Dunrice, seorang pemuda berusia 20 tahun, dicap sebagai sampah masyarakat. Diusir dari keluarga, hidup di jalanan, dan dicemooh oleh semua orang. Kehidupannya bagaikan neraka, tanpa harapan dan masa depan.
Suatu malam, saat Dunrice terbaring di lorong gelap, seberkas cahaya misterius menyelimuti tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa mencengkeramnya, dan ketika cahaya menghilang, Dunrice terbangun di kamar tidurnya yang kumuh.
Di kepalanya, terdapat sebuah suara yang menyapa dengan ramah. Suara itu memperkenalkan diri sebagai A.I.S.T.E.N.A., sebuah sistem kecerdasan buatan yang tertanam di dalam otaknya.
A.I.S.T.E.N.A. menjelaskan bahwa Dunrice telah terlahir kembali ke masa lalu, 10 tahun sebelum masa suramnya.
Dunrice, yang dipenuhi tekad untuk mengubah masa depannya, mulai memanfaatkan kemampuannya dengan bantuan A.I.S.T.E.N.A. Ia berlatih keras, membangun kekayaan, dan mendirikan sebuah perusahaan raksasa. Keberhasilannya mengantarkannya ke puncak dunia bisnis, membungkam semua orang yang pernah meremehkannya.
Di tengah kesuksesannya, Dunrice juga bertemu dengan berbagai wanita cantik dan menarik. Terjalinlah kisah cinta yang rumit dan penuh intrik.
Namun, di balik gelimang kemewahan dan cinta, Dunrice masih dihantui masa lalunya. Ia harus menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkannya, dan mengungkap rahasia di balik sistem A.I.S.T.E.N.A. yang tertanam di kepalanya.
Bisakah Dunrice mengubah takdirnya? Bisakah dia mencapai puncak dunia bisnis, cinta, dan kekuasaan?
Ikuti kisah Dunrice, sampah masyarakat yang terlahir kembali dengan sistem AI, dalam novel "Sampah Masyarakat dengan Sistem AI", genre action, romance, bisnis, terlahir kembali ke masa lalu, dan harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HUDAXS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17: Menuju Sarang Laba-laba
Lokasi: Markas Organisasi Pemberontak - Ruang Strategi (lanjutan)
Tokoh:
Dunrice: CEO muda dan jenius di bidang teknologi informasi.
Anya: Sahabat Dunrice dan programmer handal.
Artemis: Peretas misterius yang membantu Dunrice dan Anya (melalui komunikasi radio).
V.I.: Agen rahasia yang bekerja untuk organisasi pemberontak.
Dr. Li: Kepala ilmuwan di organisasi pemberontak.
Pemimpin Pemberontak
Kai: Mantan kepala keamanan Miller Tech.
Cerita:
Ketegangan di Ruang Strategi
Keheningan mencekam menyelimuti ruang strategi. Tawaran bantuan tak terduga dari Kai, mantan kepala keamanan Miller Tech, membuat para pemberontak bimbang. Informasi yang dia miliki, yaitu lokasi mainframe Project Umbra, sangat berharga. Namun, bisakah mereka mempercayai orang dalam perusahaan yang selama ini menjadi musuh mereka?
Dunrice menatap Kai melalui layar proyektor yang menampilkan suaranya sebagai hologram. Kai berdiri tegak, wajahnya serius dan tatapannya mantap.
"Saya mengerti keraguan kalian," kata Kai, suaranya tenang namun tegas. "Tapi percayalah, saya tidak ingin Project Umbra jatuh ke tangan yang salah. Teknologi ini terlalu berbahaya jika dikontrol oleh Sarah Miller."
Pemimpin Pemberontak mengelus dagunya, matanya menatap tajam ke arah Kai. "Apa bukti yang Anda miliki untuk meyakinkan kami?"
Kai tidak ragu-ragu. "Saya bisa memberikan denah markas Miller Tech yang detail, termasuk lokasi mainframe yang terisolasi. Saya juga bisa membantu kalian melewati sistem keamanan yang ketat."
V.I., yang selama ini dikenal sebagai anggota pemberontak yang paling skeptis, angkat bicara. "Bagaimana kami bisa tahu informasi itu akurat? Dan apa yang Anda harapkan sebagai imbalan atas bantuan ini?"
Kai terdiam sejenak, seolah menimbang jawabannya. "Saya tidak meminta imbalan apapun," ujarnya akhirnya. "Saya hanya ingin Project Umbra dihancurkan. Dan saya yakin kalian memiliki cara untuk melakukannya."
Keputusan yang Berat
Dunrice merasakan dilema yang dihadapi para pemimpin pemberontak. Informasi dari Kai bisa menjadi kunci kemenangan mereka. Namun, resiko menerima bantuan dari orang dalam seperti Kai juga tidak bisa diabaikan.
Anya berbisik di telinga Dunrice, "Menurutmu kita bisa mempercayainya?"
Dunrice menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi kita tidak punya banyak pilihan lain."
Menerima Bantuan dengan Syarat
Pemimpin Pemberontak akhirnya angkat bicara. "Kai," ujarnya, suaranya tegas. "Kami bisa menerima bantuanmu, tetapi dengan syarat."
Kai menunggu kelanjutan ucapan Pemimpin Pemberontak.
"Kami akan memverifikasi informasi yang Anda berikan. V.I. dan timnya akan menyusup ke markas Miller Tech secara rahasia untuk memastikan lokasi mainframe tersebut."
V.I. mengangguk mantap. "Saya siap menjalankan misi itu."
"Jika informasi Anda akurat," lanjut Pemimpin Pemberontak, "kami akan bekerja sama dengan Anda untuk menghancurkan Project Umbra. Namun, jika kami menemukan kejanggalan atau Anda mencoba mengkhianati kami, konsekuensinya akan sangat berat."
Kai menatap Pemimpin Pemberontak dengan tatapan mantap. "Saya mengerti. Saya bersumpah untuk membantu kalian menghentikan Project Umbra."
Persiapan Misi Baru
Suasana di ruang strategi mulai mencair. Ketegangan berganti dengan semangat persatuan untuk menghadapi musuh bersama. Kai mengirimkan denah markas Miller Tech beserta detail lokasi mainframe yang terisolasi. V.I. dan timnya segera mulai mempelajari denah tersebut dan mempersiapkan misi infiltrasi rahasia.
Dunrice, Anya, dan Dr. Li berkumpul untuk membahas strategi lanjutan. Dr. Li menjelaskan bahwa mereka harus menemukan cara untuk menghancurkan mainframe Project Umbra tanpa merusak seluruh infrastruktur markas Miller Tech.
"Kita bisa mencoba meretas mainframe tersebut dan memasukkan virus perusak yang lebih canggih," saran Anya, matanya berbinar.
Dr. Li mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus. Namun, kita perlu perhitungan yang matang agar virus tersebut tidak menyebar ke sistem lain."
Persatuan yang Rapuh
Sementara para pemberontak bersatu untuk menghentikan Project Umbra, bayang-bayang ketidakpercayaan terhadap Kai masih menyelimuti mereka. Dunrice dan V.I. bertekad untuk mengawasi pergerakan Kai secara ketat. Mereka tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecurigaan terhadap mantan kepala keamanan Miller Tech itu.
Menuju Babak Final
Dengan informasi dari Kai dan semangat persatuan yang rapuh, para pemberontak bersi