Sahabatku Maduku

Assalamu'alaikum Sandra, kamu lagi apa? Gimana ibu sudah sehat?” kata Dirga dari ujung telepon. 

“Waalaikumsalam, aku lagi masak Mas, buat ibu

Alhamdulillah ibu sudah sehat tinggal masa pemulihan saja, “ balas Sandra. 

“Alhamdulillah kalau begitu San, salam buat ibu yah maaf aku gak bisa kesana, “ ujar Dirga menyesal. 

“Iya Mas gak apa-apa, “ timpal Sandra. 

“Terus kamu kapan pulang San, aku sudah kangen sama kamu, “ rayu Dirga. 

“Bohong kamu Mas, Bukannya ada Lisa di sana kamu gak membutuhkan aku! “ 

“Nggak San beneran aku kangen kamu, kamu cepat pulang yah nanti aku tunggu kamu di rumah, “

“Ya sudah Mas aku pulang mungkin 2 hari lagi yah, “

Jawaban Sandra itu membuat hati Dirga bahagia, ia sudah tidak sabar menantikan kepulangan istrinya itu. 

“Beneran yah san aku tunggu, “ ucap Dirga sambil menutup teleponnya. 

“Permisi pak Dirga, bapak dipanggil ke ruangan pak Imran sekarang, “ ucap Anto yang mereka sekretaris Imran. 

“Hah, sekarang? Tanya Dirga agak terkejut 

“Iya pak sekarang. “

“Kira-kira ada apa yah pak Anto saya sampai di panggil oleh pak Imran, “ tanya Dirga penasaran. 

“Waduh pak saya kurang tahu sebaiknya bapak segera menghadap ke ruangan nya saja untuk lebih jelasnya, “ 

“Baik pak terima kasih.“ 

Tanpa menunda lagi Dirga Langsung menuju ke ruangan pak Imran, ia berusaha setenang mungkin karena ia yakin tidak melakukan kesalahan.

“Permisi pak,” ucap Dirga sambil mengetuk pintu ruangan bosnya itu. 

“Masuk,”; jawab seorang pria yang berada di dalam. 

“Bapak memanggil saya? Ada apa yah pak?” Tanya Dirga halus. 

“Begini pak Dirga saya sudah mendapatkan sudah persetujuan poligami dari istri pertama anda, “;

“Iya betul pak lalu?” Tanya Dirga sedikit cemas. “Bukankah itu bukan suatu pelanggaran lagi  pak? Istri saya sudah menyetujui poligami itu,” Ucap Dirga membela diri. 

“Iya saya tahu, sebenarnya yang akan saya bicarakan adalah tentang Sandra istri pertama anda, “ 

“Kenapa pak dengan istri saya, “ tanya Dirga penasaran.

“Sandra sebenarnya teman kecil saya, saya juga mengenal keluarga nya dengan baik. Sejujurnya saya tidak bisa menerima anda memperlakukan Sandra seperti itu, “ 

“Ini bukan urusan anda, bapak tidak perlu ikut campur! “ bentak Dirga.

“Saya tahu ini bukan urusan saya tapi sebagai teman Sandra saya juga merasa iba akan keadaan  dia yang telah diduakan cintanya oleh suaminya. Lihat saja Dirga kalau kamu membuat dia menangis lagi aku tidak akan tinggal diam,” ancam Irman. 

Dirga  lalu langsung meninggalkan ruang Irman dengan perasaan emosi, ia tidak ingin lebih jauh membicarakan masalah pribadi nya itu dengan bosnya. 

“Apa-apaan si  Irman itu berani-beraninya dia membicarakan masalah pribadi di kantor mentang-mentang dia bos jadi bisa seenaknya gitu,” gerutu Dirga. 

Rekan kantor Dirga melihat ia keluar dari ruangan yang pak irman dengan wajah kesal, hal itu ternyata menjadi perbincangan di kantor lagi. 

“Rin, lo tau gak tadi gue liat pak Dirga di panggil pak Irman ke kantor nya, eh pas dia keluar mukanya kaya orang kesel gitu. Lo tau gak kenapa?” Tanya dewi kepada Arin yang sedang berada di kantin. 

“Lah mana gue tau dewi, Emang nya gue ada di sana ngeliat gitu, “ 

“Gue pikir lo tau dia lo kan biang gosip, “ 

“Heh sembarangan lo, “ ucapnya sambil tertawa. 

“Giman rin drama perpoligamian pak Dirga kayanya berjalan lancar ye hebat juga dia bisa bikin akur bini-bini nya, “ 

“Terakhir  yang gue denger sih ternyata pak Dirga kena pelet bini kedua, “ bisik Arin. 

“Hah yang bener lo?” ujar Dewi terkejut. 

Tak sengaja ternyata pembicaraan itu didengar oleh Dirga, sontak ia langsung memberhentikan langkahnya dan berusaha bersembunyi di balik tembok ia ingin mendengar lebih  rumor tentang dirinya. 

“Gimana -gimana rin coba cerita, “

“Udah Gue lagi males ngomongin itu ganti topik aja ya,” Protes arin 

***

“Ada apa Mas, kenapa muka kamu kaya kesel gitu? Ada masalah di kantor?” tanya Lisa keheranan melihat wajah suaminya yang kusut. 

“Tidak ada apa-apa Lis,” jawab Dirga singkat. Ia kali ini benar-benar tidak ingin  membahas apapun dengan Lisa. 

“Kenapa sih kamu gak mau cerita sama aku Mas? Aku ini istri kamu, kamu bisa cerita apa saja sama aku, “ 

“Aku lelah Lis, bisa gak biar kan aku istirahat dulu, setidaknya kamu ambilkan aku minum dulu bisa?” Pinta Dirga. 

“Iya Mas, aku ambilkan minum ya buat kamu, “ 

Lisa lalu pergi ke dapur untuk mengambil segelas air untuk suaminya nya itu, “ semenjak aku tidak memberikan ramuan mantra itu mas Dirga jadi sering marah-marah padaku, “ gerutu Lisa. “Kurang ajar memang si Angga itu telah menipuku gara-gara dia aku jadi begini,” Ucapnya lagi sendiri. Lisa berusaha menenangkan diri ia mencoba untuk bersabar terhadap Dirga. 

“Ini mas airnya!” ujar Lisa. 

Dirga lalu meminum air yang diberikan Lisa.“udah tenang kan Mas? Sekarang udah bisa cerita ada kejadian apa di kantor yang bikin kamu kesel?”

“Bos aku pak Irman dia berusaha ikut campur akan masalahku?” ucap Dirga  geram. 

“Ikut campur gimana Mas maksudmu?” 

“Ia dia mengancam ku kalau dia tidak akan tinggal diam kalau aku membuat Sandra menangis lagi padahal kan itu sama sekali bukan urusan dia. Mereka berdua hanya teman semasa kecil,” Ujar Dirga kesal. 

“Iya kamu benar mas, apa jangan-jangan pak Irman itu menyukai Sandra, atau mungkin mereka berdua sedang menjalin kedekatan?” 

“Maksud kamu?”  

“Maksudku hubungan spesial antara laki-laki dan perempuan bukan sebagai teman biasa, “ 

“Kamu ini kalau ngomong sembarangan Lisa, Sandra itu bukan tipe wanita seperti itu dia itu wanita baik-baik, “ Bela Dirga.

Mendengar pembelaan Dirga terhadap Sandra membuat dada Lisa  panas, ia tidak suka kalau Dirga terlampau membela Sandra di hadapan nya. 

“Jadi kalau menurutmu Mas aku ini tipe wanita seperti apa?”  Lisa balik bertanya. 

Dirga sungguh bingung harus menjawab apa, ia terdiam wajahnya tampak panik tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut nya itu. 

“Su--sudah lah Lis aku tidak ingin membicarakan hal itu aku mau mandi dulu,” Dirga hanya bisa berkilah untuk menghindari pertanyaannya dari Lisa itu. Ia tidak mungkin menjawab sesuai kenyataan bukan. Jika kelakuan Lisa ini minus seratus. dan lagi sesuatu yang di bicarakan Arin di kantor tadi membuat hatinya gelisah.