Sepupu Perempuanmu Adalah Maut

Hari ini adalah tepatnya hari pernikahan Ansel dan Dian. Dia menikah di kantor KUA. Karena Ansel dan Dian pikir keluarganya tidak hadir. Walaupun begitu Dian merasa sedih karena tidak ada satupun keluarganya yang datang dan menjadi walinya. Tapi, setidaknya Ansel dan Dian legah karena sebelum menikah dia sudah memberitahukan keluarganya dan mereka cuman diam dan tidak keberatan. Dia mempercepat pernikahannya karena dia takut perutnya semakin membesar. Tidak butuh waktu lama semua selesai. Dian meneteskan air mata dan Ansel memeluknya dan mencium keningnya. Dian sekarang sudah menjadi istrinya. Ansel berjanji akan membahagiakan Dian dan calon anaknya. Dia akan berusaha untuk mencintai Dian dan melupakan Tania.

...****************...

Di tempat lain Tania dan Kenzi sedang duduk di pinggir pantai dan menikmati pemandangan yang ada di depannya. Tania yang sedang bersandar di bahu Kenzi. Tania merasa nyaman dekat dengannya. Selama berbulan-bulan. Kenzi yang selalu menemani dan menghiburnya. Dan pada akhirnya entah kenapa Tania mulai nyaman dengan Kenzi. Kenzi yang sudah menyatakan perasaannya ke Tania sejak satu bulan yang lalu. Awalnya Tania marah karena ternyata sahabatnya mencintainya dan memendamnya selama bertahun-tahun. Tania merasa Kenzi telah mengkhianati persahabatan mereka. Tapi Kenzi tidak putus asa sama sekali. Kali ini dia akan memperjuangkan cintanya. Hingga akhirnya sekarang Tania luluh tapi dia belum memberikan jawaban. Kenzi yang tidak masalah dengan itu. Dia tahu kalau Tania butuh waktu apalagi setelah apa yang dia lewati. Kenzi sudah berjanji akan berusaha membuat Tania jatuh cinta kepadanya.

"Ken, sampai sekarang kamu masih ngak mau nyerah? Aku sudah membuat kamu menunggu lama. Kenapa ngak cari perempuan lain. Jujur saja aku masih trauma dengan laki-laki. Aku takut semua apa yang terjadi terulang kembali." Ucap Tania.

"Liat aku Nia. Apakah menurut kamu aku akan nyerah begitu saja? Kalau aku ngak serius sama kamu, aku mungkin udah cari yang lain. Menurut kamu ngapain juga aku harus nunggu kamu selama ini kalau aku ngak sayang dan cinta sama kamu. Nia jujur saja dari dulu aku ngak pernah dekat dengan perempuan dan ngak pernah mencintai siapapun selain kamu. Meski aku tahu kalau kamu mencintai orang lain. Aku berusaha ikhlas tapi aku ngak bisa. Dan aku ngak bisa berhenti sayang sama kamu." Ucap Kenzi. Tania pun menatap Kenzi. Tania pun terharu dan tersentuh dengan ucapan Kenzi. Apakah dia akan memberikan satu kesempatan lagi? Pikirnya.

"Aku masih butuh waktu ,Ken. Aku mau kita jalanin dulu. Biar waktu yang menjawab semuanya." Ucap Tania. Kenzi pun mengangguk tersenyum dan memeluk Tania.

"Aku akan selalu menunggu sampai kamu siap Nia." Ucap Kenzi.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan matahari sudah terbenam. Tania dan Kenzi memutuskan untuk pulang. Selama Tania dia di Australia. Mama, Papa dan Abangnya juga ikut menetap di sana. Pekerjaan di Indonesia sudah di handle dengan orang kepercayaan nya. Dia tidak ingin pulang dulu dan mau menemani putrinya di sini.

"Kita pulang yuk." Ucap Tania. Kenzi pun mengangguk.

"Ngak mau makan dulu?" Tanya Kenzi.

"Nanti makan di rumah aja. Hari ini aku yang akan masak bagaimana?" Tanya Tania. Kenzi pun tersenyum dan merasa senang karena hal itu.

"Boleh." Ucap Kenzi tersenyum. Mereka pun berlalu pergi.

Sesampainya di rumah Tania berlalu ke dapur dan memasak. Sedangkan Kenzi lagi main PS bersama Dion. Mama Hani dan Papa Bian belum pulang.

"Giman Ken?" Tanya Dion. Kenzi mengerutkan dahinya bingung.

"Apanya yang gimana, Bang?" Tanya Kenzi.

"Maksud gue kamu gimana sama Tania?" Tanya Dion. Sebenarnya Dion sangat mendukung Tania dan Kenzi menikah. Dia ingin melihat adiknya bahagia. Apalagi Dion dan Kenzi sudah dekat dan kenal dari lama. Dia hanya bisa berharap semoga Kenzi bisa membahagiakan adiknya. Kenzi pun mengangguk mengerti apa yang di tanyakan oleh Dion

"Ya begitu bang. Belum ada kepastian. Tapi gue yakin suatu hari nanti Tania akan menerima dan cinta sama gue." Ucap Kenzi. Dion pun mengangguk. Mungkin adiknya belum bisa melupakan masa lalunya yang pahit. Dan itu cukup sulit dan tidak mudah untuk di lupakan dalam waktu yang singkat.

"Sabar ya. Semua hanya butuh waktu." Ucap Dion. Kenzi pun mengangguk tersenyum dan melanjutkan bermain.

Tiba-tiba Tania datang dan sudah selesai memasak.

"Ayo kita makan." Ucap Tania. Dion dan Kenzi pun mengangguk dan berjalan ke meja makan.

"Wah enakni kayaknya." Ucap Dion.

"Bukan kayaknya. Tapi memang enak bang." Ucap Tania tersenyum sedangkan Dion hanya memutar mata malas.

Dan tiba-tiba Mama Hani dan Papa Bian pun datang.

"Mama, Papa." Ucap Tania berdiri dan memeluk Mama dan Papanya.

"Wah ada Kenzi juga. Ada acara apa ini." Ucap Papa Bian tersenyum.

"Ngak ada acara ,Pah. Ngak tau Nia kesambet apa sampai-sampai masak banyak begini." Ucap Dion

"Apaansih bang. Emang ngak boleh?" Tanya Tania kesal.

"Udah ya. Lebih baik kita makan bersama." Ucap Mama Hani. Semuanya pun mengangguk dan duduk menyantap makanan di hadapannya.

...***************...

Sedangkan di tempat lain Dian dan Ansel lagi di rumah sakit karena tiba-tiba perut Dian sakit. Dan Ansel dengan cepat membawanya ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Tanya Ansel dengan khawatir. Dokter yang baru saja keluar setelah memeriksa Dian.

"Istri bapak hanya mengalami kram biasa. Dan tidak ada yang perlu di khwatirkan. Mungkin ini adalah pengaruh pikiran yang membuat perut istri bapak kram. Sebaiknya ibu hamil jangan sampai stres karena itu bahaya bagi janin apalagi usia kandungannya masih mudah. Rentang untuk keguguran." Ucap Dokter. Ansel pun mengangguk.

"Istri saya perlu rawat inap?" Tanya Ansel.

"Tidak. Istri bapak boleh pulang sebentar." Ucap Dokter

"Terimakasih Dok." Ucap Ansel. Dokter pun mengangguk tersenyum. Ansel pun berlalu pergi menemui Dian yang terbaring.

"Kamu ngak papa sayang?" Tanya Ansel. Dian pun mengangguk tersenyum.

"Aku ngak papa kok." Ucap Dian

"Kamu lagi mikirin apa?"" Tanya Ansel.

"Aku mikirin Mama sama Papa." Ucap Dian. Ansel pun mengangguk mengerti.

"Sabar ya. Ini hanya soal waktu saja. Semua akan membaik seiring berjalannya waktu. Kamu juga Ngak boleh banyak pikiran. Kasian anak kita kalau ibunya stres. Kamu fokus sama kandungan kamu dulu." Ucap Ansel. Dian pun mengangguk tersenyum.

"Iya sayang. Aku janji ngak akan sedih lagi." Ucap Dian.

"Kalau begitu kita pulang yuk." Ucap Ansel.

"Iya sayang. Tapi kita singgah beli sate ya. Aku lagi pengen makan sate ." Ucap Dian. Ansel mengangguk tersenyum.

"Siap ibu bos."