Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Sang raja sinar telah hadir untuk menampakkan kuasanya, mengikis sisa air hujan yang menggenang di pinggir jalan. Bulir air yang membasahi pohon dan tanaman lain pun perlahan hilang diterpa hangatnya sinar mentari.
Tepat pukul sepuluh pagi, Alexander membuka kelopak mata. Embusan napas berat terdengar di sana. Alexander memijat pangkal hidungnya sesaat sebelum menoleh ke samping. Seulas senyum manis mengembang dari kedua sudut bibirnya saat menatap Freya yang masih tertidur pulas. Tangannya terulur menyentuh pipi Freya.
"Sekarang kamu milikku seutuhnya," gumam Alexander seraya membelai pipi Freya beberapa kali.
Masih teringat dengan jelas, bagaimana pertarungan panas yang dilalui selama semalam suntuk. Mereka baru tidur setelah mendengar suara adzan subuh di Masjid yang tak jauh dari rumah. Freya tak berdaya menghadapi dahaga Alexander. Sepertinya putri Yamato itu kehabisan tenaga hingga sampai saat ini belum bangun dari tidur nyenyaknya.
"Waw. Sangat berantakan," gumam Alexander setelah duduk bersandar di ranjang. Dia mengamati keadaan di sekeliling. Beberapa pakaian bersih berserakan di lantai beserta hangernya. Sementara pakaian kotor keduanya berserakan di sisi yang lain. Bekas tissu pun berceceran di lantai.
Alexander turun dari tempat tidur. Dia membenarkan selimut yang dipakai Freya. Pria tampan itu menatap sejenak kemolekan tubuh istrinya itu. Senyum manis pun kembali mengembang dari kedua sudut bibirnya.
"Menggemaskan sekali," gumamnya. Setelah itu Alexander mengayun langkah keluar dari kamar.
Beberapa menit setelah kepergian Alexander, Freya menggeliat. Dia mengerjapkan mata beberapa kali sampai sadar sepenuhnya. Ingatannya kembali tertuju pada malam panas yang sudah dilalui bersama Alexander.
"Duh, pasti malu banget kalau nanti bertemu Alex," gumam Freya seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. "Aku nanti harus bersikap bagaimana ya? Lagi pula kenapa malam pertamanya justru di sini sih!" gerutu Freya setelah duduk bersandar di ranjang. Dia menarik selimut sampai sebatas dada.
Benar saja, beberapa menit kemudian, Alexander kembali masuk ke dalam kamar. Freya salah tingkah dan tidak berani menatap wajah suaminya itu. Dia sampai bingung harus bersikap bagaimana. Apalagi, setelah Alexander duduk di tepian tempat tidur yang ditempatinya saat ini.
"Bagaimana? Apa kamu tidur nyenyak semalam?" tanya Alexander.
"Emm ... perasaan kita baru tidur tadi pagi," jawab Freya tanpa berani menatap Alexander. "Kita jadi pulang hari ini 'kan?" tanya Freya.
"Iya. Sebaiknya sekarang kamu mandi dulu biar terlihat lebih segar," ucap Alexander. Tutur kata pria tampan itu terdengar berbeda dari biasanya.
"Minggir. Jangan melihatku seperti itu! Aku malu!" ujar Freya dengan sinis.
"Lagi pula aku sudah melihat dan merasakan semuanya," Alexander beranjak dari tempatnya. Dia berjalan menuju almari untuk mengambil pakaian ganti. Tanpa malu, Alexander melepas lilitan handuk di pinggang. Dia biasa saja, sementara Freya langsung menutup mata.
"Gak tahu malu!" batin Freya seraya turun dari tempat tidur. "Aww!" desis Freya saat merasakan perih di bagian inti tubuhnya. Tak hanya itu, rasanya dia tak mampu berjalan karena kedua kakinya bergetar hebat.
Alexander segera menghampiri Freya setelah memakai celana. Dia tahu jika kondisi Freya saat ini pasti tidak baik-baik saja. Tanpa banyak bicara, Alexander langsung membopong tubuh Freya dan dibawanya menuju kamar mandi.
"Kamu yakin bisa mandi sendiri?" tanya Alexander setelah menurunkan Freya di kamar mandi.
"Memang kamu pikir aku selemah itu? Udah buruan keluar!" usir Freya karena sangat malu di hadapan suaminya itu.
Pria tampan itu kembali ke kamar. Dia mengamati keadaan kamar tersebut dan segera membersihkan kamar yang berantakan. Alexander tersenyum puas saat merapikan tempat tidur. Ada bercak darah di sprei berwarna merah muda itu. Suatu kebanggan tersendiri melihat persembahan besar dari Freya.
"Ternyata dia gadis baik-baik. Di era gempuran pergaulan bebas, ternyata dia masih bisa menjaga kesuciannya," gumam Alexander.
*****
Senyum bahagia terlukis jelas di wajah cantik Freya setelah kakinya menginjak undakan anak tangga di teras rumah Adiwijaya. Dia sangat bahagia karena kembali ke rumah megah mertuanya itu. Masa-masa sulit selama beberapa hari yang lalu telah selesai. Pada akhirnya dia kembali merasakan kenyamanan dalam hidupnya.
"Akhirnya aku kembali lagi," gumam Freya setelah masuk ke dalam rumahnya.
"Jadi bagaimana? Kamu bahagia hidup di sini atau di rumah yang kemarin?" tanya Alexander saat meraih tangan Freya untuk digenggam.
"Aku lebih suka tinggal di sini," jawab Freya tanpa berpikir panjang lagi. "Aku ingin istirahat di kamar," pinta Freya karena dia merasa sangat lelah. Tubuhnya terasa remuk redam.
Sepasang suami istri itu berjalan beriringan. Menapaki satu persatu anak tangga hingga sampai di lantai dua. Alexander tak melepaskan sedikitpun genggaman tangannya hingga mereka sampai di depan kamar.
"Wah ...." Freya terperangah setelah melihat keadaan kamarnya. Dia menatap alexander untuk memastikan jika ini memang sudah di siapkan untuknya.
Taburan kelopak bunga mawar membentuk icon love di atas tempat tidur. Beberapa lilin aromaterapi tertata rapi di lantai. Kamar tersebut telah diubah layaknya kamar pengantin baru. Alexander mengajak Freya berdiri di dekat tempat tidur.
"Bagaimana? Tentunya kamar ini jauh lebih baik dari kamar yang kemarin 'kan?" tanya Alexander seraya menggenggam kedua tangan Freya. "Setidaknya hari ini aku sudah menyiapkan sesuatu yang indah agar kamu tidak protes lagi," jelas Alexander seraya tersenyum tipis.
Bukan tanpa sebab Alexander menyuruh ART menyiapkan semua ini untuk menyambut kedatangan Freya. Pasalnya istrinya itu sempat protes karena Alexander melakukan malam pertama di rumah sederhana itu. Padahal cita-citanya selama ini, dia ingin berbulan madu dan menyerahkan mahkotanya di Paris.
"Ya, lumayan lah. Setidaknya ada yang spesial daripada di rumah yang kemarin," jawab Freya dengan diiringi senyum manis.
"Kita akan pergi ke Eropa setelah papa kembali dari Jerman. Aku akan mengajakmu berkeliling. Siapkan dirimu dari sekarang," jelas Alexander tanpa mengalihkan pandangan dari Freya.
Tatapan mata Alexander membuat Freya tak berdaya. Untuk kesekian kalinya dia kembali tenggelam dalam perasaan. Suasana romantis semakin membuat gadis cantik itu terbang melayang. Dia menikmati setiap sentuhan lembut serta belaian mesra dari suaminya itu.
"I'm yours, Al," desis Freya tatkala Alexander membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben