Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?
“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Kedekatan yang Tak Terduga
Sejak beberapa hari terakhir, suasana di sekolah terasa berbeda bagi Rina. Ada sesuatu yang mengganjal, seperti perasaan yang tak bisa ia pahami sepenuhnya. Danu, si misterius yang selalu tampak cuek dan pendiam, mulai menunjukkan sisi lain yang membuatnya semakin sulit untuk ditebak. Setiap kali Rina menatapnya, Danu akan menatap balik dengan pandangan yang entah kenapa membuat jantungnya berdebar kencang. Rasanya seperti ada energi tak terlihat yang mengalir antara mereka.
Pagi itu, Rina berjalan ke sekolah dengan langkah yang sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia merasa sedikit lebih bersemangat, meski belum tahu pasti apa yang akan terjadi hari itu. Sepanjang jalan, dia tak bisa berhenti berpikir tentang Danu. "Kenapa dia bisa begitu berbeda akhir-akhir ini? Apakah dia mulai memperhatikan aku?" pikirnya.
Sesampainya di sekolah, Rina bertemu dengan Sari di depan gerbang. Sahabatnya itu tampak ceria seperti biasa, meskipun wajahnya menyimpan ekspresi penuh rasa ingin tahu. Rina tahu, Sari pasti sudah tidak sabar untuk mendengar cerita terbaru tentang Danu.
"Ada apa? Kamu kelihatan agak aneh pagi ini," tanya Sari dengan nada menggoda.
Rina tersenyum gugup. "Gak ada apa-apa kok," jawabnya sambil berjalan masuk ke sekolah.
Sari dengan penuh semangat mengikuti Rina. "Ayo, ceritakan! Apa yang terjadi dengan Danu? Kok kamu jadi beda banget belakangan ini?"
Rina hanya menggelengkan kepala. "Aku juga nggak ngerti. Rasanya aku mulai bingung dengan perasaan aku. Kadang aku merasa Danu itu... yah, dia itu berbeda, tapi kadang dia juga kayak nggak peduli."
Sari mengernyitkan dahi. "Tapi kamu jadi lebih sering ngobrol sama dia, kan? Aku lihat dia suka duduk di meja kamu sekarang."
"Ya, tapi itu kan cuma ngobrol biasa. Kadang dia pinjam pensil, kadang juga nanya soal pelajaran," jawab Rina sambil menatap jauh ke depan.
Mereka berdua sampai di kelas dan duduk di tempat masing-masing. Tak lama kemudian, Danu datang dengan jaket jeansnya yang sudah mulai pudar warnanya dan Walkman hitam yang selalu ada di saku jaketnya. Tanpa sepatah kata pun, Danu langsung duduk di bangkunya. Namun, kali ini ada yang berbeda. Ia menoleh ke arah Rina sejenak sebelum menundukkan kepala, sibuk dengan buku pelajarannya.
Rina yang merasa sedikit canggung, memutuskan untuk memulai percakapan. "Eh, Danu. Kamu udah dengar lagu baru dari band itu belum? Itu loh, yang lagi hits di radio." Rina mencoba memulai percakapan ringan, seperti yang biasa ia lakukan dengan teman-temannya.
Danu mendongak, menatap Rina sebentar, dan kemudian mengangguk. "Iya, aku dengar. Lagu itu oke, tapi nggak seheboh lagu yang ini," katanya sambil mengeluarkan kaset dari tasnya.
Rina memandang kaset itu dengan penasaran. "Kaset lagi? Kamu memang anak kaset ya?" tanyanya dengan tersenyum. "Aku juga suka dengerin kaset. Dulu, waktu aku kecil, aku punya koleksi kaset banyak banget."
Danu tersenyum tipis. "Iya, kaset itu lebih berasa kalau didengerin. Apalagi kalau pakai Walkman," jawabnya sambil mengeluarkan Walkman-nya dan memencet tombol play.
Rina tertawa kecil. "Aku juga dulu suka banget pakai Walkman. Rasanya kayak punya dunia sendiri. Penuh nostalgia, ya."
"Tentu," kata Danu, seraya menyandarkan tubuhnya ke kursi dan kembali tenggelam dalam lagu yang diputar dari kasetnya.
Rina merasa heran, namun juga merasa sedikit lebih dekat dengan Danu. Interaksi mereka semakin terasa alami, dan ada perasaan hangat yang tak bisa ia pungkiri. Sementara itu, di sebelah meja Rina, Sari memandang dengan tatapan yang penuh arti.
"Suka ya?" Sari berbisik pada Rina setelah beberapa saat. "Tapi hati-hati, Rina, dia bukan orang yang gampang dibaca."
Rina hanya tersenyum tipis. "Aku nggak tahu, Sari. Tapi rasanya, ada sesuatu yang berbeda."
Di jam istirahat, Rina dan Danu bertemu lagi di luar kelas, kebetulan berada di dekat tempat parkir sepeda. Danu sedang duduk di bangku, mengenakan Walkman dengan earphone yang sudah terlihat usang. Rina menghampirinya dengan hati yang berdebar-debar, namun ia berusaha untuk tetap terlihat santai.
"Eh, Danu, bisa nggak aku dengerin kaset itu juga?" tanya Rina dengan canggung.
Danu mengangkat alis dan memandang Rina sejenak sebelum mengangguk. "Boleh," jawabnya singkat.
Rina duduk di sebelah Danu, mereka berdua mendengarkan musik bersama. Suasana menjadi hening kecuali suara musik yang mengalun dari kaset. Rina merasa nyaman, meski sedikit gugup. Mereka duduk bersama tanpa banyak bicara, namun suasana yang tercipta terasa lebih dekat. Saat itu, Rina sadar bahwa ia merasa lebih hidup dengan berada di dekat Danu.
Setelah beberapa lagu, Danu mengeluarkan kaset lainnya. "Kamu suka lagu yang ini?" tanyanya, memutar kaset lain dan menatap Rina.
Rina mengangguk. "Suka banget! Kasetnya kamu buat sendiri?" tanyanya.
Danu mengangguk pelan. "Iya. Aku sering bikin mix-tape. Lagu-lagu yang aku suka, aku gabungin. Kadang aku kasih ke teman, kadang buat sendiri."
Rina merasa sedikit terharu mendengar jawaban Danu. Ternyata, meskipun Danu terkesan misterius dan tertutup, dia juga punya sisi pribadi yang sangat berarti. Kaset yang dibuat dengan penuh perhatian itu seperti sebuah hadiah yang bisa menyentuh hati seseorang.
"Terima kasih, Danu," kata Rina, dan Danu hanya mengangguk kecil. Namun, kali ini Rina bisa melihat sesuatu yang berbeda di mata Danu. Ada kilatan yang tidak bisa ia pahami, tapi membuatnya semakin yakin bahwa hubungan mereka semakin erat.
Mereka berdua duduk di sana, dalam keheningan yang penuh makna, dengan kaset yang menyatukan mereka tanpa banyak kata. Rina merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Keadaan itu terasa sempurna, seperti musik yang mengalun di antara keduanya. Rina menyadari bahwa perasaan yang ia rasakan bukanlah perasaan biasa.
Setelah beberapa lama, mereka berdua beranjak dari tempat duduk, menuju kelas masing-masing. Danu melangkah di depan, sementara Rina berjalan beberapa langkah di belakangnya, masih merasa terpesona dengan momen kecil yang baru saja terjadi.
Ketika Rina sampai di kelas, ia merasa sedikit bingung. Semua perasaan itu bercampur aduk di dalam hatinya. Apa sebenarnya yang terjadi antara dia dan Danu? Apakah ini awal dari sesuatu yang lebih besar, atau hanya kebetulan semata?
Namun, satu hal yang pasti, Rina tahu bahwa ia mulai merasa berbeda tentang Danu. Kedekatan mereka yang tak terduga itu membuatnya merasa lebih hidup, lebih penuh warna. Dan meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, Rina merasa siap untuk menghadapi apapun yang akan datang di antara mereka.
---
Dengan bab ini, kedekatan antara Rina dan Danu semakin terasa, meski masih dibalut dengan keraguan dan rasa penasaran. Suasana nostalgia tahun 90-an dengan Walkman dan kaset mix-tape menjadi simbol dari hubungan mereka yang semakin erat. Begitu juga dengan dinamika ringan dan sedikit komedi antara Rina, Danu, dan Sari yang memberikan warna tersendiri dalam cerita.