NovelToon NovelToon
Teruji Dengan Nikmat

Teruji Dengan Nikmat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Siboro

ikatan pernikahan yang pada umumnya dilakukan oleh manusia normal, adalah ikatan yang memiliki kekuatan dasar yakni tujuan dan perasaan yang sama, keterikatan seseorang dengan pernikahan tentunya sudah melalui proses yang matang dan melibatkan logika yang kuat, tidak hanya emosi semata. seseorang berani mengambil sikap untuk menikah tentunya sudah mempertimbangkan baik dan bahkan buruknya. maka aku melakukan hal yang berbeda. menikah bagiku adalah menikah. tidak ada perdebatan dan pertimbangan karena memang tidak ada yang bisa dipertimbangkan dan diperdebatkan semua seakan sudah harus dipaksa seperti itu, mengalir begitu saja. bahkan aku muallaf pun seakan berjalan begitu saja tanpa ada paksaan dan kesadaran dari diri. semua sudah seperti diskenariokan begitu, aku hanya mengikuti arahan sutradara kemana hidupku akan dibawa dan harus menerima ujian begitu saja, sampai aku harus benar - benar masuk dalam peran dan menjiwai dengan begitu nikmat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Siboro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Muallafku kupertanyakan

Aku membuka pintu kamar sembari bersiap untuk mendengar apa yang akan menyakitkan selanjutnya.

Ternyata Aan masak dengan wajah sumringah tanpa merasa bersalah.

Begitu bahagia dengan acara yang sudah terlaksana.

"Wah...bidadariku tertidur lelap ya...kecapean ya sayang?...",

tanyanya pada putriku sembari mengecup keningnya.

Aku hanya diam.

" Bund...gak sangka rizky adek luar biasa, semua keluarga bisa berkumpul", sahutnya antusias.

" Bahkan keluarga mama dari kampung pada datang semua", tuturnya lagi.

"Tidak semua berkumpul, jangan melebih - lebihkan", jawabku ketus.

" Loh...semua bun...datang, saudara ayah semua datang, saudara mama semua datang, makanya siap ini kita keluar ya, kita sapa satu per satu", jawabnya.

" Sadar gak sih yang kekah itu anak siapa?", tanyaku mulai tersulut amarah.

"Putriku lah, darah dagingku. lucu bundamu dek...",

selorohnya sambil mengadu ke putriku.

" Dan itu hanya anakmu?",tanyaku lagi

"Hanya anakmu , anak ayah dan ibumu?, bukan anakku?",

tanyaku dengan emosi yang sudah memburu melihat sikapnya yang sudah keterlaluan.

" Anak kita berdua bun...! kenapa sih bun?", tanyanya tanpa menyadari apapun sama sekali.

" Jika anak kita, harusnya keluargaku juga berhak untuk tau dan diundang!!",

teriakku dengan suara pelan tertahan.

" Trus itu yang kau bilang dengan kumpul semua hah?, aku terlahir kedunia ini begitu saja tanpa ayah ibu dan saudara hah?! kamu sepele karena aku anak yatim piatu hah?",

aku sudah menemukan amarahku yang tertahan.

Aan terperanjat melihat kemarahanku.

" Sejak dari acara nikah sampai acara kekahan, aku melihat tak ada niat baik dari keluargamu memperlakukan keluargaku, mentang - mentang aku sudah hamil duluan sehingga tak layak dihargai gitu?",

pekikku lagi berbisik.

"Apa salahku sampai begitu teganya kamu membuatku seperti ini?!",

akhirnya tangisku pecah juga.

"Kuikuti semua sesuai keinginan keluargamu, bahkan Tuhanmu pun kujadikan Tuhanku, tapi tidak cukup juga hah? aku harus diam tidak bisa bicara untuk berpendapat, semakin terpenjara lagi karena aku dikasi makan sama mertua bukan sama suami!!", cecarku lagi.

" Kenapa sih bun? ada apa ini?", tanyanya lagi.

" Belum mengerti juga maksudku?", tanyaku padanya.

Aan hanya menggeleng.

" Bagaimana bisa kamu merasa semua keluarga sudah lengkap berkumpul di acara anakku, sementara engkau tidak mengundang keluarga dari pihakku? sebegitu tololkah ? atau memang sengaja dan tidak perduli?", jelasku padanya.

" Aku akan mencoba menanyakan pada mama",

jawabnya sambil berdiri hendak pergi.

Aku menahannya.

" Untuk kali ini, aku memohon dewasa sedikit, bijak dan pakai hati dan logikamu",

pintaku padanya.

" Kamu sudah menikah bahkan sudah punya anak, jadi tolong punya pendirian dan tanggungjawab sedikit, jangan semua kau limpahkan ke mama dan ayahmu! atau jangan - jangan kau menyetubuhi aku meminta ijin atau kau beritahu ke ayah dan mamamu ya?",sentilku

" Bunda....diam! ngawur kau!",

teriaknya segera keluar dari kamar.

Aku hanya bisa meratapi diri sendiri melihat kelakuannya.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar.

Aku kembali menyesali kebodohanku dan berandai - andai jika tidak bertemu dengannya, mungkin saat ini aku masih bergaul dengan teman - temanku.

Masih melakukan kegiatan keorganisasian dan tentunya kemungkinan aku sudah bekerja sesuai dengan harapanku sebelumnya.

Aku teringat kembali dengan pacar yang kutinggalkan begitu saja,

apakah ini karma atas perlakuanku padanya?

Aku berusaha untuk intropeksi diri dengan semua yang kulalui saat ini,

tetapi harus sesakit inikah Tuhan?

Aku sungguh sendiri tak punya tempat untuk berbagi cerita , semua kehidupanku dirampas begitu saja oleh kesalahan semalam saja..

Aku disiksa tiada henti oleh orang yang menyatakan cinta dan tanggungjawabnya kepadaku.

Sungguh mengerikan!

Bayangan masa dulu membuatku semakin menyesali segala yang terjadi saat ini.

Aku mulai menyadari betapa jauhnya diriku saat ini dari Tuhan.

Aku berpikir sudah sekian lama aku tidak pernah menumpahkan airmataku dengan segala keluh kesahku kepada Sang Pencipta.

Aku terlalu memberi kepercayaan dan menyerahkan diriku kepada manusia sehingga aku tersakiti terus - menerus.

Entah mengapa malam itu aku berniat memohon ampun,tanpa kusadari bahwa aku sudah menjadi seorang yang berbeda dari sebelumnya.

Aku sadar bahwa caraku untuk berbicara dengan Tuhan tidak bisa menggunakan cara lamaku lagu karena kini aku sudah muallaf, aku sudah seorang muslim.

Maka aku berniat untuk berdoa berdasarkan aturan keislaman, tetapi aku kembali merasa sakit manakala aku tidak tau bagaimana caranya.

Aku tidak tau bagaimana berwudhu, apalagi sampai mengucapkan surat - surat Alquran.

Aku tidak tau bagaimana mengerjakan sholat, kembali aku dirundung dilema yang semakin mendalam.

Haruskah aku berdoa dengan cara yang kutau sebelumnya?

sementara aku menyadari bahwa aku bukanlah yang dulu.

Betapa sakit rasanya bahkan untuk mengadu ke Tuhan pun aku harus mengalami kesulitan.

Betapa luar biasanya hidupku menjalani sesuatu yang bahkan aku tidak memahaminya.

"Tuhan lihatlah aku, dengan segala kebodohanku.

Tuhan dengarlah hatiku..., betapa sombongnya aku bahkan untuk menemuimu pun aku tidak tau lagi bagaimana caranya.

Inikah caramu untuk menegurku? jika memang iya maka tunjukkan jalan bagiku!", batinku.

Aku selama ini hanya sekedar mengikuti tanpa memahami. hanya sekedar menghargai tanpa mengimani.

Sungguh aku telah berdosa.

Namun terbersit tanya dalam hatiku,

Apakah seperti itu yang diajarkan di islam? mematuhi orangtua dengan menjadi tidak bertanggungjawab terhadap anak istrinya?

Menomorsatukan ibu dan membiarkan istri?

a

Atau ini hukuman kepadaku karena telah menghianati Tuhanku yang sebelumnya?

Seperti inikah ajaran itu memperlakukanku?

begitu banyaknya pertanyaan, perdebatan dan umpatan kemarahan di dalam hatiku,

yang pada akhirnya membuatku lelah, dan tertidur.

keesokan paginya aku bangun,

dan seperti biasa aku mengerjakan pekerjaan rumah.

Masih ada beberapa anggota keluarga yang masih berkumpul.

Aku tetap memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan dapur.

Namun, tidak bisa kupungkiri bahwa tangisanku semalam meninggalkan bekas yang tidak bisa ditutupi diwajahku.

Dan mungkin beberapa orang yang berada dalam rumah memperhatikannya, sementara suamiku terlihat sibuk dengan mama mertuaku.

Sampai tiba sarapan bersama,

" Kak...wajahmu kok sembab, mata bengkak? ada apa? kamu menangis ya?",

tanya salah satu saudara dari mama mertuaku.

Aku hanya menundukkan wajah sambil menggelengkan kepala.

" Kamu ribut ya sama suamimu?", tanyanya lagi.

"Tidak tan", jawabku singkat sambil berusaha mencari kegiatan yang bisa mengalihkan pembicaraan.

Namun tetap saja jika mamak - mamak sudah bersuara jiwa ghibahnya akan segera berontak tetap penasaran dan mencari tau.

" An, binimu kenapa?", tanyanya lagi pada suamiku.

" Gak ada apa - apa tante",

jawab suamiku sembari melirik ke arahku.

" Ya sudahlah, biasanya pasangan muda ada percekcokan, sarapan saja kita", sahut mama mertuaku.

Usai sarapan saudara mama mertuaku akan segera pulang kekampung, dan semua keluarga pergi mengantarkan ke stasiun.

Hanya aku dan putri kecilku yang dirumah.

Setelah mereka berangkat, aku membawa putriku ke belakang rumah untuk mencari angin segar.

Aku bertemu dengan nenek.

"Wajahmu ndok...terlihat sekali...tapi mau gimana lagi? ayah mertuamu itu anakku, jadi aku tau bagaimana dia, tapi mama mertuamu ya ...ora ngerti aku..walaupun ia mantuku tapi terasa asing...dari dulu ya begitu...sibuk dengan pikirannya sendiri sama kemauannya sendiri",

ucap nenek panjang lebar.

Putri kecilku sudah berada dipangkuan nenek,

" Oalah putuku...kasian nengok bundamu...yang baik yo...jangan nyusahin bundamu lagi,",

celetuk nenek pada putriku.

" Nek...kok bisa ya tidak mengundang keluargaku?",

Tanyaku pada nenek dan tidak terasa airmataku menetes lagi

" Itulah yang juga kami herankan sama om mu",

jawab nenek padaku.

"Tapi kamu lihat sendiri kan, apa pernah nenek didengari kalo ngomong?gak pernah toh...", sahut nenek lagi.

"Apa sebaiknya aku pergi saja ya nek? toh aku disini pun sendiri saja, punya suami tapi kayak gak bersuami nek...aku malu nek...aku juga tertekan dengan adik iparku, mereka gak terima, cemburu kayaknya kalau ayah ikut menafkahiku", gumamku.

Nenek hanya menatapku, dan menasehati agar apapun yang akan kulakukan sebaiknya mengadu dulu sama Allah.

" Bagaimana bisa nek, sholat aja aku gak tau, apaku berdoa dengan caraku yang dulu ya nek..."

sahutku asal pada nenek.

Nenek menjelaskan banyak hal atas pertanyaanku.

Beliau mengatakan ujian seorang mualaf itu memang selalu lebih banyak, seorang muallaf itu akan melalui banyak cobaan dan godaan, karena seorang muallaf harus diyakinkan dengan proses hidup yang dilaluinya.

Nenek menyuruhku untuk belajar sholat dengan banyak cara, berlatih langsung maupun membaca buku.

Nenek juga berjanji akan mengajariku langsung, namun setelah mama mertuaku pulang ke luar kota.

1
Asyamora Sanjaya
semangat lanjutin ceritanya...
Vie Desta
kayaknya emng gitu kalo kluarga suami ya ampe cucupun di bedakan lucu tp bner ini ceritanya sering dialamin hahah..
Eva Siboro
mohon dukungan like dan komen ya...
Endang Yusiani
alurnya bagussss
Eva Siboro: terimakasih bu
total 1 replies
Eva Siboro
mohon bantuan dukungannya...supaya lebih semangat belajar nulisnya...
Eva Siboro
mohon bantu like dan komennya guys...biar semangat!
Ishi
Keren abis! Thor pasti punya imajinasi yg luar biasa!
Yue Sid
Kyaah, ga sabar buat lanjut!
Eva Siboro: terimakssih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!