NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18: Dia Akan Kembali Setelah Bosan

Charlotte telah menyesuaikan diri dengan sangat baik sebagai calon Duchess of Ainsworth yang baru.

Sesampainya ia dengan sambutan hangat dari Margareth beserta jajaran staf yang siap melayani, tanpa membuang waktu untuk beristirahat, ia segera turun tangan dalam mengatur pesta ulang tahunnya.

Bersama Margareth, ia memimpin para staf untuk mewujudkan pesta meriah sebagaimana yang ia harapkan.

Selama satu tengah tahun ini, ia berusaha menjadi wanita muda yang jauh lebih menarik.

Memiliki darah bangsawan dan memegang kekayaan besar meliputi banyak generasi, tentu ia telah diajarkan untuk bersikap layaknya wanita elegan. Namun, kehadiran Olivia membuatnya ingin sedikit mengubah itu dengan menambahkan sifat santai ala wanita modern lainnya.

“Aku ingin pesta ini bergaya non formal. Bunga-bunga dan dekorasi lainnya harus senada dengan mini dress yang akan kukenakan nanti,” titah Charlotte pada ketua vendor dekorasi.

Sang ketua lantas mengangguk paham dan pamit undur diri. Charlotte melihat kepergiannya dan memperhatikan sekeliling ballroom mansion. Ia tersenyum kecil melihat progres yang telah siap.

“Sepertinya sudah 80% siap, nih,” ujar Margareth berjalan ke arahnya.

Charlotte tertawa pelan. “Hn, sepertinya begitu, Nyonya Ainsworth.”

Margareth mengernyit mendengar itu. Ia menatap Charlotte seakan kecewa. “Bukannya kita sudah sepakat untuk menghilangkan honorifik, ya?”

Charlotte tersenyum lembut, ia melangkah ke hadapan Margareth, memeluk lengan sang ibu dari tunangannya itu. “Saya sangat bahagia Anda mengajukan itu, tapi entah mengapa terasa tidak sopan hanya memanggil nama depan.”

Margareth membalas senyuman Charlotte dan mengelus lengan wanita muda itu. “Kalau begitu, panggil aku ‘Ibu’. Tanggal pernikahan kalian memang belum ditentukan, tapi tidak lama lagi sampai kalian menjadi pasangan suami istri. Bagaimana, menurutmu ini tidak berlebihan, kan?”

Charlotte menggigit bibir bawahnya sebagai usaha agar tidak tersenyum terlalu lebar namun gagal. Senyumannya bahkan mampu memamerkan deretan gigi, yang mana sangat jarang ia lalukan. “Baik, Ibu. Aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang.”

Margareth tertawa kecil. “Nah, kan terdengar jauh lebih nyaman sekarang.” Ia meraih telapak tangan wanita itu dan menggenggamnya. “Kamu tinggal di sini saja, ya? Mari Ibu tunjukkan salah satu kamar terbaik di mansion ini.”

“Yang benar, Bu?”

“Benar. Kamarnya tidak jauh dari rumah pribadi Simon.”

Charlotte diam-diam tersipu mendengar itu karena membuatnya segera membayangkan kehidupannya menjadi semakin dekat dengan Simon.

♧♧♧

Setiap elemen kunci yang menentukan kemewahan ada di kamar tidur ini. Walaupun sebenarnya, mansion ini tidak diragukan lagi interior mewah khas bangunan kelas atas, tetapi Charlotte tetap terpukau dengan yang tengah dilihatnya sekarang.

Kamar tidur ini sebenarnya adalah sebuah ruangan dengan beberapa ruangan lain di dalamnya, seperti ruang tidur dan bersantai, kamar mandi, serta kamar ganti.

Charlotte berjalan ke arah tempat tidur mewah yang berada di bagian lain dari ruangan yang akan menjadi kamar sementaranya sebelum menikah.

Seprai katun Mesir dan selimut sutra itu sungguh menggoda untuk segera ia rasakan.

“Ini akan sangat nyaman dipakai tidur,” pendapatnya seraya duduk di tepi tempat tidur.

Charlotte lantas melihat ke sekeliling kamar, setiap sudut sungguh dirancang bergaya Eropa klasik dengan sentuhan modern dari berbagai peralatan elektronik canggih.

Tepat sebelum Charlotte hendak membaringkan tubuhnya, ia mendengar suara ketukan di pintu yang seingatnya tidak ia tutup.

“Iya?” tanyanya kembali duduk. Ia bersiap akan berdiri kalau saja jawaban dari sang pengetuk tidak mengejutkannya.

“Saya ingin bicara.” Simon dari depan pintu yang terbuka, berdiri tenang tidak memasuki kamar wanita muda itu.

Charlotte di lain sisi, sudah mengutuk diri untuk berhenti tersenyum kemudian berdeham agar bicaranya tetap tenang. “Masuk saja. Aku sedang tidak ingin keluar.”

Beberapa detik berjeda dari perkataannya, kini ia dapat mendengar langkah kaki Simon berjalan memasuki ruangan.

Hanya beberapa saat yang dibutuhkan untuk pria berkaki panjang itu sampai di ruang tidur, namun bagi Charlotte terasa sangat lama.

Hingga saat pria itu telah berdiri di ambang pintu dan yang berjarak beberapa langkah darinya, barulah ia rasakan bahwa hatinya puas.

“Ada apa?” tanyanya penuh penguasaan diri seakan ia tidak berdebar akibat sang duke.

Simon melirik sekilas pada Charlotte yang terduduk di atas ranjang berselimutkan kain sutra terbaik itu. Ia menghembuskan napas pelan. “Kamu akan menetap di sini sampai seterusnya?”

Charlotte menatap tepat ke sepasang mata hijau emerald itu. "Iya. Ibu menyuruhku begitu."

"Ibu?" ulang Simon menunggu penjelasan lain dari wanita itu.

"Iya, ibumu. Beliau juga yang mengusulkan untuk bicara lebih akrab dengannya."

Simon menunduk, untuk sesaat ia melihat kakinya yang beberapa kali mengetuk-ngetuk lantai. "Dan kamu menyetujuinya begitu saja?" tanyanya kembali menatap Charlotte.

"Tentu. Buat apa aku menolaknya?"

"Cepat sekali rupanya. Saat saya baru saja tiba di sini, dan kamu tidak ingin menunggu sedikit pun."

Charlotte mendengus. Kedua sorot matanya berubah dengan garis wajah yang mengeras. "Kita akan segera menikah, Simon. Jangan lupakan itu."

Simon mendudukkan satu tatapan singkat pada Charlotte.

"Demi Tuhan," gumamnya berbalik dan meninggalkannya sang tunangan. "Bagaimana aku bisa melupakannya?"

Charlotte menatap nanar pada sosok yang berjalan pergi darinya itu. Ia tahu semuanya, termasuk hubungan bisnis dan politik sensual yang tengah mereka jalani.

Ia telah mendapatkan semua yang ia inginkan dalam hidupnya, dan pernikahan penuh cinta bersama Simon pun akan segera ia dapatkan juga.

Aku yakin, kamu akan kembali kepadaku setelah bosan bermain dengan wanita itu.

♧♧♧

"Bersiaplah. Kita tidak akan duduk malam ini." Paul berbisik jahil di telinga Olivia yang ia gandeng.

Gadis itu memicingkan mata dan memukul pelan tubuh pria itu. "Aku cuma memintamu berdansa sekali, ya, dan setelah itu kita akan langsung pulang."

Paul menoleh pada Olivia dengan bibir mengerucut sebal. "Yah, sayang banget dong."

Olivia memelototi pria itu dan bertepatan dengan mereka yang tiba di dekat salah satu meja bundar yang disediakan, ia mendudukkan tubuh yang lebih besar darinya itu di sana.

"Sekarang duduk dan tunggu sebentar. Aku mau ke kamar kecil dulu." Olivia hampir meninggalkan Paul sebelum pria itu mencegah pergelangan tangannya.

"Untuk mengecek penampilanmu? Tidak perlu, kamu sudah sangat cantik."

Olivia terpekik pelan namun segera menutup mulut dengan tangannya. "Kamu kenapa sih? Aneh banget." Ia melepaskan genggaman pria itu dan melanjutkan langkahnya.

Paul tergelak, kedua matanya masih terus menatap sosok Olivia meskipun gadis itu sudah membelakanginya.

Namun, kemudian tatapannya meneduh. Terbesit di benaknya sebuah pemikiran berani, bahkan tergolong nekat.

"Apa kukatakan malam ini saja, ya?"

...♧♧♧...

^^^*** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing.^^^

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!