Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Hari yang dinanti akhirnya datang juga. Bimo dan Ima hari ini akan melangsungkan perkawinan.
"Saya terima nikah dan kawinya Ima binti sudrajat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." dengan satu tarikan nafas Bimo mengucapkan kata - kata sakral yang mengikat Ima.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.
"Sah."
"Sah."
"Sah."
Ima dan Bimo saling pandang, Bimo akhirnya bisa mempersunting gadis pujaannya. Ima mencium punggung tangan laki - laki yang sudah berubah status menjadi suaminya. Dan Bimo juga mencium kening istrinya sambil membaca doa.
Setelah acara akad,beberapa jam kedepan baru akan dilaksanakan resepsi di gedung yang sama. Para keluarga di persilahkan untuk istirahat di kamar yang sudah disediakan oleh keluarga Bimo.
Bimo yang sudah jadi suaminya Ima membawa istrinya kekamar yang sudah dihiasi layaknya kamar pengantin.
"Acara masih dua jam lagi,kita bisa istirahat dulu,yang." Bimo memeluk gadis berkebaya putih yang sudah menjadi istrinya.
"Aku mau ganti kebaya dulu,mas. Gerah." ujar Ima.
"Perlu bantuan ga?" Goda Bimo membuat Ima tersipu.
"Aku bisa sendiri." Ima langsung masuk kamar mandi,ia takut akan di terkam oleh suaminya.
"Aduh aku lupa bawa baju ganti. Kalau aku minta tolong Mas Bimo nanti yang ada malah ,iest....." Ima menggeleng - gelengkan kepalanya membayangkan kelakuan suaminya,bisa - bisa yang tidak ia inginkan akan terjadi sekarang.
"Gimana ya, masa aku mau di sini terus. Minta tolong ga ya." sudah setengah jam Ima bolak balik didalam kamar mandi membuat Bimo cemas takut terjadi sesuatu pada istrinya.
"Ma,Ima kamu ga apa - apakan." teriak Bimo cemas.
"Ga mas,mas aku bisa minta tolong Ga?" ja2ab Ima dari dalam.
"Minta tolong apa?" jawab Bimo.
"Tolong ambilin baju aku di tas mas." teriak Ima dari dalam.
"Tok...Tok...Tok..."
Ima membuka pintu kamar mandi dan menyembuhkan kepalanya keluar,niat hati ingin mengambil baju yang dari tangan suaminya tapi Bimo dengan gesit ikut masuk kedalam kamar mandi dan langsung mengungkung istrinya.
"Mas,aku mau pake baju dulu. " mohon Ima memelas tapi tidak diindahkan Bimo.
Bibir ranum yang sudah menjadi candanya langsung diraupnya. Ima terpaksa menyerah karna kekuatannya kalah dari suaminya.
Setelah puas berciuman tangan Bimo sudah tidak bisa dikendalikan. Sepasang gunung kembar Ima menjadi sasaran berikutnya.
Perlahan ciuman Bimo makin turun dan turun . Bimo menghisap pentil kecil bewarna merah jambu milik Ima. Ima melenguh karna merasakan sensasi yang membuatnya melayang.
"Ugh....Maa...sss. Udah dulu" Ima berusaha melepaskan Bimo dari tubuhnya.
"Mas,ada yang mengetok pintu. Liat sana tuh." Bimo menghentikan aktivitas panasnya. Dengan perasaan jengkel ia membuka pintu kamar dan melihat siapa yang menganggu kesenangannya.
"Maaf pak,Ibu Ima mana?" tanya seorang gadis yang berdiri di depan pintu.
"Mau apa?" tanya Bimo ketus.
"Sudah saatnya bu Ima ganti baju untuk acara selanjutnya." ujar gadis itu ketakutan melihat aura kemarahan dari Bimo.
"Tunggu sebentar ya ,mbak. Nanti saya kesana." Ima yang sudah berpakain sudah berdiri di belakang suaminya.
Gadis itu pun berlalu meninggalkan Bimo yang tengah kesal.
"Ma,mas masih mau melanjutkan yang tadi. " rengek Bimo seperti anak kecil yang meminta mainan.
"Sabar ya suami sayang, nanti malam kita lanjutkan." goda Ima dan itu langsung membuat wajah Bimo berbinar.
" Ga apa - apa tidak dapat sekarang,nanti malam jangan harap bisa lepas." lirih Bimo tapi masih bisa didengar Ima. Ima menggelang - geleng membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.