Menikah dengan dosen sendiri?
Cinta Aida tidak pernah menyangka lelaki yang dijodohkan kedua orang tuanya adalah lelaki yang selamat setahun lebih dia benci. Bagaimana tidak, setiap kali dia melakukan kesalahan di kampus, hukuman yang diterima sangat tidak masuk akal. Namun ternyata pak dosen yang dia benci adalah calon suaminya sendiri.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akankah cinta tumbuh di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Aida bergidik ngeri saat melihat suaminya selalu mengulum bibir seolah ciuman itu masih terasa.
'Geli banget sih, kenapa juga dia nyium gue terus? Ngambil kesempatan dalam kesempitan? Ihhh,'gumam Aida dalam hati.
Selesai makan malam, Aida kembali ke kamar lebih dulu. Setelah beberapa menit berlalu barulah Raditya masuk ke dalam kamarnya.
Raditya terdiam di ambang pintu saat melihat istrinya mengambil bantal dan selimut yang berada di atas kasur.
"Mau ke mana kamu?"tanya sang dosen.
"Tidur di luar,"jawab Aida sambil memeluk bantal lalu berjalan melewati sang suami.
Raditya memegang lengan Aida dan langkah kaki wanita muda itu terhenti di ambang pintu. "Kita sudah menikah, aku dan lamu sudah menjadi suami istri yang sah. Kalau kamu belum mau melayani saya sebagai seorang suami. Saya maklumi itu dan saya akan menunggu sampai kamu siap."
Aida menghela nafas panjang. "Apa jaminannya? Gimana kalau Pak Radit khilaf dan melakukan itu saat saya tidur? Pak Radit aja udah dua kali nyium bibir saya."
Raditya tertawa getir. "Kalau saya mau, saya sudah melakukan sejak malam pertama kita. Untuk apa saya menunggu kamu mengizinkan? Saya lelaki normal dan saya menginginkan itu, tapi saya memiliki prinsip. Saya tidak akan menyentuhmu sebelum kamu siap."
"Masuk ke dalam! Tidak ada yang boleh tidur di luar selain tikus!"tegas Raditya.
"Iya,iya,"balas Aida berjalan lesu kembali ke tempat tidur.
Wanita muda itu naik ke ranjang, duduk bersandar sambil memainkan ponsel. Sedangkan Raditya merapikan alas tidurnya di bawah.
"Kenapa Pak Radit nggak mau cerai dari saya? Bukannya pak Radit bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik dari saya kalau Pak Radit mau?"
Raditya tersenyum. 'Kalau kamu bertanya alasannya kenapa? Maka saya akan menjawab, karena saya mencintai kamu,'gumam Raditya dalam hati.
"Pak, kok diem?"tanya Aida. "Udah tidur?"
"Udah, cepat tidur juga. Besok saya nggak melihat kamu terlambat!"jawab Raditya.
"Tidur kok bisa jawab,"gumam Aida lalu berbaring. "Saya matiin ya lampunya?"
"Hm,"jawab Raditya datar.
Klek!
Seluruh kamar gelap gulita karena lampu tidur yang berada di samping ranjang sudah padam.
**flashback**!
5 tahun menjadi seorang dosen di universitas terkenal di negaranya. Untuk pertama kali lelaki tampan bernama Raditya terkagum-kagum saat melihat seorang wanita cantik yang tak lain mahasiswinya.
Aida Gestiana, sudah menarik perhatian Raditya sejak pertama dia masuk kuliah.
"Aida Gestiana! Kenapa kamu terlambat lagi?"Raditya berteriak kencang hingga membuat semua orang di dalam kelas memperhatikan Aida.
"Pak, saya cuma terlambat 1 menit. Kok bapak bisa tahu? Kenapa juga bapak marah kayak gitu sama saya?"
Raditya mengayunkan kayu penggaris di tangan. "Kamu saya hukum!"
"Pak, yang bener aja dong. Masa cuman 1 menit karena hukum?!"protes Aida.
Aida mendengus kesal sambil menatap benci pada Raditya, sedangkan yang ditatap justru mengulum senyuman manis.
"Ke ruangan saya, sekarang!"perintah sang dosen.
"Iya,Pak."Aida mengikuti Raditya ke ruangan.
Di dalam ruangan, Raditya duduk diam sambil memperhatikan Aida yang tengah menulis dua kertas berisi **maaf Pak saya terlambat**.
Aida harus memenuhi dua lembar kertas putih dengan tulisan seperti itu.
Dalam diam, tanpa disadari gadis muda itu, sang dosen terus memperhatikan Aida tanpa berkedip.
"Setelah selesai, kamu boleh keluar dari ruangan saya,"ucap Raditya.
Aida tak menanggapi, dia terlihat sangat kesal pada dosennya.
"Pak capek nih, sudah ya,"rengek Aida.
"Oke, tapi kamu harus mau membersihkan ruangan ini sebagai gantinya."
"Nggak jadi deh. Saya terusin aja,"kesal Aida.
Raditya tersenyum lebar kembali menatap mahasiswi cantiknya.
...****************...
"Kamu lupa mengerjakan tugas?"Raditya memeriksa semua lembaran kertas di atas meja Aida.
"Maaf,Pak,"ucap Aida.
"Ikut saya ke ruangan. Kerjakan tugasmu di sana!"
Dalam hati merasa bingung karena hanya dia yang selalu dihukum meskipun hanya melakukan kesalahan kecil, sedangkan teman-temannya selalu ditoleransi oleh Raditya.
"Jadi dosen galak amat, sih. Gue sumpahin Lo nggak laku dan nggak nikah-nikah seumur hidup!"gerutu Aida kesal.
Raditya mendekati meja Aida, memeriksa lembaran tugas yang baru separuhnya dikerjakan oleh mahasiswinya.
"Geser sedikit,"pintar Raditya.
"Eh, Pak Radit mau ngapain?"Aida membulatkan kedua mata.
Raditya mendengus. "Saya mau duduk."
"Kan masih ada bangku, Pak."
"Saya mau duduk di sebelah kamu. Cepat geser!"
Aida membuang nafas kasar lalu menggeser duduknya.
"Kalau kamu mau lulus, kamu harus banyak belajar. Jangan main-main. Kuliah nggak bener kok cita-cita mau jadi dosen,"ucap Raditya.
"Siapa juga yang punya cita-cita jadi dosen?"jawab Aida.
Raditya mengulum senyum lalu berdiri. "Selesaikan tugasmu dalam waktu setengah jam, kalau belum selesai juga. Saya tambah hukumannya."
...****************...
Tiada hari tanpa hukuman, begitulah yang dialami oleh Aida.
Semua yang dilakukan selalu salah di mata Raditya, bahkan dia selalu menjadi pusat perhatian teman-temannya karena selalu terkena marah oleh sang dosen.
"Gue sumpahin Pak Radit bakal punya istri yang sifatnya kayak gue, biar dia selalu dihantui sama kehadiran gue setiap hari,"desis Aida sambil menatap sinis pada Raditya yang tengah menerangkan materi pelajaran di depan.
"Aida! Kamu maju ke depan!"perintah Raditya.
"Hah? Pak, sa-saya nggak....."Aida panik karena sedari tadi dia sama sekali tidak menyimak apapun yang diterangkan oleh Raditya.
"Cepat maju ke depan!"teriak Raditya.
Aida menghela nafas panjang. "Iya,iya,"kesalnya yang pastinya akan dipermalukan lagi oleh Raditya.
...****************...
Di dalam tidurnya, Raditya tersenyum lebar saat memimpikan masa lalu ketika pertama kali dia bertemu dengan Aida.
"10 tahun aku tidak pernah mencintai wanita setelah cinta pertamaku berkhianat. Hingga akhirnya, aku bertemu dengan wanita yang menurutku sangat spesial, yang mampu mengisi hatiku. Awalnya aku tidak pernah berpikir aku bisa memilikinya, tetapi takdir berkata lain, karena ternyata wanita cantik yang jadi istriku adalah wanita yang aku cintai."
Raditya membuka kedua mata saat mendengar suara gemercik air, tetapi ia sengaja tidak bangun.
Deg!
Dia melihat Aida keluar dari kamar mandi, lalu menyiapkan sajadah untuk melaksanakan salat subuh.
"Kamu nggak bangunin saya?"Raditya mengubah posisi menjadi duduk.
Aida menoleh ke samping, menatap suaminya yang berada di seberang ranjang. "Itu Pak Radit udah bangun, cepat mandi Kita salat bareng."
"Oke, Sayang."
Deg!
"Maksud saya..."Raditya menggantung ucapannya.
"Maaf Pak Radit, tolong jangan ada perasaan lebih diantara kita. Karena saya tidak akan membalas perasaan Bapak sampai kapanpun, dan saya harap Pak Radit menepati janji untuk menceraikan saya setelah 3 bulan. Berapa lama pun waktu yang Bapak berikan pada saya, perasaan saya akan tetap sama. Saya tidak akan pernah mencintai Pak Radit,"tegas Aida.
Raditya berdiri lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Mengabaikan ucapan Aida, meskipun hatinya terasa sakit, dadanya terasa sesak. Hingga untuk sekedar menghirup oksigen saja dia tidak mampu.
