Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Mbak Hesti, jangan berani memberikan uang sama sembarangan orang. Ini tanggung jawab kamu dan harus dilakukan secara profesional! " Ujar Dara memperingatkan Hesti.
Hesti mengangguk pelan karena posisi nya yang diapit oleh dua orang penting. Yang satu manager restoran dan yang satu calon istri Ivan.
"Saya akan buat perhitungan sama kamu! " Luna beranjak pergi masuk ke dalam ruangan nya. Ia kesal dan malu telah diperlukan seperti itu oleh Dara. Meskipun para pelanggan lebih cenderung membela nya, namun justru Liam lebih setuju dengan perbuatan Dara yang tidak membiarkan uang itu jatuh ke tangan nya.
Dara menatap Hesti dengan tajam. Ia pikir kalau dia bisa melakukan pekerjaan dengan baik tetapi kenyataan tidak. Posisi kasir yang ditempati nya saat ini harus digantikan oleh orang lain daripada kejadian seperti ini terulang kembali.
"Kamu kenapa ngelihatin saya segitunya? Udah sana pergi" Ujar Hesti yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Dara.
"Mbak Hesti akan dipecat oleh Ivan, saya gak mau melihat kinerja seorang kasir yang buruk seperti kamu"
Ancaman Dara mampu membuat Hesti ketakutan. Tetapi ia mencoba untuk berpikir positif kalau Ivan tidak mungkin mudah memecat karyawan nya hanya karena melakukan satu kesalahan.
Dara memilih menunggu Ivan di depan restoran karena tidak nyaman melihat tatapan sinis yang diedarkan oleh para pelanggan ke arah nya. Mereka cenderung tidak suka dengan sikap nya yang seolah menjadi pemilik restoran ini, meskipun kenyataan nya memang benar.
Ivan kembali ke restoran bersama dua orang polisi yang berboncengan menggunakan motor dinas.
"Ivan, kamu kenapa bawa polisi kesini? " Tanya Dara menghampiri Ivan yang memarkirkan motor.
"Kenalin pak, ini bu Dara selaku pemilik DResto" Ujar Ivan tanpa menjawab pertanyaan Dara.
"Selamat siang bu Dara, kami dari pihak kepolisian diminta oleh pak Ivan untuk menggeledah seluruh restoran ini, terutama ruangan bu Luna yang telah melakukan tindakan korupsi" Ujar salah satu polisi menjelaskan maksud mereka.
"Silahkan lakukan tugas nya pak" Ivan memberikan jalan ke arah pintu masuk. Ia memilih untuk menunggu di luar sambil berbincang dengan Dara.
Dara mengamati kedua polisi yang masuk ke dalam hingga mengangetkan semua pelanggan dan karyawan restoran.
"Semua akan segera terselesaikan dengan ditangkap nya Luna oleh polisi. Untuk masalah Kiki, dia bersedia mengembalikan uang yang mengalir ke rekening nya. Kebetulan uang itu belum pernah dipakai sepeser pun" Ujar Ivan duduk di salah satu motor pelanggan.
"Kok bisa uang nya masih utuh? Lalu niat Kiki meminta uang sama Luna itu untuk apa kalau gak digunakan? " Dara heran dengan tingkah Kiki yang sepertinya ada kejanggalan.
"Kalau soal itu biar jadi urusan pribadi nya, kita gak perlu cari tahu karena gak penting juga"
Dara tidak mau mendengarkan ucapan Ivan karena menurut nya hal itu harus dicari tahu agar semua tuntas tidak tersisa. Ia masih menyimpan rasa penasaran yang pernah dikatakan oleh Luna kalau Kiki menyukai dirinya. Kalau betul begitu, kenapa Kiki malah pacaran sama Luna.
"Kenapa diam Dara? Ada sesuatu yang mengganjal pikiran kamu? " Tanya Ivan yang dari tadi memperhatikan gelagat Dara.
"Gak ada, terus gimana kelanjutan nasib Luna? Apa dia akan segera di penjara? "
"Tentu, setelah polisi selesai menggeledah, saya akan memecat Luna dan besok Sukma akan kembali. Harapan nya sih agar Luna dan bu Puspa ikut mendekam bersama di penjara, tapi tipis kemungkinan karena yang menjadi dalang utama adalah Luna"
"Kalau bu Puspa gak perlu ikut di penjara, biarkan aja dia kesusahan cari makan yang selama ini bersumber dari DResto. Terlalu enak kalau harus ikut di penjara jadi gak perlu susah susah cari makan"
Ivan tersenyum gemas karena pemikiran Dara yang sampai sejauh itu. Ia saja tidak kepikiran mengenai hal tersebut.
"Berarti sebelumnya bu Puspa itu orang yang gak mampu? " Tanya Ivan penasaran.
"Kalau soal itu sih saya gak tahu Van karena belum lama di desa ini"
"Gimana caranya kamu bisa membuat cabang Dresto di desa ini kalau baru datang beberapa bulan yang lalu? "
Dara menjelaskan bahwa orang yang membuatkan cabang DResto adalah papah nya sendiri. Dia sengaja melakukan hal tersebut karena permintaan dari Fira yang ingin sekolah di desa ini. Daripada Dara menemani Fira tanpa melakukan apapun, jadi papah nya berinisiatif membuat cabang restoran.
"Oh ini semua dibuat oleh om Pram. Pantas saja bisa tiba tiba menjadi bangunan restoran yang sudah bagus, ternyata dibuat sejak jauh hari sebelum kamu datang kesini. Tapi apa alasan Fira ingin sekolah di desa? Bukannya fasilitas di kota lebih memadai daripada disini? "
"Kalau alasan Fira sih saya gak tahu pasti. Dia cuman bilang ingin mencari suasana baru yang tidak didapatkan di kota. Gak tahu lah aneh juga kalau dipikir pikir" Dara menggelengkan kepala sambil tertawa kecil saat teringat adiknya.
"Semua sudah selesai kami periksa pak, bu. Kami minta ijin untuk membawa beberapa barang yang bisa menjadi bukti lain. permisi" Ujar polisi itu yang langsung pergi.
Ivan dan Dara menunggu hingga waktu restoran tutup yaitu jam delapan malam. Mereka duduk di belakang restoran sambil menikmati kesejukan yang jarang dirasakan di kota selama ini. Hingga waktu restoran tutup tiba, Ivan bergegas mengumpulkan semua karyawan.
Dara hanya menunggu di depan restoran seperti biasa untuk memastikan semua telah dilakukan dengan tepat.
"Sudah kumpul semuanya? Oke saya mulai sekarang tanpa basa basi. Ada salah satu karyawan DResto yang melakukan tindakan korupsi hingga mengakibatkan kerugian sebesar milyaran rupiah. Bahkan yang lebih parah nya lagi, uang itu sudah dibelikan rumah serta tanah dan dikelola secara pribadi" Ujar Ivan mengawali pembicaraan.
"Siapa yang berani melakukan itu? "
"Mungkin Bayu yang sempat diturunkan jabatan nya"
"Parah banget ya orang itu pantas di penjara"
Bisik beberapa karyawan.
Luna menggenggam tangan dengan gemetar. Keringat menetes bercucuran membasahi dahi hingga baju nya. Ia sadar kalau akan segera dipecat dan dijebloskan ke dalam penjara. Mengingat semua barang bukti sudah berada di tangan polisi. Nasi telah menjadi bubur, Luna hanya bisa pasrah menerima semua akibat dari perbuatan nya.
"Saya harap hal ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian semua. Jangan pernah berani berbuat kejahatan karena sehebat apapun orang dalam menutupi kejahatan nya pasti akan terungkap juga"
"Siapa orang nya pak Ivan, kami sudah penasaran banget ingin mendengar namanya" Ujar seorang karyawan.
"Luna, malam ini saya pecat kamu! " Seru Ivan.
Semua mata tertuju pada Luna, manager yang selama ini banyak menindas karyawan lain dengan memberikan pekerjaan yang bukan tugas mereka. Dia yang menggunakan jabatan nya secara semena mena tanpa rasa tanggung jawab.