Tunggu saja," kata Jarrel sebelum beranjak pergi.

Florin mengangguk, setidaknya dia tahu berada dimana dan dia tahu tempat yang aman baginya. Dia langsung menutup pintu begitu Jarrel berjalan menjauh.

"Kupikir aku tidak akan bertemu lagi dengannya sebelum mereka menikah," gumam Jarrel.

"Kau juga menyukainya?" ucap pria yang masih berdiri di ujung lorong. "—atau kau hanya ingin memiliki apa yang dia punya. Ck, berhentilah bersikap iri. Kau dan dia berbeda."

"Urus saja urusanmu, aku bisa merobek mulutmu itu dengan mudah," Jarrel membalas dengan tatapan tajam.

"Ups! Takut..," pria itu tersenyum. Namun Jarrel tak meladeninya lebih jauh, dia kembali melanjutkan niatnya untuk menuruni anak tangga.

Florin kembali ke kamar besar yang sunyi itu, ia duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kedua tangannya. Rasa gelisah dan cemas bercampur, ia berharap Liam segera kembali dan menjelaskan semua yang terjadi.

...----------------...

1
Luka Ingin Mencintai
mampir kak...🙏, folow aku balik ya kak.../Smile/
Agus Tina
kayaknya bagus ... cuus
ros
Luar biasa
LxyHa
kasian nya si flo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!