Niatnya untuk membalas dendam membuatnya rela menikah dengan pria yang baru dia kenal. Zevana berniat untuk membalaskan dendam terhadap pria bernama Aksa atas kematian sahabatnya. Agar Aksa bisa merasakan sakit hati yang sama, Zevana memilih jalan lewat jalur cinta. Membuat Aksa jatuh cinta, setelah itu mencampakkannya.
Aksa adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan. Dia tidak percaya dengan cinta, karena baginya cinta hanyalah hal konyol. Dibalik sikap dinginnya, ternyata Aksa menyimpan luka di hati yang membuatnya tidak percaya akan adanya cinta sejati.
Berhasilkah Zevana meluluhkan hati Aksa demi misi balas dendamnya?
🩸
🩸
🩸
"Aku tidak biasa menjalin hubungan hanya dengan satu wanita saja. Jika kamu menginginkan pernikahan ini tetap terjadi, maka bersiap-siaplah untuk sakit hati."_ Aksa.
Yang penasaran dengan ceritanya, kepoin yuk...
Salam dunia perhaluan 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Lewat Jalur Cinta.
Ketika matanya kembali terbuka, Zevana sudah berada di dalam ruangan yang redup dan berdebu. Dugaannya, dia masih berada di gudang tua, tapi entah siapa yang memukulnya sampai pingsan, karena hanya ada dia dan Lucas disana. Mungkinkah semua ini perbuatan Lucas.
Bohong jika dipukul rasanya tidak sakit, Zevana jelas masih merasakan sakit dan nyeri atas pukulan benda keras tadi ditubuhnya. Ditambah lagi dengan kaki dan tangannya diikat dengan tali. Dan kondisinya sekarang sedang terbaring miring di atas lantai kotor berdebu.
Pandangannya beralih ketika melihat sebuah bayangan berjalan mendekat. Wajah lugu yang biasa dia lihat kini seolah berubah menjadi sangar dan menyeramkan.
"Luci, kenapa kamu mengikat dan mengurungku?" Tanya Zevana dengan suara lemah. Sebisa mungkin dia berusaha untuk bangun dan duduk.
"Aku tidak mau kehilangan sahabat sebaik kamu, Beb. Kamu yang paling tulus, kalau kamu pergi, aku gak punya sahabat lagi."
"Aku pergi karena aku kecewa sama kamu, Luci. Kamu udah nyakitin Nadia, kamu udah buat Nadia bunuh diri."
"Tapi aku gak bunuh Nadia, Beb! Aku cuma buat perhitungan sama dia. Dia udah nolak cinta bang Rangga dan menghinanya," nada suara Lucas kian meninggi. sakit hati atas ucapan dan perlakuan Nadia masih kian membekas di hati. Meskipun hinaan itu diucapkan di depan Rangga, namun sebagai seorang adik yang sangat menyayanginya kakaknya, Lucas merasa sangat tidak terima.
Lucas mengambil sebuah karung berwarna coklat yang terikat bagian atasnya. Dia menunjukkan karung itu didepan Zevana.
"Aku punya hadiah buat kamu, Beb. Kamu pasti suka."
Dengan senyuman menyeringai, perlahan Lucas membuka tali yang mengikat karung. Seolah tau apa isi didalam karung itu, Zevana menggeleng cepat dan berusaha untuk menggeser tubuhnya mundur hingga punggungnya menyentuh tembok.
"Jangan, Luci. Jangan main-main dengan binatang itu!" Suara Zevana terdengar meninggi. Jelas dia tau isi didalam karung itu adalah ular.
Seolah tak menggubris teriakan Zevana, Lucas malah melepaskan karung itu dan membiarkan ular didalam sana untuk mencari jalan sendiri untuk keluar. Dia tau betul jika Zevana memiliki trauma dengan binatang berbetuk panjang itu.
"Aku hanya ingin kamu selalu jadi sahabat aku, Beb. Hanya dengan begini kita akan selalu menjadi sahabat untuk selamanya, dan kamu tidak akan pernah pergi dari aku."
Melihat wajah ketakutan Zevana, jelas saja itu menjadi pengetahuan sendiri bagi Lucas. Sahabatnya itu pernah terkunci di dalam gudang saat berusia delapan tahun. Kala itu Zevana sedang bermain petak umpet bersama dengan teman-temannya, hingga berakhir dia ngumpet di dalam gudang yang letaknya sedikit jauh dari rumah neneknya. Sayangnya pintu gudang yang memang sudah rusak tiba-tiba terkunci dan membuat Zevana tidak bisa keluar hingga matahari tenggelam. Ketakutannya semakin bertambah ketika dia melihat seekor ular sedang bergerak ke arahnya.
"Luci jangan Luci! Jangan tinggalin aku sendirian di sini, aku mohon!!" Seluruh tubuh Zevana mulai bergetar, keringat dingin bercucuran dari keningnya.
Sayangnya permohonan itu diabaikan oleh Lucas. Dia memilih keluar dan menutup rapat pintu ruangan. Hanya dengan cara seperti ini dia tidak akan kehilangan Zevana sebagai sahabatnya. Membuat Zevana mati dan persahabatan mereka akan tetap abadi.
"Luci jangan pergi! Luci...!!!"
Tangis Zevana semakin menjadi tatkala dia melihat ular itu mulai menyembulkan kepalanya keluar dari dalam karung. Mata tajam ular itu seolah sedang menatap ke arahnya. Ingin bergerak mundur tapi Zevana sudah terpojok.
"Aksa, tolong aku... Aku sangat takut..."
☘️
☘️
☘️
Bermodalkan GPS, Aksa dan Dani berhasil melacak keberadaan ponsel Zevana. Gudang tua menjadi tempat yang mereka tuju sekarang. Selama di dalam mobil, Aksa tak henti-hentinya mengomel ini itu. Pikirannya terus tertuju pada Zevana, jika sesuatu sampai terjadi pada istrinya, maka dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Naikkan lagi kecepatannya!" Perintah Aksa. Ini sudah yang kesekian kalinya Aksa memberikan perintah selama hampir dua puluh menit mereka berada di dalam mobil.
Harusnya tadi pagi dia memberikan pelajaran sekalian pada Lucas, supaya pria itu tidak bertindak terlalu jauh yang berakibat bisa melukai Zevana. Jika dugaannya benar, Lucas sampai melakukan sesuatu yang buruk pada Zevana, maka tiada ampun kali ini, Aksa akan mematahkan kedua tangan pria itu.
Dani fokus menyetir, seketika dia menghentikan laju kendaraannya ketika didepan sana terjadi kerumunan yang menyebabkan beberapa kendaraan yang sedang berlalu lalang berhenti. Dani memilih turun dan bertanya pada salah seorang bapak tua yang ada disana.
"Permisi, ada apa ya, Pak? Kenapa tiba-tiba semua kendaraan berhenti?" tanya Dani dengan sopan.
"Ada kecelakaan mobil, Mas."
"Ada apa, Dan?" Tanya Aksa yang akhirnya memilih untuk ikut turun dari dalam mobil.
"Didepan ada kecelakaan, Tuan. Sepertinya kita harus menunggu baru bisa lewat," ujar Dani.
"Menunggu?? Istriku dalam bahaya, mana mungkin aku menunggu!!" Aksa semakin frustasi dan mengacak rambutnya kasar. Sungguh, dia benar-benar dibuat gila dengan situasi sekarang.
"Aku lari saja, begitu bisa lewat kamu langsung susul ke gudang tua," perintah Aksa yang dijawab anggukan oleh Dani.
"Baik, Tuan."
Tak ingin membuat Zevana menunggu sebelum sesuatu yang buruk sampai terjadi, Aksa memilih untuk berlari melewati beberapa kendaraan dan kerumunan orang-orang di sekitar sana.
Tanpa peduli jika saat orang-orang sedang menatapnya yang sedang berlari dengan menggunakan pakaian formal, Aksa malah semakin manambah kecepatan larinya, beberapa kali dia hampir terjatuh namun tak membuat langkahnya berhenti. Membiarkan keringat yang terus keluar membasahi tubuh dan wajah tampannya.
"Zevana, tunggu aku. Aku akan datang untuk menjemputmu."
...🪷🪷🪷...
.nah klo saling jujur dr awal psti g kn ada kbohongan
jangan biarkan popcorn ku nganggur kakaaa/Curse//Curse//Curse/
ciuussssss????
andin udah gika g tau malu minta suami orang
ada ya orang kaya andin memang lbh baik mati si caca sama rian
kok ada levbel end nya kk
andin udah gika g tau malu minta suami orang
ada ya orang kaya andin memang lbh baik mati si caca sama rian
kok ada levbel end nya kk
andin udah gika g tau malu minta suami orang