NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4 Awas ntar jodoh!

Pagi hari di Happy Cafe.

Bimo sudah bangun sejak subuh. Dia juga sudah menyiapkan sarapan pagi untuk adik kesayangannya yang masih ngorok di kamarnya padahal matahari sudah bersinar sempurna.

"Leni!"

Bimo mengetuk pintu kamar adiknya.

"Leni, bangun. Pagi ini kamu yang jaga cafe, abang mau belanja."

Di kamar, Leni justru baru saja membuka matanya. Mendengar ocehan abangnya membuat telinganya sakit saja.

"Cerewet banget sih abang, berisik." rutuknya.

"Leni, bangun bangun!"

"Iya, udah bangun kok bang." membuka pintu kamarnya.

"Cepat mandi, sarapan, terus turun. Kamu yang jaga cafe pagi ini. Abang mau belanja, biji kopi tinggal sedikit."

"Dua kali lipat."

"Apanya yang dua kali lipat?"

"Gaji." jawab Leni dengan wajah polosnya.

"Antara kakak adik gak ada gaji. Lagian, biaya kuliah kamu, jajan, makan semuanya gratis. Giliran minta tolong bentar aja minta di gaji." Rutuk Bimo pada adik gadis nya itu.

"Dua kali lipat atau aku gak mau jaga cafe." teriaknya sambil membanting pintu kamarnya.

"Iya iya, dua kali lipat." Bima balas berteriak sambil menggelengkan kepala melihat tingkah adik kesayangannya itu.

Setelah memastikan Leni mau menjaga cafe, Bimo pun bergegas turun ke lantai bawah dimana cafenya berada. Dia menyewa ruko dua lantai. Di lantai atas, rumah tempat tinggalnya dengan Leni. Sementara di lantai bawah dia jadikan cafe.

Bimo membuka semua jendela kaca, pintu dan membersihkan meja serta kursi. Setelah bagian dalam cafe siap, dia pun menuju area luar untuk membersihkan sampah sampah yang ada.

Begitu Bimo sedang semangat menyapu halaman cafe, Wendi pun datang dengan motor metik nya yang memiliki suara lantang bak motor gede.

"Cewek kok kelakuan seperti preman!" Celetuk Bimo menyindir Wendi.

"Suka suka gue. Dari pada situ, badan gede berotot, tapi kayak cewek." Ejek Wendi sambil melepas helmnya.

"Lihat tu, berani sekali mengatai orang yang jauh lebih tua."

"Umur aja kali yang tua, tapi mental masih kayak anak kecil."

"Mulut kamu itu jahat banget. Perempuan kok mulutnya gitu."

"Apa?!"

Wendi dan Bimo pertama kali bertemu dua tahun lalu. Wendi itu teman baik sekaligus kakak kesayangan Leni. Dengan Wendi, Leni merasa hidupnya menjadi lebih asik dan bebas. Tidak seperti dulu yang melulu diatur oleh mama papanya.

Bimo sangat tidak suka Leni berteman dengan Wendi, tentu saja karena tampilan Wendi yang sangar, acak acakan dan seperti anak jalanan yang badung. Dia tidak ingin Leni ikut ikutan badung seperti Wendi. Namun sayang, Leni tidak mau mendengarkannya. Dia semakin akrab berteman dengan Wendi.

"Leni jadi ikut ikutan bicara kotor sejak berteman sama kamu."

"Oya? Tapi sorry to say, Leni bicara kotor bukan karena gue." Wendi menegaskan.

"Sudah sangat jelas Leni mulai bicara kotor itu sejak berteman sama kamu."

"Situnya aja yang gak kenal Leni dengan baik!"

"Apa kamu bilang..."

"Stoooppp!!" Teriak Leni yang tiba tiba menghampiri mereka.

"Kalian itu setiap bertemu pasti berantem. Ntar jodoh baru tau rasa."

"Gak akan." tegas Bimo.

"Gak sudi gue jodoh sama aki aki tua kayak situ." balas Wendi.

"Udah stop. Ini masih pagi, udara masih segar adem ayem gini tu gak cocok untuk mendengarkan pertengkaran kalian." Leni mencoba menjadi penengah.

"Abang juga, katanya mau belanja. Sana pergi."

Bimo tampak sangat tidak suka pada Wendi. Ingin rasanya dia mengusir Wendi andai tidak memikirkan perasaan adeknya yang begitu menyayangi Wendi.

"Jaga Cafe dengan baik. Jangan sampai ada yang hilang. Mana tau ada copet yang berpura pura jadi baik." ucap Bimo.

"Iya iya, sana pergi." Leni mendorong tubuh abangnya menjauh dari Wendi.

"Kak Wendi maaf ya. Jangan ambil hati ucapan abang. Dia sebenarnya baik kok, tapi karena dunia terlalu kejam sama dia, makanya abang jadi ketus seperti itu."

"Santai aja, Len. Gue gak peduli juga. Toh gue disini buat bantuin lu."

"Makasih ya kak." Leni memeluk Wendi.

Bagi Leni, Wendi itu seperti kakak perempuannya. Pengganti mamanya juga. Lebih dari itu, Wendi jauh lebih perhatian sama dia dibanding mamanya.

~

~

~

ROOM ENTERTAINMEN

Mobil sport milik Adit memasuki halaman gedung Room entertainmen. Banyak fans yang berkumpul di depan gedung menunggu idola mereka.

Adit memarkir mobilnya tepat di depan kerumunan orang orang itu, dia pun turun dengan kerennya dari mobil. Adit menyibak rambutnya dan membuka kaca mata hitamnya. Dia sangat keren.

"Wuaaahhh!!" Teriak orang orang itu sambil berlari kearah Adit yang tampak percaya diri.

Tapi, ternyata orang orang itu malah melewati Adit begitu saja. Mereka berlari kearah lain, dimana seorang cowok keren yang juga baru turun dari mobilnya.

Adit pun menoleh dan melihat kearah anak muda yang ternyata adalah bintang populer yang sedang naik daun tahun ini. Dia, Brian.

Hp Adit berdering, rupanya Romi yang menelpon.

"Gue di depan gedung."

"Ya udah ayo masuk. Langsung ke lantai lima."

"Oke oke."

Sebelum Adit melangkah masuk menuju gedung itu, Brian melangkah lebih dulu dan melewati Adit begitu saja. Para fans nya mengikutinya hingga ada beberapa orang yang menyenggolnya.

"Maaf, om." ucap seorang cewek imut, mungkin berusia empat belasan tahunan.

"Apa? Om??!" Adit tersulut emosi karena di kira sudah setua itu.

"Menyebalkan." rutuknya, meski begitu dia tetap melangkah masuk.

Begitu tiba di lantai lima, Adit tidak langsung menemui Romi. Dia ke toilet terlebih dahulu. Saat hendak mencuci tangan ke wastafel, rupanya ada Brian yang sedang mencuci tangannya juga disana.

"Maaf mas, fans dilarang menggunakan toilet di lantai lima." ucapnya dengan sombong dan lagi lagi melewati Adit begitu saja.

"Sombong amat. Baru juga jadi artis udah kena star sindrom." rutuk Adit.

Hari ini mood nya benar benar rusak. Membuat emosi semakin menaik dan mungkin akan segera meledak sebentar lagi.

Kini Adit sedang berbincang dengan Romi, di studio yang sudah tampak siap untuk pengambilan gambar hari ini.

"Jadi gimana?" tanya Romi.

"Gak deh, bang. Gue gak punya waktu untuk ikut serta dalam ajang ini." tolaknya.

"Yah sayang banget. Padahal kamu jago nyanyi dan juga tentu saja wajah kamu ikon loh, Dit."

"Sorry deh, bang. Gue benaran gak bisa."

"Ya udah deh. Tapi aku harap kamu masih akan berubah pikiran."

Saat Adit hendak melangkah pergi, Brian datang menghampiri Romi.

"Bang, kenapa dia bisa sampai di sini. Bukankah fans dilarang mengikuti sampai kesini?" Ucap Brian yang membuat Adit menghentikan langkahnya.

Dia pun berbalik dan menghampiri Romi. Hal itu tentu membuat Brian menatap sinis padanya dan Romi menatap penuh harapan pada Adit.

"Oh dia bukan fans. Ini Adit tamu saya Brian." Romi menjelaskan yang membuat Brian menganggukkan kepala.

"Gue setuju ikut idol boys." ucap Adit sambil menatap tajam tepat kedua bola mata Brian.

"Serius?" Romi tampak antusias.

"Gue gak akan mengulangi kalimat yang sama dua kali." tegas Adit.

"Oke, deal." Romi tampak sangat gembira menyambut Adit.

"Deal!"

Adit tersenyum puas melihat ekspresi Brian yang tampak jelas tidak suka padanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!