CAMARADERIE : Alesha & Airlangga

"Lihat, siapa yang datang" seru Endra.

Senyum Ale terbit saat melihat Aland. Lelaki tua itu langsung berjalan menuju ke arahnya yang mengelus punggung tangan Ale.

"Maaf baru bisa datang sekarang yah."

"Tidak apa-apa, opa. Silahkan duduk" Ale setengah berbaring, kepalanya ditinggikan.

"Silahkan duduk, pak" Endra ikut mempersilahkan Aland.

"Terima kasih." ucap Aland.

"Kalau bukan karena Endra yang beritahu, opa gak akan tahu kalau Ale dirawat di sini. Terima kasih Endra, sudah mengabari lelaki tua ini "

"Bukan hal yang besar, pak. Terima kasih juga atas bantuannya."

"Demi cucuku yang cantik ini, apasih yang gak bisa?" Aland terkekeh.

Sekitar satu jam kemudian, pintu ruang perawatan Ale kembali terbuka. Melihat siapa yang datang, Endra dan Aland melipir ke sudut ruangan yang terdapat satu set sofa.

Glabela Ale berkerut melihat kedatangan Air, Aruna dan tiga orang lainnya.

"Le, saya Sky. Yang dulu selalu main ke rumah kamu di kota Eagle." ujar lelaki yang mengenakan seragam loreng, tapi dilapisi jaket.

"Hai kak Sky" sapa Ale.

"Kak, jangan diajak ngomong dulu. Ale belum ada tenaga ini" omel Air.

"Dih" Anta berdecih.

"Araya, kenalan dulu sama Ale." suruh Aruna.

"Haii Alesha. Kalau aku namanya Araya, ini Antariksa. Kami juga teman kecil kamu tau waktu masih di Cakrawala. Tapi sepertinya kamu tidak ingat, karena saat itu kamu masih kecil. Seperti ini" Araya bahkan sampai memperlihatkan foto mereka saat Ale masih duduk di atas stroller, sambil menunggu mamanya bermain voli.

"Wah" Ale takjub. Hari ini ia kembali dipertemukan dengan teman-temannya yang bahkan ia saja lupa dengan mereka. Wajar saja, usianya saat itu masih terlalu kecil.

"Senang bertemu dengan kakak-kakak lagi" ujar Ale yang diakhiri dengan senyuman.

Aruna dan Araya berceloteh menceritakan bagaimana mereka bisa saling mengenal.

"Jadi mbak Aruna dan mbak Araya teman kuliah yah?" tanya Ale.

"Iya. Dan kamu harus tahu, kalau Araya akan menjadi bagian dari keluarga Dhanurendra, Le. Araya dan Sky adalah sepasang kekasih sekarang." Aruna memberikan pengumuman.

"Wah" takjub Ale.

"Aruna, kesini mau besuk Alesha atau mau diajak bergosip?" tanya Sky.

"Mau besuk sih, tapi sekalian bergosip juga." jawab Aruna. Meskipun usianya dan Sky seumuran, tapi ia cukup takut dengan teman kecilnya itu yang kini merangkap menjadi keluarganya.

"Kak Sky berubah banyak." ucap Ale, suaranya dibuat sangat kecil agar tidak terdengar oleh lelaki itu.

Arunika dan Araya sama-sama terkekeh mendengar ucapan polos Ale yang benar adanya.

"Tante Ara kemana, Le?" tanya Araya.

"Pulang ke rumah, mbak." jawab Ale.

Endra datang membawa makanan dan juga minuman, ia meletakkan di atas karpet tebal yang diduduki oleh para teman-teman Ale.

"Silahkan di habiskan yah." ucap Endra sebelum kembali bergabung dengan Aland.

"Di makan, kak. Jangan malu-malu" suruh Ale.

"Mana ada malu-malu sama kamu, Le. Dulu saja saya kok yang suapin kamu makan" ujar Anta.

Araya sudah terbahak-bahak.

"Beneran itu?" tanya Air, ia merasa tidak percaya.

"Kak, perlihatkan ke Air kalau kita berdua memang menjadi kakak-kakak kesayangan anak-anak asrama dulu"

Araya benar-benar mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan beberapa foto saat dirinya masih kecil.

"Pantesan. Dulu Ale juga jadi kepala suku di kota Eagle." imbuh Sky.

"Ternyata ajaran Araya dan Antariksa " sambung Arunika.

"Makasih yah mbak, kak, udah jagain Ale waktu kecil" ucap Ale.

"Sama-sama sayangku. Duh, sekarang udah besar kamu dek" Araya tentu merasa senang karena bisa bertemu kembali dengan teman kecilnya.

Tidak sampai disitu, pangdam saja sampai turun tangan membesuk Ale. Ia datang bersama istrinya, bu Ivana.

"Terima kasih pak, mbak atas kedatangannya." ujar Ara. Kemarin ia memang sempat bertegur sapa dengan bu Ivana di kegiatan.

"Sama-sama, dik" ucap pak Gemal sebelum bergabung dengan laki-laki dewasa lainnya.

"Gak nyangka yah dik, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali. Sekarang malah tugas di wilayah yang sama. Anak-anak sudah pada besar. Lebih mengejutkan nya lagi, ternyata Ale ini kenal dengan teman spesialnya Araya."

"Iya, mbak. Suatu kesyukuran bagi saya karena bertemu mbak kembali. Ale dan Aruna bersaudara berteman mbak, waktu kami masih di kota Eagle." jelas Ara.

✨✨✨

"Ma, teman-teman boleh datang gak?" tanya Ale. Ia merasa tidak enak jika terlalu lama mendiamkan pesan teman kelasnya.

"Kakak gimana? Udah baikan?"

"Hanya badannya saja yang ngilu, ma. Dinginnya juga kalau menjelang gelap. Kalau siang begini, lumayan baik."

"Ya sudah, gak apa-apa. Asalkan kakak jangan capek-capek dulu." Ara memberikan izin kepada teman anak-anaknya yang hendak datang membesuk.

Dan benar saja, berbekal petunjuk dari petugas rumah sakit, beberapa teman kelas Ale datang menyambangi ruang perawatan Ale.

"Ha-" teriakan Wana tertahan saat melihat wanita cantik tersenyum ke arahnya.

"Selamat siang, Tante" Liona dengan cepat menguasai keadaan dan menyalami Ara. Tindakan Liona diikuti oleh teman-temannya yang lain.

"Selamat siang, semuanya. Ayo, masuk, duduk sekalian." ajak Ara.

"Terima kasih Tante " kini Johan yang mewakili teman-temannya.

"Ale-nya ada?" tanya Salwa.

"Tunggu sebentar yah. Ale sedang di kamar mandi." Ara tersenyum. Ia lalu menyusul anaknya yang tadi pamit ke kamar mandi.

"Haii!" sapa Ale, ia dibantu jalan oleh Ara dan juga Gea.

"Ale!" pekikan mereka tertahan. Raut wajah senang bercampur khawatir tergambar pada wajah mereka.

"Jangan mangap, nanti mulut kalian kemasukan lalat." ujar Ale setelah duduk di atas bed.

"Terima kasih, ma" gumam Ale.

Ara mengangguk. Ia lalu mengeluarkan minuman dan juga cemilan untuk teman-teman anaknya, sebelum pamit masuk ke dalam kamar yang tersedia.

"Ngada-ngada, mana ada lalat di tempat mewah kayak gini" ujar Gema.

"Iya nih, lagi sakit aja masih bercanda." Liona menimpali.

Ale terkekeh.

"Dimakan itu. Aku tahu kalian lapar dan letih baru pulang sekolah ." suruh Ale.

"LE, LO MESTI TAHU" toa Wana.

"Wana, yang kalem " Johan mengingatkan.

Pembesuk kali ini benar-benar bar-bar pemirsa.

"Ada apa Wana? Sepertinya penting sekali." Ale dibuat penasaran.

"Sekolah gempar karena kedatangan tentara ganteng dan muda. Beliau yang bawa surat keterangan sakit lo. " Wana menjelaskan dengan penuh semangat.

"Owalaah, mungkin om Yahya."

"Kamu setiap hari lihat om-om ganteng Le?" tanya Salwa.

"Iya, kan tempat tinggal mereka berhadapan langsung dengan rumah dinas papa." jawab Ale.

"Le, ajak gue ke rumah lo dong " pinta Wana.

"Jangan, Le. Nanti satu batalyon pada sambat." Abi memperingati.

"Abii!"

Ale tertawa kecil melihat pertengkaran Abi dan Wana. Ia merasa sangat dipedulikan oleh mereka semua.