Warning!!!
Selamat berhalu dan membayangkan karakter pemeran ya... 😘
Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Vina, yang dikenal sebagai gadis bar bar namun memiliki paras yang cantik. Ia tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan penuh semangat, dengan sikap yang tak kenal takut dan tak mudah diatur. Namun, kehidupan Vina berubah drastis ketika keluarganya terjerat hutang besar yang tak mampu mereka lunasi.
Untuk menyelamatkan keluarga dari kehancuran finansial, orang tua Vina memaksanya menikah dengan seorang pemuda kaya raya bernama Nathan. Nathan adalah putra tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki harta melimpah. Meski tampan dan menawan, ada kelainan di dirinya dan sering bertingkah seperti banci. Tingkah lakunya yang lembut dan gemulai membuat banyak orang terkejut, termasuk Vina.
Bagaimana kisahnya? Yuk kita mulai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Drama naik motor
Malam ini, Nathan dan Vina beristirahat lebih awal karena esok hari adalah hari yang penting bagi Nathan. Hari pertama dia bergabung dengan perusahaan.
Waktu delapan jam terasa begitu singkat. Pagi pun menjelang dengan cepat hingga membangunkan mereka dari tidur nyenyak.
"Vina, ikut denganku ya, ini hari pertamaku, aku ingin di temani kamu biar gak gugup," ujar Nathan ketika Vina memakaikan dasi di lehernya.
Vina tersenyum lembut sambil fokus memasangkan dasi yang hampir selesai, "Haruskah?."
"Iya dong, masa ya iya yey xi xi xi xi...." jawab Nathan seraya tertawa kecil.
"Kamu ini, selalu ada saja," balas Vina menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Aku hanya ingin kamu di sana, kamu yang selalu membuatku merasa tenang."
Kemudian, mereka bersiap diri dengan canda tawa yang mengisi kehangatan di ruang kamar mereka. Vina membantu Nathan merapikan kemejanya, sementara Nathan sibuk mencari sepatu yang cocok.
"Ini sepatu yang cocok, kan?," tanya Nathan sambil menunjukkan sepasang sepatu hitam.
Vina mengangguk setuju. "Ya, itu sempurna, kamu akan terlihat sangat profesional."
Setelah siap, Nathan dan Vina segera menaiki mobil mereka dan melaju dengan kecepatan sedang menuju perusahaan baru Nathan. Namun, ketika mereka berada di pertengahan jalan, tiba-tiba saja mobil mereka mogok.
"Ada apa, Pak?," tanya Vina kepada sang sopir yang terlihat panik.
"Saya tidak tahu, Nona, saya akan cek dahulu," jawab sopir sambil membuka kap mesin.
Beruntung, sebuah bengkel tidak terlalu jauh dari tempat mereka berhenti. Setelah sedikit berdiskusi, mereka memutuskan meminta sopir untuk memperbaiki mobil terlebih dahulu.
"Bagaimana ini, Vina? Pertemuan pertama kita sudah hampir terlambat," keluh Nathan sambil melihat jam tangan.
Vina berpikir sejenak, kemudian matanya tertuju pada sebuah sepeda motor yang diparkir di dekat bengkel. "Nathan, bagaimana kalau kita pinjam motor itu saja? Kita bisa sampai lebih cepat."
Nathan terkejut dan terlihat ragu. "Naik motor? Aku tidak pernah naik motor sebelumnya," rengeknya manja sambil menghentak-hentakan kaki.
"Ooh... Jadi kamu masih ingin di sebut Janeth ya?," canda Vina dengan wajah serius yang seketika menghentikan tingkah Nathan saat ini hingga bersikap cool lagi.
"Tidak ada pilihan lain, kamu tidak mau terlambat di hari pertamamu, kan?," tanya Vina seraya menenangkan.
Nathan menghela napas dan akhirnya setuju. "Baiklah, demi tidak terlambat."
Saat ini, Vina berbicara dengan pemilik bengkel dan berhasil meminjam motor. Lalu, Nathan memasang helm dengan ekspresi gugup hingga Vina tertawa melihatnya. "Tenang saja, aku pengemudi motor yang handal," ucapnya.
Perjalanan mereka pun dimulai. Nathan duduk di belakang Vina dengan canggung dan dengan tangan yang memegang erat ke pinggang Vina.
Angin yang menerpa wajah Nathan membuatnya semakin menciut hingga semakin mengeratkan pegangannya. Setiap kali Vina mempercepat laju motor, Nathan tidak bisa menahan diri untuk berteriak.
"Vina, pelan-pelaaan! Astaga, aku merasa akan terbaaang!!!," teriak Nathan.
Vina tidak bisa menahan tawanya seraya berkata, "Tenang, Nathan! Ini seru, kan? Lihat sisi positifnya, kita tidak akan terlambat!," balas Vina sambil terus tertawa.
Nathan mencoba mengalihkan perasaannya yang campur aduk dengan memejamkan mata, namun setiap kali Vina menikung tajam, dia kembali membuka mata dengan kaget.
" Aaaw! Aaarrrgggghhh! Aku gak suka iniii.... "
Di sepanjang jalan, beberapa kejadian lucu pun terjadi. Dimana, mereka sempat berpapasan dengan seorang penjual balon yang tiba-tiba balonnya terlepas dan hampir mengenai mereka.
"Aduh! Kenapa balon-balon itu menghampiriku siih...." Nathan refleks menunduk, sementara Vina tertawa terbahak-bahak.
"Tolong, jangan tertawa, aku benar-benar ketakutaaaa..n," kata Nathan dengan suara gemetar.
Akhirnya, setelah perjalanan yang penuh tawa dan teriakan, mereka tiba juga di perusahaan yang sangat besar. Nathan turun dari motor dengan kaki gemetar, sementara Vina masih tersenyum dengan lebar.
"Nathan, kamu baik-baik saja?," tanya Vina, mencoba menahan tawa.
Nathan menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik sajaaa, terima kasih sudah mengantarku, ih! ini akan menjadi hari pertama yang tidak akan pernah aku lupakan."
Mereka berdua pun tertawa bersama dan menikmati momen tersebut sebelum memasuki gedung perusahaan.
