NovelToon NovelToon
Suami Tulang Lunak

Suami Tulang Lunak

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Kaya Raya / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:28.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Kebayang gak punya suami tulang lunak alias banci? Mudah-mudahan gak ya..., novel ini hanya imajinasi author saja, semoga suka dengan jalan ceritanya...

***
Untuk menyelamatkan keluarga dari kehancuran finansial, orang tua Vina memaksanya menikah dengan seorang pemuda kaya raya bernama Nathan. Nathan adalah putra tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki harta melimpah. Meski tampan dan menawan, ada kelainan di dirinya dan sering bertingkah seperti banci. Tingkah lakunya yang lembut dan gemulai membuat banyak orang terkejut, termasuk Vina.

Bagaimana kisahnya? Yuk kita mulai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 - Teror Masa Lalu

Malam itu, di dalam kamar yang hangat dan nyaman, Vina sedang membenahi tempat tidur mereka. Sesekali dia melirik ke arah Nathan yang duduk di pojok ruangan dengan wajah gelisah.

Tiba-tiba, Nathan memanggilnya dengan suara berat namun pilu. "Vina, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, sejak dulu aku menyimpan rahasia ini sendirian karena tidak ada yang bisa aku percaya."

Vina berhenti sejenak, lalu duduk di samping Nathan, "Rahasia apa, Nathan? kau bisa ceritakan padaku."

Nathan menarik napas dalam-dalam, lalu mengungkapkan kebenaran yang menghantui pikirannya selama bertahun-tahun. "Ibuku... dia meninggal karena Bu Widia telah membunuhnya."

Seketika, mata Vina melebar tak percaya. "Apa?!," tanyanya terkejut.

Nathan melanjutkan dengan menjelaskan secara detail kejadian masa lalu itu. Dia menceritakan bagaimana Widia meracuni ibunya dengan perlahan-lahan, membuatnya sakit dan akhirnya pun ibunya itu meninggal dunia juga karena Widia.

Semua itu dilakukan demi menguasai harta keluarganya dan mempermainkan kehidupan Nathan.

Mendengar cerita Nathan, emosi Vina memuncak. Ia tidak habis pikir bahwa selama ini mereka telah tinggal dengan seorang pembunuh. "Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja," kata Vina dengan tegas. "Kita harus membuatnya mengakui dosanya," lanjutnya.

"Aku juga ingin dia bertanggung jawab untuk semua itu, juga atas kematian ayahku, aku yakin, ayahku juga sudah menjadi korbannya, tapi aku sangat takut Vina," ujarnya dengan merengek karena belum berubah seutuhnya.

"Tenanglah, aku ada denganmu, jadi, kau jangan takut lagi, ya?."

"Tapi Vina, saat ini aku takut, aku takut dia akan melukaimu, karena setiap kali, orang-orang yang ada di sekitarku selalu celaka."

"Tenang, saja, aku ini sekuat baja, kau tau?."

Seru Vina, Nathan pun mengangguk dan merasa lebih tenang. "Kita akan merencanakan sesuatu," ucap Vina lagi.

Setelah berdiskusi, Vina dan Nathan merancang skenario untuk memancing Widia agar mengingat dosa-dosanya dulu. Mereka memutuskan untuk melakukan teror dengan cara yang mirip dengan metode yang digunakan Widia untuk membunuh ibunya Nathan.

Keesokan harinya, Vina mulai menjalankan rencana mereka. Dia memulai dengan hal-hal kecil yang dapat mengganggu pikiran Widia.

Vina menulis pesan ancaman di cermin kamar mandi yang berada di kamarnya dengan lipstik merah, "Ingat dosa-dosamu." Ketika Widia menemukan pesan itu, wajahnya menjadi pucat dan tangannya pun gemetar.

"Siapa yang melakukan ini?!," teriaknya, namun tidak ada yang menjawab. Adapun Vina dan Nathan hanya bersikap santai saat terjadi kegaduhan di kamar Widia itu. Mereka hanya berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Malam berikutnya, Vina menaruh botol obat kosong di meja makan, mirip dengan botol obat yang digunakan Widia dulu. Ketika Widia melihatnya, dia merasakan deja vu yang mengerikan. Pikirannya mulai terganggu, namun dia berusaha menenangkan diri.

Beberapa hari kemudian, Vina dan Nathan memutuskan untuk meningkatkan teror mereka. Mereka memutar rekaman suara yang berisi jeritan dan tangisan yang mirip dengan suara ibu Nathan ketika sedang sekarat.

Widia mendengar suara itu dari kamarnya di tengah malam hingga membuatnya bangun dengan keringat dingin dan sangat ketakutan.

Pada puncaknya, Vina dan Nathan menyiapkan adegan terakhir. Mereka menunggu sampai Widia tertidur, lalu menata kamar Widia agar terlihat seperti tempat kejadian pembunuhan ibu Nathan dahulu.

Mereka menaruh bantal dan selimut di lantai dengan bercak-bercak merah yang menyerupai darah. Hingga, ketika Widia terbangun di tengah malam, dia melihat adegan itu dan langsung menjerit. "Tidak! Ini tidak mungkin! Aku tidak mungkin tertangkap!."

Vina dan Nathan langsung masuk ke kamar Widia, menatapnya dengan penuh kebencian. "Bu Widia, ingat dosamu," kata Nathan, "Sudah saatnya kau membayar semuanya."

Widia terduduk lemas di lantai, wajahnya nampak pucat dan penuh dengan ketakutan. "Aku... aku tidak tahu... aku tidak sengaja..."

"Kau harus mengaku, Bu Widia," desak Vina dengan suara yang dingin dan tegas. "Kau harus mengakui semua yang telah kau lakukan."

Widia mengangkat pandangannya dan menatap balik Vina dengan tatapan lebih tajam. "Ternyata semua ini ulahmu, gadis kampung! Kau sengaja menerorku, hah!."

Widia, yang awalnya merasa ketakutan, kini perlahan bangkit dari duduknya dan berdiri sambil membusungkan dada. "Ya, aku memang membunuh ibumu, Nathan, aku membunuhnya karena dia selalu jadi penghalang antara aku dan Mas Hartono!."

"Apa!," pekik Nathan terkejut, saking terkejutnya ia sampai mundur hingga mentok di dinding.

"Bu Widia! Kau sangat jahat!," teriak Vina marah. "Kau akan membayar semuanya dan mendekam di penjara!," lanjutnya dengan nada yang lebih tinggi.

"A ha ha ha ha ha... Kau pikir, aku akan tertangkap semudah itu, hah? Kejadian itu tidak ada bukti sama sekali, bahkan tidak ada yang mencurigai jika kematian ibumu itu karena dibunuh! A ha ha ha ha ha..."

"Kau pikir, kami sebodoh itu?," tanya Vina, sambil memperlihatkan ponselnya yang merekam semua perkataan Widia.

"Vina, kau!," pekik Widia dengan matanya yang membelalak. "Berikan itu padaku!," teriaknya sambil berusaha meraih ponsel dari tangan Vina.

Namun, dengan ketangkasan Vina, ia menghindar dan segera berlari keluar kamar bersama Nathan. Mereka menuruni tangga dengan cepat, sementara Widia berteriak histeris dari belakang dan mencoba mengejar mereka.

"Kita berhasil, Nathan!," seru Vina saat mereka mencapai pintu depan.

Nathan mengangguk, meski wajahnya masih penuh ketegangan. "Aku tidak percaya kita akhirnya bisa mendapatkan pengakuannya."

Vina menggenggam tangan Nathan erat-erat dan berkata, "Ini baru permulaan, sekarang kita punya bukti, kita bisa menyerahkannya ke polisi."

Malam itu, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah hotel yang tidak jauh dari rumah guna menghindari Widia yang khawatir melakukan hal nekat.

Tidak menunda lama, keesokan harinya mereka segera menuju ke kantor polisi dengan hati yang berdebar-debar. Sepanjang perjalanan, Vina menenangkan Nathan yang masih terguncang oleh pengakuan mengejutkan dari Widia itu.

Setelah sampai di kantor polisi, mereka langsung menyerahkan rekaman sebagai bukti. Petugas polisi mendengarkan dengan seksama dan menyatakan bahwa ini adalah bukti kuat untuk membuka kembali kasus kematian ibu Nathan.

"Kalian telah melakukan hal yang luar biasa," kata salah satu petugas. "Kami akan segera menindaklanjuti ini."

Vina dan Nathan merasa lega, meski perjalanan mereka masih panjang. Kebenaran akhirnya terungkap, dan mereka tahu bahwa Widia akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Dengan langkah mantap, Vina dan Nathan keluar dari kantor polisi, tanpa menyadari bahaya yang mengintai mereka.

Di kejauhan, Widia menunggu di dalam mobilnya dengan pandangannya yang penuh kebencian. "Jika aku tertangkap, kau harus mati dulu, Vina!" teriaknya, sambil menginjak pedal gas dengan penuh kekuatan.

Mobilnya meluncur cepat, menuju Vina dan Nathan yang sedang berjalan menuju mobil mereka.

Vina baru saja hendak membuka pintu mobil ketika tiba-tiba Wiliam muncul dari arah yang tidak diketahui. Dengan secepat kilat, ia mendorong Vina hingga terhindar dari kecelakaan yang disengaja oleh Widia.

Namun, meski Vina selamat, tapi Wiliam telah menjadi korban. Dia tertabrak dengan keras hingga terpental jauh akibat kekuatan tabrakan yang sangat kuat.

Seketika Widia menghentikan mobilnya dan membelalakan mata saat menyadari bahwa yang ditabraknya adalah Wiliam, bukan Vina. "Tidak! Tidak! Anakku! Wiliam," teriaknya, dengan suara penuh kepanikan.

Dengan tangisan yang tak terbendung dan langkah yang sempoyongan, Widia mendekati tubuh Wiliam yang tergeletak mengenaskan di jalan.

Vina, yang masih dalam keadaan terkejut, segera dibantu Nathan untuk berdiri. Mereka berjalan menghampiri Wiliam dan menatap tubuhnya yang tidak bergerak dengan perasaan tidak percaya. "Wiliam!," teriak Vina dengan suara parau.

Widia menangis tersedu-sedu di samping tubuh Wiliam. Lalu, pandangannya beralih pada Vina dan Nathan yang berdiri di dekatnya. "Ini semua gara-gara kau! Harusnya aku menabrakmu! Kenapa Wiliam yang jadi korban!" teriaknya histeris. Kata-katanya membuat Vina dan Nathan semakin tidak percaya atas tindakan nekat yang dilakukan Widia hingga membuat mereka tercengang.

Kejadian tersebut, yang terjadi tepat di depan kantor polisi, langsung direspon oleh anggota polisi dan warga sekitar yang berusaha membantu Wiliam.

Namun, Widia langsung ditangkap oleh polisi karena terbukti sengaja menabrak Vina, meskipun Wiliam yang menjadi korban. Ia dibawa ke penjara dan kehilangan akal sehat karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa Wiliam meninggal karenanya.

Di tengah kekacauan itu, Nathan menggenggam tangan Vina erat-erat seraya berkata, "Kita harus tetap kuat, Vina," bisiknya dengan mata berkaca-kaca. Vina mengangguk pelan, meski hatinya dipenuhi dengan kesedihan dan rasa bersalah.

Mereka berdua berdiri di sana, di tengah jalan yang kini dipenuhi sirine polisi dan teriakan panik, menyaksikan saat-saat terakhir Wiliam. Keberaniannya dan pengorbanannya untuk menyelamatkan Vina akan selalu diingat, meski rasa kehilangan ini akan mereka ingat seumur hidup.

1
yunita
ayoo jangan lama...lamaa...buat bongkar widia thourrrr kasihan vina yg slalu berkoban buat nathan ayooo....buat widia / tuti bongkar kebusukanya thourrr
Suanti
nathan suruh detektif cari tau tentang widia biar tau siapa widia jdi orang jgn terlalu baik malahan di manfaatin 😅😅😅
Aurora: Operasi plastik emang canggih 😂😅
total 1 replies
Suanti
pasang lah cctv setiap sudut biar ketahuan kebusukan widia melalui cctv, setelah ketahuan jeblos kan ke penjara
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
🤲🤲🤲aminn
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
👍👍👍👍
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
sabarr🤭
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
ikuttttt🏃🏃🏃
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
semga nnti kembar anknya
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
kukira dh hamil
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
hamilll yaa
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
waduhh 🤣🤣🤣🤣🤣
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
bisaa ada di balik sofaa
Aurora: Kayaknya pas buka dasinya pas lagi beradegan.... 🤫😄
total 1 replies
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
habis olahraga Bu.🤭🤭🤭🙈
Aurora: Aw, selalu, kan Vina demen olahraga apalagi sama Nathan 🏃🏃🏃🏃😅
total 1 replies
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
gtu dongg kn enak
Reza Muna
Luar biasa
yunita
hla kpn mak lampir matiii thourrrr ajyr tenan iki jummmm.....
Suanti
semoga cpt punya momongan tapi jgn keturunan bpk nya banci 😂😂😂
Aurora: Wkwkwk mending kalau nanti dapet istri kaya Vina ya, kalau nggak, ya gitu deh 😅🤣🤣
total 1 replies
Susi Susanti
Luar biasa
Aurora: Terima kasih kakak... 🤗🙏
total 1 replies
Aurora
Waduh, salah ketik, masa iya orang yang udah meninggal bisa ngomong sih 😅🙏🙏
yunita
lnjuuttttt
Aurora: Terima kasih kakak... 🤗🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!