Diabaikan dan tidak diakui oleh keluarganya yang seorang konglomerat
Keberadaannya harus dirahasiakan atas perintah ayahnya
Memiliki kelainan pada tenggorokannya sejak kecil, dimana setiap hari dia harus mengkonsumsi pil khusus
Kehilangan seorang paman yang sangat dia sayangi mengubah seluruh kehidupannya
Bahkan dia rela menjadi pembunuh yang dikenal kejam
Raiga kali ini diperintahkan untuk membunuh anak konglomerat saingan keluarganya untuk bisa menggantikan keluarga itu
Namun, kebenaran satu-persatu terungkap seiring berjalannya waktu
banyak hal baru yang terjadi ,disaat dia mencoba menyamar menjadi seorang pelajar disebuah Universitas Island
Apakah dia berhasil membunuh dan menyelesaikan tugasnya????
Atau apakah dia memilih jalan lain???
Meski begitu dia selalu dikelilingi orang yang melindungi nya. Simak terus cerita nya dijamin seru, sangkyuuu 🙏✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesempatan yang ada
Siang ini sebelum Raiga pergi untuk bekerja ke toko roti, penjaga datang menyampaikan pesan
Dia disuruh untuk menghadap ke ruangan Handreas
Raiga selesai bersiap dan pergi kesana
Seperti biasa Raiga memberi salam dan langsung berlutut dibawah
Handreas melemparkan sebuah amplop coklat ke depan Raiga yang langsung mengenai wajah nya
Raiga mengutip satu-persatu kertas yang keluar dari amplop itu
Dia melihat apa yang ada dikertas itu, kali ini tugasnya adalah membunuh seorang wanita, tapi wanita ini bahkan bukan orang yang kaya dan berpengaruh
Raiga langsung mengerti siapa wanita ini
Dia sudah beberapa kali melakukan hal seperti ini, wanita ini sudah pasti wanita simpanan Handreas
Sudah tidak heran lagi jika orang seperti nya mempunyai beberapa simpanan wanita
Terkadang banyak wanita simpanan itu menjadi serakah dan menginginkan Handreas sehingga mengancamnya, yang membuat mereka harus berakhir dibunuh
Tidak hanya sekali atau dua kali Raiga harus melakukan ini, Raiga sendiri tidak ingat kali ini sudah yang ke berapa kalinya
" Selesaikan itu..!!". Perintah Handreas
" Baik, Tuan".
" Dan jangan lupa lusa adalah hari pertama kau untuk dikirim ke universitas, ingat jika ini gagal maka nyawa Kaelus jadi taruhannya, tapi jika ini berhasil aku akan mengijinkan kau untuk bertemu Kaelus". Ucapnya lumayan panjang dari biasa nya
Raiga seperti tidak percaya mendengar nya, jika dia berhasil maka dia akan bertemu paman Kaelus
Rasa senang tiba-tiba naik didalam dadanya, kali ini tugas itu harus benar-benar berhasil
Akhirnya dia bisa bertemu dengan paman setelah sekian lama
" Apakah yang anda katakan tadi benar?".
" Hah..!!?".
" Bahwa saya bisa bertemu paman, dan anda tidak akan membunuhnya,jika saya berhasil membunuh anak konglomerat pertama itu?". Tanya Raiga lagi
Handreas hanya terdiam, meski ragu Raiga berusaha percaya,ini adalah kesempatan untuknya
" Satu hal lagi, saat di universitas nanti, jangan dekat dengan Nijio".
Raiga langsung mengangguk dengan cepat
" Saya akan menyelesaikan dengan cepat".
Raiga berdiri dan memberi hormat,lalu pergi dari ruangan Handreas
Saat dikamar Raiga langsung membaca dan menyusun rencana untuk tugasnya besok
Entah mengapa saat ini Raiga merasa sangat bersemangat sekali
Pagi ini Raiga bangun lebih cepat , dia menyiapkan semua keperluan yang harus dia bawa
Tujuannya kali ini adalah apartemen tempat tinggal dari wanita yang menjadi simpanan dari Handreas
Dia memasuki apartemen itu dengan tenang, apartemen itu terletak dilantai 4, nomor 6 didekat tangga
Raiga mengetuk pintu beberapa kali, menunggu ada jawaban dari dalam, kemudian pintu dibuka oleh seorang wanita, itu adalah wanita yang menjadi target nya
Tampak wanita itu langsung terkejut melihat Raiga, seperti nya dia tahu bahwa Raiga akan datang kerumah nya
Diapun segera menyuruh Raiga untuk masuk kedalam rumah, Raiga dengan tenang masuk dan berdiri didepan pintu.
" Jangan berdiri disitu ,masuk dan duduklah".
Wanita itu dengan pelan menyuruhnya untuk duduk, sedangkam dia langsung ke dapur menyiapkan sesuatu
Dia melirik ke arah pisau yang terletak di dekat piring, rasa takut menghantui dirinya
kedatangan Raiga benar-benar membuat nya merasa takut
Raiga mengikuti apa yang dikatakan wanita itu, selagi wanita itu tidak membuat keributan Raiga pun tidak masalah mengikutinya
" Mau kopi atau teh". Wanita itu menawarkan minuman ke Raiga
" Tidak perlu". Jawab Raiga dengan tegas
" Tenang saja aku tidak akan menaruh racun". Wanita itu sedikit bercanda
" Air putih saja". Raiga heran , wanita ini awalnya terlihat terkejut namun sekarang dia sangat santai padahal nyawanya sedang terancam
Wanita itu meletakkan air putih didepan Raiga dan duduk di kursi sebelah lagi
" Seperti nya kamu sudah tahu tentang kedatanganku..??". Tanya Raiga
" Ada yang memberitahu sebelum kamu kesini, aku pikir itu hanya ancaman tapi ternyata itu benaran". Wanita itu tersenyum dengan tenangnya menjawab Raiga
Raiga melihat sekeliling tempat itu, dia memperhatikan setiap sudut, rumah ini sangat rapih dan bersih
" Apakah dia (Handreas) benar-benar sebajingan itu?". Tanya wanita itu sambil menunduk
" Entahlah aku tidak tahu". Jawab riaga seadanya
" Ternyata benar dia memang bajingan pengecut". Suara wanita itu tampak bergetar
" Seharusnya kamu tidak melakukan hal semacam itu kepada orang sepertinya (maksud nya mengancam)". Jawab Raiga
" Ya aku tahu sekarang, tapi tidak apa, aku tidak menyesal tapi aku tetap mengutuk nya agar kelak dia dapat merasakan hal seperti ini juga". Wanita itu langsung menangis
Raiga hanya terdiam, setiap wanita yang di bunuhnya , walaupun mungkin sudah tahu Raiga datang
Mereka akan berteriak dan meminta tolong, tapi berbeda dengan wanita ini, dia bahkan tidak berteriak ataupun menahan
Bahkan tidak meminta agar tidak dibunuh , bisa dikatakan dia sudah siap menerima nya
Raiga merogoh sakunya, dia memberikan sebuah obat ke wanita itu
Wanita itu melihat obat yang diberikan Raiga dan memegang nya
" Apa ini??". Tanyanya sambil mengelap air mata nya
" Kunyah itu dan telan, kamu tidak akan merasakan sakit sama sekali". Jelas Raiga
" Kenapa kamu memberikan ini". Wanita itu benar-benar penasaran.
" Anggap saja hadiah karena kamu sudah menjamu ku , memberikan minum, tidak melawan dan mengutuk orang itu". Ucap Raiga
Wanita itu yang mendengar apa yang dikatakan Raiga, tanpa ragu membuka plastik obat itu, namun sebelum meminumnya dia mengungkapkan sesuatu ke Raiga
" Didalam kamar itu, ada bayiku, wajahnya hampir mirip dengan mu, karena dia anak orang itu, dan wajah mu sangat mirip sekali dengannya". Ucap wanita itu
" Apa dia juga akan dibunuh?". Tambah wanita itu
Raiga mengangguk dan melihat ke arah kamar itu
" Benar-benar sangat bajingan dia". Wanita itu mengucapkan itu sambil tertawa
" Kalau begitu apa boleh aku memohon satu permintaan?". Wajah wanita itu tampak sangat berharap
" Apa itu, asal bukan memohon untuk tidak dibunuh aku bisa memikirkannya". Jawab Raiga
" Bisa kah, saat membunuh nya nanti berikan obat yang kamu kasih ke aku ini juga, agar dia tidak merasakan sakit". Wanita itu menangis menatap Raiga, pandangan matanya kosong
Raiga hanya menatap kembali ke arah wanita itu, kata-kata dari wanita itu mirip dengan orang yang pernah menyelamatkan dirinya, lalu wanita itu menambahkan lagi
" Dia masih terlalu kecil untuk merasakan rasa sakit". Sambil terisak dia memegangi obat itu dan bersiap untuk meminumnya
" Baiklah".
Mendengar ucapan dari Raiga , wanita itu merasa lega dan dengan cepat memakan obat itu dengan tangan yang gemetaran
Beberapa detik kemudian dia terjatuh ke lantai menghadap ke arah kamar anaknya yang berada didalam
Setelah melihat itu Raiga langsung mengeluarkan pisau yang sudah ditaruhnya di kakinya lalu, berdiri dan dengan cepat dia menusuk wanita itu
Wanita itu sambil menutup matanya, menangis melihat terus kearah pintu kamar, obat yang diberi Raiga ternyata memang benar tidak akan merasakan sakit apapun
Di saat-saat terakhir nya, dia menghayal hidup dengan bahagia bersama anaknya, melihat anaknya tumbuh dengan sehat dan baik
Dia mengingat hari pertama kali melahirkan anaknya, dimana dia sangat senang dan menangis terharu
Bayi kecil itu membuat nya ingin selalu melindungi dan mendekapnya
Dia ingin hidup dengan tenang dan nyaman. Akhirnya wanita itupun menutup mata untuk terakhir kalinya
Darah mengalir dari tubuh wanita itu, Raiga segera menyeka wajahnya yang terkena cipratan darah, setelah itu dia berdiri dan menuju ke kamar tempat anak wanita itu
Dia membuka pintu perlahan, dia melihat bayi kecil yang masih tertidur lelap
Raiga berdiri memandangi wajah bayi itu, seperti permintaan ibunya
Raiga akan memberikan obat untuk anak itu, dia menggendong anak itu, bayi itu menggeliat ditangan Raiga, dia bangun dan menatap ke Raiga
Bayi itu tersenyum sambil berusaha meraih wajah Raiga
Raiga akan memberikan obat seperti apa yang diminta oleh ibunya
Setelah meminum obat itu , bayi itupun kembali tertidur lagi dalam beberapa detik
Raiga menaruhnya di tempat tidur dan mengeluarkan pisau nya
Bayi itu menggenggam jari telunjuk Raiga dengan sangat kencang
Raiga keluar dari kamar itu, menyeka sisa-sisa darah yang menempel di wajahnya
Lalu menunggu telpon dari bagian pembersih, dia mengeluarkan telpon khusus yang diberikan oleh organisasi
Telpon itu bentuknya seperti telpon lama, setiap selesai mengerjakan tugasnya, dia akan menunggu telpon dari bagian pembersih
Tidak pernah menelpon karena telpon ini hanya khusus menerima panggilan saja
Raiga membasuh wajah nya di wastafel, dia membersihkan tangannya yang banyak darah
Dia mencuci dengan bersih dan duduk di sofa itu lagi, Raiga melihat air yang disediakan oleh wanita itu tadi
Raiga mengambil air itu dan meminumnya sedikit, meski sakit menelannya, tpai sebagai penghormatan terakhir Raiga meminum sedikit
Telpon berbunyi, dan saatnya bagian pembersih untuk masuk, Raiga mengambil tasnya dan pergi dari sana