Ardian Herlambang duda tampan yang tak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah sang istri meninggal harus berurusan dengan gadis yang selama ini selalu dihindarinya.
Kinanti Maheswari, dokter cantik yang selama ini selalu menatap satu pria di dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar membuatnya tak bisa berpaling dari Ardi, walaupun berkali-kali lelaki itu mematahkan hatinya.
Hingga akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat Ardi terang-terangan membenci Kinanti dan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati gadis itu. Hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk benar-benar pergi.
"Jangan pernah menghubungiku hanya karena merasa bersalah, semua yang kamu ucapkan benar. Aku bukan siapa-siapa, hanya parasit yang menumpang hidup di tengah-tengah keluarga kalian." ucap Kinan pada Ardi sebelum berlalu menuju calon suami yang sudah menunggunya.
Akankah Ardi menyadari perasaannya setelah kehilangan Kinanti? Bagaimana kehidupan Kinanti bersama lelaki yang tak pernah bisa dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Solusi Yang Menyesatkan
Ardi menatap layar komputer dengan pikiran bercabang. Setelah mendengar permintaan pak Dirut, Ardi tak bisa tenang dan malah semakin gelisah.
Saat ini dirinya malah berada di posisi yang cukup sulit. Ardi tak menyangka jika pak Dirut memberikannya pilihan sulit, bahkan pak Dipta cukup kaget mendengar apa yang pak Dirut sampaikan.
"Seharusnya tak seperti ini." kata Pak Dipta tadi, saat mereka keluar dari ruangan pak Dirut.
"Selalu saja seperti itu, jika berhubungan dengan Sandra. Rasa sayang pak Dirut pada putrinya justru membutakan mata dan hatinya." kata Pak Dipta.
"Tidak apa-apa, pak. Saya paham pak Dirut tak ingin putrinya menderita." kata Ardi yang sebenarnya kesal dengan keegoisan Dirut dan putrinya.
"Bukankah justru akan lebih menderita jika kita menikah dengan orang yang tidak mencintai kita." kata Pak Dipta sambil mengeluarkan bungkus rokok.
"Temani saya ke atas dulu." kata Pak Dipta mengajak Ardi ke balkon atas. Tempat biasanya para karyawan merokok karena merupakan area terbuka.
"Rokok?" pak Dipta menawarkan kotak rokok yang terbuka pada Ardi.
"Saya tidak merokok, pak." tolak Ardi.
"Bagus, rokok memang tak baik untuk kesehatan." kata Pak Dipta lalu menyalakan api dan mendekatkan pada ujung batang rokok yang berada di bibirnya.
"Dulu saya juga tak merokok, seseorang yang saya cintai tak bisa menghirup asap rokok." kata pak Dipta.
"Ketika dia pergi, saya pun mulai merokok melebihi batas normal. Katakan saja saya gila, tapi setiap saya menyala api rokok saya selalu mendengar suaranya yang melarang saya untuk merokok." kata Pak Dipta sambil menghembuskan asap dari mulutnya.
"Begitu pula pak Dirut, dia kehilangan seseorang yang dicintai di usia mudanya. Dan harus membesarkan Sandra seorang diri." kata Pak Dipta lagi.
"Kadang kita baru menyadari orang itu berharga ketika dia sudah pergi meninggalkan kita. Kamu juga kehilangan istrimu, pasti kamu paham maksudku." kata Pak Dipta.
"Iya, pak." kata Ardi.
Dia menatap ke arah langit. Katakanlah dia egois, dia tak terlalu kehilangan Andini saat istrinya meninggal. Dia hanya merasa bersalah karena tak pernah memperlakukan istrinya dengan baik.
"Kadang cinta harus diperjuangkan tapi bukan berarti harus merugikan orang lain." kata Pak Dipta.
"Reza harusnya bertanggung jawab atas perbuatannya pada Bu Winny. Biarpun salah, bukan berarti Bu Winny boleh diperlakukan semena-mena. Saya tak setuju dengan solusi menyesatkan itu." kata Pak Dipta.
"Sepertinya saya akan menyelesaikan masalah ini dulu baru kembali bekerja ibu kota." kata Pak Dipta.
"Tapi, pak. Putra bapak, bukannya bapak harus mendampinginya." kata Ardi
"Vonis sudah dijatuhkan. Saya tak bisa berbuat banyak, karena dia mengaku jika dia memang menjadi pengedar di tempat itu. Tapi untuk kamu, vonis mu belum dijatuhkan dan masih bisa mendapatkan bukti dan saksi." kata Pak Dipta.
"Ayo kita kembali ke ruangan." ajak pak Dipta
"Kenapa?? Kenapa bapak malah membantu saya?" tanya Ardi penasaran.
"Entahlah, lebih tepatnya saya membantu Bu Winny. Keadaannya mengingatkan ku pada seseorang." kata Pak Dipta.
"Mas... Mas..." Imam memanggil Ardi, menyadarkan dari lamunannya.
"Itu, mas. Laporannya tolong segera di cek, udah ditunggu pak Dipta." kata Imam menunjuk map yang berisi kertas-kertas laporan.
"Oh, iya. Sebentar ya." kata Ardi lalu segera mengecek lembaran-lembaran kertas di atas mejanya.
"Mas, Bu Winny benar-benar dipecat ya mas?" tanya Imam dengan pelan
"Nggak tau juga, Mam. Soalnya belum final dari HRD." kata Ardi.
"Gimana mau final yang menghamili kan kepala HRD nya." kata Daniel tiba-tiba nimbrung.
"Hus, jangan keras-keras kalau kedengaran pak Dipta bakalan panjang urusannya." kata Imam mengingatkan temannya.
"Ck, aku rasa pak Dipta udah tau. Kemarin Bu Winny sama Bu Sandra ribut besar dan banyak karyawan yang mendengar pertengkaran mereka. Dan si Reza itu memang benar-benar penjahat kelamin. Bisa-bisanya dia begitu sama Bu Winny." kata Meli yang duduk di depan mereka.
"Sudah-sudah, kita jangan membahas masalah itu dulu. Ini laporan udah bener, boleh diantar ke ruangan pak Dipta." kata Ardi lalu menyerahkan map ke arah Imam.
Ardi menghela nafasnya, rasanya dia sangat pusing hari ini.
Masalah kehamilan Winny yang menyeretnya dan berbuntut panjang. Pak Dirut memintanya menjadi penyelamat pernikahan putrinya dan menikahi Winny hingga wanita itu melahirkan. Sebagai gantinya, Pak Dirut menjanjikan jabatan sebagai kepala divisi perencanaan.
Tawaran yang menggiurkan bagi orang yang berambisi pada jabatan dan harta. Namun, Ardi tak menginginkan itu, dia hanya ingin hidup tenang.
Ardi menatap ponselnya, dua hari ini dia begitu sibuk hingga lupa menghubungi Kinan.
Besok orang tua Kinan akan datang dan Ardi akan menawarkan diri untuk menjemput mereka di bandara.
'Jangan sampai keduluan sama si Bianca itu lagi.' batinnya.
Ardi mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan pada Kinan.
"Ck, lama banget sih balasnya." gerutu Ardi yang melihat ponselnya dari tadi.
Tring
Mata Ardi berbinar saat melihat pesan masuk dari gadis yang selalu membuatnya jengkel.
Boleh
"Ck, apa ini? Hanya satu kata saja." gerutu Ardi.
Mata Ardi sempat membelalak lebar. Kinan yang biasanya mengirimkan pesan tanpa diminta sekarang hanya mengirimkan satu saja.
"Kayaknya anak itu perlu dikasi paham cara menghormati orang yang lebih tua." katanya kesal.
Tangannya meremas ponsel yang digenggamnya. Malam ini dia akan menemui Kinan.
gmna ini kak kelanjutannyaa...
kangen ini ..
❤❤❤❤❤❤❤
good job kinan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
kalo pun misalnya pada akhirnya Kinan ga jadi sama mas bian,, itu karna mas bian akan bertemu jodoh yg lebih baik dari pada Kinan.
Itu harapan ku sih kak,, jangan marah yaaa🙏🏻