NovelToon NovelToon
Trap Of Destiny

Trap Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Iblis / Peramal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Dipa Pratiwi

Terima atau tidak, mau tak mau manusia harus menerima kenyataan itu. Bahwa mereka terlahir dengan apa adanya mereka saat ini. Sayangnya manusia tak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. Kalau bisa memilih, mungkin semua orang berlomba-lomba memilih versi terbaiknya sebelum lahir ke dunia.

Terkadang hal istimewa yang Tuhan beri ke kita justru dianggap hal aneh dan tidak normal bagi manusia lain. Mereka berhak untuk berkomentar dan kita juga berhak memutuskan. Mencintai diri sendiri dengan segala hal istimewa yang Tuhan tuangkan dalam diri kita adalah suatu apresiasi serta wujud syukur kepada sang pencipta.

Sama seperti Nara, yang sudah sejak lama menerima kenyataan hidupnya. Sudah sejak dua tahun lalu ia menerima panggilan spiritual di dalam hidupnya, namun baru ia putuskan untuk menerimanya tahun lalu. Semua hal perlu proses. Termasuk peralihan kehidupan menuju hidup yang tak pernah ia jalani sebelumnya.

Sudah setahun terakhir ia menjadi ahli pembaca tarot.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Dipa Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gangguan Gaib

Semuanya kembali membaik setelah sosok tadi menghilang. Ia sama sekali tak tahu dari mana asalnya dan kemana perginya.

Malam bulan purnama memang selalu sedikit berbeda dari malam-malam biasanya. Ada banyak hal di luar nalar yang terjadi saat energi negatif dominan menguasai bumi. Bahkan golongan manusia dengan kekuatan spiritual tertinggi saja kewalahan dibuatnya.

"Benda apa itu bu?" tanya Nara penasaran.

"Darah kuda putih," ungkap wanita itu secara gamblang.

Mendengar jawaban tersebut, sontak Nara terkejut dan tak percaya dengan apa yang barusaja ia dengar.

"Apa?" tanya Nara sekali lagi untuk memastikan.

"Ya, kau tak salah dengar," balas wanita itu.

Lagi-lagi Nara hanya bisa terdiam. Ia masih tak percaya. Otaknya masih sibuk memproses segala informasi yang barusaja ia terima.

"Bagaimana ibu bisa mendapatkan itu?" tanya Nara lagi.

"Ini milik ayahmu," jawabnya.

"Ayahmu selalu menyimpan darah kuda putih di dapur. Katanya gunakan saat merasa terancam karena hal roh jahat," jelas wanita itu kemudian.

Di dalam dunia spiritual, darah kuda memang terkenal ampuh untuk mengusir roh jahat. Itu adalah sesuatu yang selalu berusaha untuk mereka hindari.

"Ku pikir itu milik ibu," kata Nara.

"Tentu saja bukan. Ayahmu yang memilikinya," kata wanita tersebut.

Setelah kejadian tadi, Nara dan ibunya berinisiatif untuk menutup berbagai akses masuk ke dalam bangunan ini. Mulai dari pintu hingga jendela. Nara juga merapalkan beberapa mantra yang sempat ia pelajari dari almarhum ayahnya sebelum meninggal.

Kini mereka bersiap untuk tidur setelah melewati hari yang cukup melelahkan. Terutama Nara, ia harus mengganti jam tidurnya yang kemarin.

Sejauh ini semuanya harusnya tampak aman. Sudah tidak ada lagi energi negatif yang berada di tempat ini. Mereka semua berada di luar. Nara dan keluarganya sudah membentengi rumah ini dengan berbagai segel yang akan sulit dibuka oleh para roh jahat.

"Bu, apakah setelah meninggal ayah berubah menjadi roh jahat?" tanya Nara pada ibunya.

"Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?" tanya wanita itu balik.

"Entahlah, aku hanya penasaran saja," kata Nara.

"Nak, tidak semua roh jahat berasal dari manusia yang sudah meninggal," ungkap ibunya.

"Mayoritas dari mereka berasal dari manusia yang selalu berbuat jahat semasa hidupnya dan juga manusia yang memiliki dendam sampai akhir hayatnya," jelasnya kemudian.

"Dan sisanya, pergi ke surga untuk menerima balasan yang lebih baik," tutupnya.

Nara mengangguk mengiyakan perkataan ibunya. Namun, ia tak sepenuhnya setuju dengan pendapat wanita itu. Rasanya masih ada sedikit kemungkinan jika ayahnya akan berubah menjadi roh jahat.

"Tidakkah ibu berpikir kalau sosok yang tadi itu adalah roh jahat jelmaan ayah?" tanya Nara lagi.

Mendengar hal tersebut ibunya merasa sedikit terkejut dengan opini anaknya barusan. Asumsinya semakin liar. Ia bahkan menganggap jika ayahnya sudah berubah menjadi sesuatu yang jahat kini.

"Tidak mungkin!" tepis wanita itu dengan cepat.

"Sudahlah, lekas tidur!" perintah wanita itu.

Ibunya sudah menutup mata lebih dulu setelah percakapan mereka barusan. Namun sepertinya belum benar-benar terlelap.

"Aku bisa merasakan ada sesuatu di lantai tiga. Bukan tentang Baron, tapi ada sosok lain selain dirinya di sana. Ia sudah menetap di situ tepat setelah ayah meninggal," gumam Nara.

Ia berharap agar ibunya masih mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan malam ini.

Kemudian Nara menghela napasnya dengan kasar. Gadis itu memutuskan untuk tidur juga. Matanya mulai terasa berat. Rasa kantuk sudah hampir menguasai dirinya sekarang.

...****************...

Saat itu Nara sedang berada di dekat ruko yang semula akan dijadikan tempat praktek dan konsultasi spiritual. Baron dan Oktavia sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara Nara baru menyusul beberapa menit setelahnya.

Ketika berada di depan ruko dan hendak masuk ke sana, Nara mendadak menemukan seekor rubah berwarna merah marun sedang menunggu di depan. Ia tidak pernah melihat rubah ini sebelumnya.

"Rubah siapa ini?" gumam Nara.

Seharusnya rubah tak berada di perkotaan yang letaknya cukup jauh dari lereng pegunungan atau hutan. Jadi sangat tidak mungkin jika ia sampai kemari karena tersesat, kecuali memang ada manusia yang membawanya. Tapi memangnya siapa orang yang berani memelihara rubah, apalagi di perkotaan. Hewan itu terkenal berbahaya.

Menyadari dirinya tengah diawasi, rubah itu pun lantas menggeram. Memberikan aba-aba untuk waspada kepada gadis itu. Namun, tak berselang beberapa lama dari peringatan tersebut, rubah itu langsung berlari ke arah Nara.

Gadis itu sontak ikut berlari ke arah yang sama untuk menghindari rubah tersebut. Ia berusaha untuk berlari secepat yang ia bisa. Meski rasanya mustahil untuk mendahului si ahli dalam hal berlari.

Nara memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan berlindung di sana. Pasti jauh lebih aman. Sementara rubah tersebut terjebak di luar ruangan karena Nara sudah menutup pintunya lebih dulu.

Sekujur tubuhnya terasa bergetar hebat. Ia hampir tak mampu mengontrol langkahnya tadi. Untung saja ia tak terjatuh. Nara terduduk lemas di depan pintu sambil memandangi rubah tersebut. Pergelangan kakinya terluka karena tidak sengaja digigit oleh rubah itu tadi. Beruntung Nara bisa melepaskan diri darinya.

Berselang beberapa menit kemudian Nara mendengar geraman dari arah lain. Ia melihat sekelilingnya dan menemukan seekor hiena berjalan menuruni tangga menuju ke arahnya.

Ia sama sekali tak habis pikir. Darimana sebenarnya hewan-hewan ini berasal.

Tanpa pikir panjang, Nara lekas berlari ke dapur untuk mencari darah kudah putih. Seharusnya ada di sana. Mendapati targetnya berusaha menghindar, hiena tersebut lantas lekas mengejarnya.

'SRAKK!'

'Argh!'

Nara merintih kesakitan tepat setelah hewan itu mencakar pergelangan tangannya.

'Byur!'

Gadis itu langsung membalasnya dengan cepat. Ia menyiramkan darah kuda putih ke tubuh hiena. Membuatnya merasa terbakar. Ia meringkik tak karuan.

'Aaaa!'

Mendadak hiena itu mengeluarkan suara teriakan persis seperti suara manusia. Hal tersebut lantas membuat Nara terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Hingga tiba-tiba ia membuka matanya dengan napas yang terengah-engah.

"Hanya mimpi," gumam Nara sambil mengatur napas.

Ia melihat sekelilingnya. Ibunya masih tidur. Kamarnya tampak sunyi. Tak ada sesuatu yang aneh. Nara mengintip keluar jendela, sama sekali tak ada tanda-tanda keberadaan rubah atau pun hiena.

Akhirnya ia bisa bernapas lega. Semuanya aman. Nara mendapati tubuhnya berkeringat amat banyak. Lalu ia berinisiatif untuk mengecek bekas luka di tubuhnya. Ternyata ada dan sangat nyata. Ia pasti benar-benar sudah di serang oleh kedua hewan itu di alam bawah sadarnya.

Nara berusaha untuk menenagkan dirinya. Kemudian membaca doa sebelum tidur lagi. Bagaimana pun juga ia harus kembali tidur demi kesehatan tubuhnya. Semoga setelahnya tidak ada apa-apa dan ia bisa kembali tidur dengan tenang.

1
Ernawati Ningsih
Ceritanya bagus banget. Mengangkat sudut pandang peramal dan juga kepercayaan akan takdir. Terus ada bahas soal ritual-ritual gitu. Seru banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!