Arsy Lovita, seorang istri yg menghabiskan seluruh hidupnya dengan berbakti pada sebuah keluarga yang tak pernah bersikap baik padanya, bahkan Killian sang Suami tak pernah mencintainya dan selalu saja menyiksa lahir bathin Arsy. Di tengah keputusasaan, Arsy berhasil kabur dengan membawa anak laki-lakinya. Namun sayang di tengah pengejaran Arsy mengalami kecelakaan.
Pamela Grizella, seorang perempuan yang terlahir dengan sendok emas. Gadis dengan sifat angkuh, keras dan bar-bar tapi tidak ada yang mengerti dengan sifat asli gadis itu yang berhati lembut. Saat dia mengejar sang tunangan yang bernama Arsenio, di tengah jalan sebuah mobil dari arah berlawanan bertabrakan dengan mobilnya.
Apa yang akan terjadi jika dua jiwa wanita yang berbeda karakter, tertukar saat kecelakaan?
Cekidot yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Rahasia Zayn.
Sang asisten malah semakin ketakutan saat racauan Zayn semakin keras terdengar, Bora yang panik setengah berlari menghampiri sosok Pamela yang di isi jiwa Arsy.
"Nona, apa saya mengganggu?" Bora sesekali menarik nafas tersengal, meskipun tak berlari jauh tapi ia jantungan melihat kelakuan Zayn.
"Nggak ganggu, ada apa Bora?" jawab Arsy.
"A-anu Nona, sepertinya Tuan Zayn mabuk parah dan bersikap aneh. Saya tidak bisa menanganinya sendiri," mata Bora mengiba.
Tanpa menunggu ijin dari Arsenio, dengan secepatnya Arsy berlari pelan ke arah Zayn yang tadi ia lihat berada di pojok ruangan. Saat sudah sampai di hadapan Zayn, kaki Arsy yang memakai high heels sedikit bergoyang. Saat akan terjatuh, sebuah tangan menangkap pinggang Arsy.
"Hati-hati, kenapa berlari dan tak menungguku," terdengar sedikit teguran dalam suara Arsenio.
"Lepaskan tubuhnya, brengsek! Dia milikku!" Zayn mendekat seraya sempoyongan, dengan tarikan kuat dia merebut tubuh Arsy dari pelukan Arsenio.
Mata Arsy terbelalak, tak menyangka tingkah Zayn akan aneh disaat lelaki itu mabuk.
"Kak, sadarlah. Kenapa mabuk sih?!" Arsy melepaskan diri dari pelukan Zayn namun percuma pelukan itu begitu kuat.
Arsenio menatap intens kedua kakak adik di depannya, mata elangnya menyipit. Melihat ke-posesifan Zayn pada sang adik yang terlalu over, dirasa aneh olehnya bahkan Zayn memanggil dirinya brengsek padahal wajar baginya jika berpelukan dengan Pamela.
"Sepertinya kakakmu sudah mabuk, pikirannya tidak jernih. Mau bawa pulang?" tawar Arsenio masih terlihat santai, meskipun pikiran-pikirannya bergejolak dengan pertanyaan dan dugaan.
"Lalu pesta ini? Apa nggak apa-apa kita pergi?" jawab Arsy, wanita itu masih berada dalam pelukan Zayn yang sepertinya sudah sedikit tertidur.
"Kakakmu lebih penting, lihat dia bahkan sudah menutup matanya."
Arsy mengangguk, untung saja kejadian ini terjadi di sudut ruangan dan tak banyak orang disana.
"Maaf, kakakku mengacaukan acara yang kita hadiri."
"Sudahlah, aku bantu bawa kakakmu. Diluar ada beberapa pengawal yang ikut 'kan, bisa panggilkan mereka Bora. Suruh mereka tunggu di depan pintu utama untuk membawa Tuan Zayn ke mobil," Arsenio sedikit memerintah, dia sendiri tak membawa pengawal karena dirasa tak memerlukan mereka.
"Baik, saya keluar lebih dulu."
"Ayo Pamela, pelan-pelan. Kita jangan membuat keributan," Arsenio mulai membantu membawa tubuh Zayn keluar dari sana, padahal pesta baru saja dimulai oleh sang punya acara.
Di dalam mobil, Zayn tetap tak ingin melepaskan tubuh Arsy. Hingga sampai di kediaman Osmond, di dalam kamar baru lah Zayn terlelap tidur.
"Kalian baru pergi dua jam lebih, kenapa sudah pulang dan keadaan Zayn mabuk begini?" ujar Nyonya Elvina seraya membuka jas yang dipakai putranya, kini Zayn sedang berbaring di atas ranjang.
Arsy tak menjawab, dia saja masih kebingungan dengan yang terjadi. Di perjalanan tadi, Bora terus diam saat ditanya tentang Zayn.
"Mom, aku temani dulu Arsenio. Mungkin dia ingin kembali ke pesta atau ingin pulang."
Jas terlepas, Nyonya Elvina sudah membuka kancing kemeja Zayn bagian atas, seketika membuat Arsy sedikit salah tingkah karena melihat bulu-bulu halus mencuat dari dalam sana.
"Ada Daddy-mu, mending bantu Mommy buka pakaian kakakmu. Mommy kesusahan ini, kalau kemejanya nggak diganti kasihan kakakmu bau alkohol."
Arsy meremas kedua tangannya, mana berani dia membantu membuka pakaian Zayn.
"Pamela, cepat."
Mau tak mau akhirnya Arsy mendekat ke ranjang dan duduk di pinggir, mulai membantu Nyonya Elvina membuka kancing dan melepas kemeja yang melekat di tubuh wow milik Zayn. Arsy menutup mata tak sanggup melihat, takut tergoda berpikir khilaf.
"Aneh-aneh aja kelakuanmu, Nak. Lihat tubuh Kakak sendiri malah merem, kalau kakakmu lagi sadar bakal diledek kamu sama dia," Nyonya Elvina terkekeh geli melihat kelakuan putrinya.
"Lanjutkan sendiri, Mom. Aku udah besar, waktunya melihat tubuh polos calon suami bukan tubuh polos kakak sendiri," Arsy ceplas-ceplos menutup kegugupan nya.
"Kamu tuh, udah kepengen lihat tubuh polos Arsenio. Awas ya, Mommy bilangin sama Daddy-mu biar kalian dinikahkan cepat-cepat. Tapi Mommy dukung, pengen cepet gendong cucu," Nyonya Elvina terkekeh lagi.
"Ish, Mom," bibir Arsy cemberut, tapi ia ikut terkekeh. Bersama keluarga Osmond apalagi sering berinteraksi dengan Nyonya Elvina, membuat sisi dirinya yang ternyata suka bercanda muncul. Tak pernah ia kira ternyata hidup menjauh dari keluarga suaminya, akan se menyenangkan itu. Namun satu ganjalannya, sampai saat ini ia belum bisa bertemu sang putra.
"Aku keluar dulu," tanpa menunggu Nyonya Elvina bicara lagi, Arsy keluar kamar untuk menemui Arsenio dan Bora.
"Nona, kemari lah sebentar. Saya ingin bicara tentang Tuan Zayn." Sebelum sempat menemui Arsenio, Bora menarik tangan Arsy menjauh dari ruangan dimana Arsenio berada ditemani Tuan Liam.
Arsy menurut, di ruangan lain Bora celingak-celinguk takut perkataannya di dengar orang lain pasalnya ini tentang harga diri sang Tuan majikan yang ia duga menyukai istri orang.
"Ada apa sih, Bora." Arsy yang sudah tak sabar melihat kelakuan absurd Bora, angkat bicara.
"Itu, Nona. Tuan..."
"Iya, kakakku kenapa?"
"Tuan Zayn sepertinya sedang gila, Anda tau apa yang di racaukan Tuan saat mabuk tadi." Sekarang Bora terlihat antusias.
"Mana aku tau, Kakak 'kan di pesta tadi selalu di dekatmu." Arsy menghela nafas sabar, memang asisten Pamela satu ini sangat luar biasa.
"Dengar Nona, jangan kaget. Tuan Zayn meracau nama istri dari Tuan Killian, itu loh Nyonya Arsy."
"Hah? Gimana-gimana?" Arsy malah bingung.
"Saat melihat Anda bersenang-senang dan terus berdekatan dengan Tuan Arsenio, Tuan Zayn terus cemberut. Tuan terus menuang minuman dan akhirnya mabuk. Saat mabuk Tuan malah terlihat cemburu melihat kalian berdua, saya bilang itu hal wajar jika kalian bermesraan karena Anda dan Tuan Arsenio adalah pasangan. Lalu, Anda tau apa yang terjadi?"
Feeling Arsy tak enak, setelah mendengar kata Zayn cemburu firasatnya mengatakan apa yang akan dikatakan Bora bukan hal menyenangkan.
"Tunggu! Jangan diteruskan, Bora. Sekarang pulang sana," Arsy tak sanggup mendengar lagi.
"No, Nona! Saya harus bicara sampai tuntas. Kalau nggak, malam ini saya akan sulit tidur karena membawa rahasia Tuan Zayn bersama saya. Setidaknya jika saya memberitahu Nona, rahasia itu akan kita bagi berdua," dengan wajah sok serius, Bora menolak permintaan untuk segera pulang.
"Tapi, Bora--"
"Stop Nona, biar saya selesai bicara. Saya akan tarik nafas dulu, satu... dua... hhhh. Nona, saya bersumpah dengan seyakin-yakinnya mendengar Tuan Zayn mengatakan kalau Nyonya Arsy adalah 'milik-nya'. Bahkan Tuan mengatakan... hanya Tuan yang boleh bermesraan dengan Nyonya Arsy! Wow! Akhirnya saya selesai bicara! Bukankah situasi ini gawat, Nona. Bayangkan Tuan Zayn menyukai wanita bersuami, apalagi istri dari seorang Tuan Killian, pewaris keluarga Roderick! Bisa geger dunia, dua lelaki memperebutkan satu wanita!" Bora terus mengoceh, padahal Arsy sudah luruh ke lantai. Wanita dengan satu anak itu sangat shock mendengar Zayn bicara tentang nya seperti itu.
"Nona! Kenapa Anda malah duduk di lantai! Anda orang kaya, masa duduk disini," Bora malah semakin mengoceh.
"Bora, jangan ada yang tau perkataan kakak saat mabuk tadi. Rahasiakan, oke. Kalau sampai rahasia ini bocor, kamu akan saya pecat tanpa pesangon!" Arsy menatap tajam mata Bora, sedikit mempraktekan pribadi Pamela yang terkenal kasar dan sesekali mengintimidasi orang.
"B-baik, Nona. Saya janji," Bora mencicit.
"Jadi diam, jangan mengoceh terus. Aku sudah mendengar, sekarang pulang lah. Hati-hati di jalan," usir Arsy, tanpa menoleh pada Bora wanita yang sudah menjadi Ibu dan masih berstatus seorang istri dari Killian itu berjalan dengan berat ke kamarnya. Bahkan Arsy melupakan Arsenio yang masih berada di rumah itu, pikirannya terlalu dipenuhi perkataan Bora tentang Zayn.