Susuk Kalajengking

Lima gepok uang dengan nilai lima puluh juta kini berada dalam genggaman Sari, Meski tubuh nya terasa sangat lelah dan seakan remuk. Namun dia tidak merasa menyesal, Melayani pria berduit tersebut.

Semakin hari ia akan terus menaikan tarif nya, Orang orang tidak ada yang protes. Malahan mereka sampai rela antri demi mendapatkan apem nya Sari, Satu malam saja bisa menghasilkan uang berpuluh puluh juta.

Tekad nya untuk membeli rumah sendiri sudah bulat, Rumah impian nya ketika berada di kampung. Esok dia akan survei lokasi perumahan tersebut, Rasa nya tentu saja bangga dengan hasil kerja keras nya, Toh biar pun jadi pelacur. Nama nya juga tetap bekerja, Karena Sari juga mengeluarkan tenaga untuk melayani mereka semua.

Di mulai dari jam sembilan malam, Di akhiri dengan jam enam pagi. Satu malam saja sudah bermacam macam bentuk yang menusuk apem, Mereka sudah membuat janji ketika di siang hari. Bahkan Sari juga tak sungkan melakukan nya di siang hari, Yang penting ada uang nya.

"Gimana kabar lo, Sar?" Hari ini Sari bertemu dengan teman teman satu profesi nya.

"Baik dong, Kamu gimana?" Tanya Sari balik kepada Laura.

"Wiih makin kinclong saja kau, Sar! Pasti sukses ya bisnis mu." Shinta kagum dengan penampilan Sari.

"Iya nih, Barang mewah semua yang menempel di badan Lo! Jadi simpanan om² ya?" Tebak Shanti.

"Enggak ya! Aku tidak suka terkekang, Kerja sama Mami kalian saja aku enggak mau." Sari berkata dengan logat kota.

Mereka berempat sibuk membahas pekerjaan nya, Tanpa Sari sadari bahwa Shanti menaruh iri kepada nya. Sama sama jadi pelacur, Namun hidup Sari jauh lebih cepat menanjak, Sedangkan dia sudah lama dan masih seperti ini saja perkembangan nya.

"Bagi resep nya dong, Sar." Pinta Laura.

"Lah kan kalian tahu tempat nya, Aku yah dapat dari Mbah Bedu." Ucap Sari.

"Memang serius karena susuk itu ya? Kan kata dia cuma ada satu susuk itu." Keluh Shinta.

"Tanya saja sama dukun lain, Kenalan nya Mbah Bedu mungkin ada." Ujar Sari.

Shanti yang masih diam melirik teman nya ini, Kali ini dia sudah tidak bisa untuk menekan rasa cemburu nya. Terbersit pikiran buruk dalam hati nya, Oleh sebab itu dia berpamitan untuk pulang duluan.

"Kenapa Shanti cepat pergi?" Tanya Laura.

"Mungkin ada pesanan." Jawab Shinta sekena nya saja.

Tujuan Shanti adalah rumah dukun lain nya, Dia mengenal dukun ini dari Mbah Bedu juga. Nama nya Mbah Saman, Dukun dari sumatera barat. Ilmu santet nya tidak bisa di ragukan lagi.

"Kau tentu tau syarat yang ku inginkan." Seringai Mbah Saman.

Shanti tanpa berkata kata langsung membuka baju nya hingga telanjang bulat, Naik kepembaringan dan pasrah saja ketika dukun tua ini menggerayangi tubuh nya. Wanita ini sama sekali tidak menunjukan ekspresi nikmat, Dia tetap berbaring kaku seperti pohon pisang.

"Eeegghh, Uugghh!"

Sedangkan dukun tua itu terus menggerang merasakan kenikmatan dari tubuh Shanti, Sekitar lima belas menit adu gabrut mereka pun usai.bah Saman pergi kebagian belakang rumah untuk mandi, Shanti tidak mandi karena sudah tidak sabar.

"Ini foto nya, Nama nya Sari." Shanti menunjukan foto.

"Heemm cantik sekali dia." Puji Mbah Saman.

"Jangan berharap dia akan datang untuk menyerahkan tubuh padamu, Dia punya susuk kalajengking di tubuh nya." Jelas Shanti agam sewot.

Mbah Saman tidak memperdulikan ucapan nya Shanti, Dia mulai berkomat kamit membaca mantra sesuai santet yang Shanti pesan barusan.

...****************...

Arya mulai menikmati sentuhan dari istri nya, Esok dia akan berangkat kerja dan malam ini ingin mengambil jatah batin. Sari tetap melayani suami nya, Bahkan baru sekarang ini mereka mau bersetubuh.

Karena pikiran yang kalut akan permasalah antara Sari dan Purnama, Arya sampai lupa untuk menyentuh istri cantik nya. Baru lah sekarang dia ingin melakukan kewajiban nya sebagai suami.

"Ssshhh, Aakhh!"

Arya mendesah kenikmatan karena tongkat nya sedang di jilati seperti es cream, Permainan Sari membuat nya mabuk kepayang. Padahal mereka belum bersetubuh, Ketika Sari sudah siap dan ingin naik keatas sebagai nahkoda.

Tiba tiba saja mata Arya menangkap sesuatu berwarna merah di bawah ketiak istri nya, Arya pun membuka tangan istri nya agar bisa melihat lebih jelas.

"Kamu kenapa ini, Sayang?" Arya menunjuk bintik merah seperti koin di ketiak nya Sari.

"Eeh apa ya ini, Mas? Kok ada seperti ini." Sari agak malu karena tubuh nya jorok.

"Coba Mas lihat dulu, Kok bentuk nya kayak kurap gini." Ujar Arya.

Semakin malu Sari mendengar ucapan suami nya, Tidak mungkin dia punya kurap di tubuh nya yang mulus seputih porselen. Kenapa mendadak ada kurap yang tumbuh di sana.

"Besok aku mau cek kedokter kulit lah, Mas." Sari cepat memakai baju nya.

"Apa rasa nya sakit dan gatal?" Arya masih cemas dengan keadaan istri nya.

"Tidak ada rasa sih tadi, Nih baru terasa panas." Sahut Sari.

"Ya sudah besok kamu cek saja kedokter, Mau pakai uang kerja Mas?" Tawar Arya berharap Sari mau.

"Tidak usah, Aku punya uang kok." Tolak Sari.

Arya juga tidak memaksa istri nya lagi untuk berhubungan, Karena Sari tampak malu dan gelisah dengan keadaan tubuh nya yang mendadak begitu, Sambil masuk kamar mandi ia menggerutu.

"Uang segitu saja di tawarkan terus, Dapat apa sih uang tujuh ratus ribu." Rutuk Sari merasa kesal dengan suami nya.

"Enak kalau uang nya banyak, Skincare aku saja lebih dari itu harga nya." Rutuk nya lagi.

Di depan cermin ia melihat tubuh nya yang tadi tampak ada kurap, Ia merasa kesal karena mendadak saja tumbuh penyakit seperti itu.

"Apa pelanggan ku ada yang kurapan ya? Kan aku jadi susah kalau gini, Mana besok banyak yang pesan." Kesal Sari.

Terpaksa ia harus membatalkan semua janji dengan pelanggan nya, Bisa malu bila mereka melihat tubuh nya yang kurapan begini. Malah nanti mereka akan menggunjing dan tidak mau datang lagi.

"Pakai obat warung saja dulu, Dik." Saran Arya ketika Sari keluar dari kamar mandi.

"Mana lah mempan, Mas! Nanti malah semakin lebar saja, Aku punya kok uang untuk berobat." Sari menjawab agak ketus.

"Ya sudah kalau kamu memang mau kedokter, Atau Mas besok libur saja kerja nya?" Tawar Arya.

"Enggak usah! Ngapain kamu mau libur, Aku bisa sendiri kok." Tolak Sari cepat.

Mendengar nada suara istri nya yang agak meninggi, Arya pun menyudahi obrolan tentang penyakit ini. Barang kali saja Sari merasa malu dengan penyakit nya.