Sistem Uang Tak Terbatas

Akhirnya film berjudul 'The Love and Gun' yang aku perankan bersama Sintia selesai. Film ini berkisah tentang 2 agen rahasia yang saling mencintai namun harus berhadapan dengan misi-misi berbahaya yang mengancam kehidupan mereka. Sintia sebagai agen rahasia wanita yang tangguh dan cerdas, sedangkan aku sebagai agen rahasia pria yang memiliki keahlian dalam bidang senjata api.

Kami berdua harus bekerja sama dalam menghadapi musuh-musuh yang kuat dan licik, sementara perasaan cinta di antara kami terus tumbuh. Konflik internal pun mulai muncul, antara tugas sebagai agen rahasia dan juga perasaan pribadi kami.

Film ini menghadirkan adegan-adegan aksi yang spektakuler, di mana kami berdua harus berjuang melawan para penjahat secara hand-to-hand combat maupun menggunakan senjata-senjata canggih. Namun di balik aksi-aksi tersebut, cerita cinta antara kami berdua tetap menjadi pusat perhatian.

Kami berharap film ini dapat memberikan hiburan yang menghibur dan menginspirasi bagi penonton. Terlebih lagi, chemistry antara aku dan Sintia di layar kaca diharapkan dapat membuat penonton merasa terbawa dalam cerita yang kami bawakan.

'The Love and Gun' menjadi salah satu projects film yang paling aku banggakan, karena bukan hanya memberikan kesempatan bermain dalam adegan aksi yang menantang, namun juga menghadirkan cerita cinta yang mendalam dan emosional.

Setelah film tersebut mulai tayang di bioskop dan mendapatkan banyak respon positif dari penonton, aku merasa sangat bersyukur telah berhasil membuat film tersebut. Aku dan Sintia mendapat banyak apresiasi atas chemistry kami di layar, serta aksi-aksi yang kami bawakan dengan ciamik.

[Ding][+650 Juta Saldo Pribadi][Total : 800 Juta SP]

Ini cukup menguntungkan bagiku. Meskipun tiap syuting sering menguras SP untuk menggunakan kemampuan akting, tapi total yang aku habiskan hanya sekitar 250 juta saja.

Jujur saja, yang paling boros saat syuting itu adalah ketika memakai keahlian bela diri untuk akting. Sementara SP untuk menggunakan kemampuan akting, itu masih bisa tertutupi oleh hasil memanen madu dari Sintia dan gadis lainnya.

*Kalian tahu sendiri lah apa maksudnya memanen madu di sini. Hehe.

Untuk merayakan kesuksesan dari film kami yang mendapat rating tinggi setelah tayang, aku hanya melakukan perayaan berdua saja dengan Sintia. Kami memilih untuk pergi ke restoran favorit kami dan menikmati makan malam yang lezat sambil mengobrol tentang perjalanan film kami.

Setelah itu, kami pulang ke rumah dan menonton ulang film tersebut sambil menikmati segelas anggur merah. Kami merasa sangat bersyukur atas kesuksesan film tersebut dan bersyukur juga bisa merayakannya bersama-sama.

Tapi, kami mulai tak bisa menahan diri saat melihat kembali adegan romantis kami dalam film tersebut.

"Sayang, mari kita buat film lagi nanti," kataku saat sudah berada di atas tubuhnya.

...[Ding][Tingkat kesukaan Sintia 100%♥️]...

Sintia pun tersenyum seraya merangkul leherku sehingga kami pun mulai berciuman. Kami berdua membiarkan perasaan kami mengalir dan kami tidak bisa menahan diri untuk tidak melanjutkan adegan romantis kami di kehidupan nyata.

Kami merayakan kesuksesan film kami dengan cara yang lebih intim dan membuat perayaan kami semakin berkesan.

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

...[Ding]Memanen Madu][+100.000 SP]...

"Sayang, kalau aku hamil, apakah kau akan bertanggung jawab?" tanya Sintia dengan serius.

"Tentu saja," jawabku tanpa ragu.

Setelah perayaan yang penuh gairah ini, kami berdua merasa lebih dekat dan lebih bersatu dalam hubungan kami. Kami berdua berjanji untuk terus bekerja sama dalam proyek-proyek masa depan dan melanjutkan kisah cinta kami, baik di layar maupun di kehidupan nyata.

"Sayang, hari ini aku akan pergi menemui Mbak Kiara untuk membahas tentang agensi kami. Apakah kamu mau ikut?" kataku membangunkan Sintia.

Sintia yang sekujur dipenuhi bekas gigitan cinta dariku semalam hanya menarik selimut.

"Semalam kamu terlalu bersemangat, Sayang. Aku mau menghabiskan waktu sepanjang hari ini untuk beristirahat di rumah saja," jawab Sintia yang tampak malas untuk bangun.

"Kalau begitu, aku akan meminta Mbak Santi untuk mengurusmu," ucapku sambil mengecup keningnya.

Mbak Santi adalah pembantu yang bekerja paruh waktu di rumah ini. Ia datang pagi-pagi dan pulang sebelum hari menjadi gelap.

"Sarapan sudah siap, Tuan Rian," kata Mbak Santi setelah selesai menyajikannya di atas meja.

"Kamu lebih menggiurkan daripada makanan yang ada di atas meja ini," kataku seraya menariknya ke pangkuanku.

"J-jangan, Tuan! Bagaimana kalau Nona Sintia melihat kita?" ujar Mbak Santi cemas.

"Tidak apa-apa. Ia tidak akan keluar dari kamarnya seharian ini setelah apa yang terjadi antara kami semalaman," jawabku sedikit tersenyum puas.

Mbak Santi adalah wanita berusia 3 tahun lebih tua dariku dan ia masih lajang. Diam-diam, aku dan dia sudah bermain beberapa kali di rumah ini saat Sintia sedang pergi keluar.

Awal mula hubungan kami terjadi saat ia mengalami kecelakaan terpeleset di tangga. Aku segera menolongnya dan menggendongnya ke kamar. Karena aku memiliki keahlian medis, aku pun mulai melakukan pijatan untuk membantu meredakan rasa sakitnya. Dari situlah hubungan intim kami mulai berkembang.

Sebagai lelaki normal, aku tidak bisa menahan diri melihat keindahan tubuh Mbak Santi yang terpampang indah di depanku. Ia hanya berbaring sambil memejamkan matanya, tidak ada penolakan atau perlawanan ketika aku menyentuhnya.

Aku semakin berani bertindak jauh setelah tahu apa isi pikirannya berkat skill membaca pikiran. Mbak Santi sengaja membiarkan dirinya dimangsa olehku agar nanti bisa memeras uangku dengan alasan ini.

Masalahnya, aku ini memang sangat suka diperas oleh wanita. Hehe. Akhirnya, Mbak Santi benar-benar jatuh ke tanganku. Ia tidak akan menolak ketika aku menginginkannya karena aku sudah memberikan banyak perhiasan dan barang lainnya.

Aku tidak rugi apapun karena semua barang-barang itu dibeli menggunakan saldo sistem. Malahan, aku jadi memperoleh banyak SP tambahan berkatnya.

"Baiklah, kita lanjutkan nanti malam saja," kataku yang akhirnya melepaskannya.

Aku harus segera menyelesaikan sarapan dan pergi ke tempat Mbak Kiara. Setelah sarapan, aku pun pergi menemui Mbak Kiara untuk membicarakan agensi kami. Kami membahas rencana-rencana masa depan film-film yang akan kami garap, serta bagaimana cara agar agensi kami semakin berkembang.

"Ternyata aku memang tidak salah memilih orang," kataku memujinya dengan tulus.

Mbak Kiara tersenyum dengan bangga, "Terima kasih, Rian. Kamu juga sudah bekerja keras untuk agensi ini. Kita harus terus bekerja sama untuk mencapai tujuan kita."

Kami pun melanjutkan diskusi dan merencanakan strategi untuk mengembangkan agensi film kami lebih lanjut. Kami berharap bisa menarik lebih banyak klien dan membuat film-film yang lebih berkualitas.

Setelah berjam-jam berdiskusi, akhirnya kami selesai. Kami berjabat tangan sebagai tanda persahabatan dan kebersamaan yang kuat.

Aku pun berniat untuk pamit pulang dan melangkah keluar dari kantor Mbak Kiara. Tapi terhenti oleh pemberitahuan dari sistem yang mengejutkan.

...[Ding][Tingkat kesukaan Kiara 90%♥️]...

Aku lupa bahwa Mbak Kiara juga seorang manusia biasa dan wanita. Ini wajar ia mengembangkan perasaannya padaku setelah aku membantunya keluar dari keadaan sulit. Saat aku menyadari hal itu, aku merasa senang namun juga sedikit khawatir.

Bagaimana jika perasaan ini tidak bisa berjalan sejalan denganku? Apakah ini akan merusak hubungan kami yang sudah terjalin selama ini?

Aku memutuskan untuk berbicara dengan Mbak Kiara secara jujur. Aku perlu menyampaikan perasaanku dan memastikan bahwa kami berada pada page yang sama.

Aku sudah menganggap Mbak Kiara sebagai kakakku, tapi ada perasaan rumit yang selalu mengganjal hatiku.

"Mbak Kiara, aku tahu ini bukan waktu yang tepat dan terlalu mendadak. Tapi, aku ingin mengatakan tentang perasaanku," kataku dengan hati berdebar.

Aku pernah membaca pikirannya dan mengetahui bahwa ia memiliki perasaan terhadapku selama ini. Namun, aku masih bingung apakah itu perasaan sebagai lawan jenis atau karena ia menganggapku sebagai adiknya.

Untuk memastikan, aku mulai mendekatinya dan mencoba mencium bibirnya untuk melihat apakah ada penolakannya darinya.

Ternyata ia membalas ciumanku dan kami pun terus saling mencium dengan penuh kasih sayang. Perasaan cinta dan kehangatan pun semakin terasa di antara kami.

Setelah itu, kami duduk berdua di sofa sambil memandang satu sama lain dengan senyum bahagia. Aku merasa lega karena perasaanku ternyata juga direspon dengan baik olehnya.

"Terima kasih, Rian. Aku juga merasakan hal yang sama," ungkap Mbak Kiara sambil menggenggam tanganku dengan lembut.

Seharusnya aku sudah tahu bahwa Mbak Kiara memang menyukaiku dari pemberitahuan tingkat kesukaan sistem. Meski begitu, aku memandangnya cukup tinggi dan belum berani bertindak lebih jauh.

Ada rasa takut kehilangan jika memperlakukannya sama seperti yang ku lakukan pada gadis lainnya.

Bersambung.