NovelToon NovelToon
Dendam Sang Rajawali .

Dendam Sang Rajawali .

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Alvinoor

cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .

Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .

Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .

Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .

Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .

Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Si Tua Gila.

Sang Patriak perguruan silat Sin Houw itu terdiam tak bisa berkata kata lagi.

"Apakah yang ayah bilang itu benar?" terdengar suara dari sang Patriak dengan nada lemah.

"Ya!, untuk apa aku berdusta, aku sudah tua, tidak guna nya berdusta, ku kira dia permata yang dikirim Dewata untuk membesarkan nama perguruan Sin Houw ini, maka nya aku sendiri yang menyuruh nya mengangkut air, semua itu adalah dalam rangka pembentukan tubuh nya, ku kira kau mengerti maksud ku, ternyata kau dan yang lain nya, sama buta nya, permata kalian buang, kerikil kalian sayang, benar benar sangat di sayangkan sama sekali, aku yang sudah merancang dengan susah payah semenjak empat tahun silam, harus berakhir sia sia belaka!" ujar sang leluhur dengan sangat kecewa sekali.

Dara cantik Yin Mei, Me Hwa dan Mei Li terdiam seribu bahasa, tidak mereka sangka, manusia yang mereka kira pecundang itu ternyata manusia istimewa.

Andai saja bukan leluhur yang mengatakan itu, mereka tentu saja tidak akan percaya begitu saja.

Patriak menoleh kearah Yi Feng dan Ma Qiau, "Yi Feng!, Ma Qiau!, panggil Cin Hai kesini, aku mau minta maaf pada nya!" ....

Kedua anak itu memang terkejut mendengar patriak ingin meminta maaf kepada Cin Hai, tetapi kedua nya tertunduk lesu dengan wajah yang sedih.

"Kenapa kalian tidak pergi memanggil nya, aku ingin mengangkat anak itu menjadi murid resmi perguruan ini!" terdengar kembali suara patriak, kali ini dengan nada agak meninggi.

"Maaf patriak!, sudah tidak ada guna nya lagi!" ucap Ma Qiau sambil menggelengkan kepala nya.

"Hah?, apa maksud mu?" tanya patriak.

"Cin Hai sudah pergi meninggalkan perguruan ini, dia mau mencari peruntungan di Dunia luar patriak" jawab Yi Feng lesu.

"Haah?, berani sekali dia keluar masuk perguruan ini sesuka hati nya tanpa ijin dari ku!" jiwa arogan dari patriak kembali muncul, dia merasa tersinggung karena tidak dianggap oleh Cin Hai.

"Apa hak mu melarang cucu ku keluar dan masuk perguruan ini, dia cucu ku, aku ingin memasukan nya menjadi murid resmi perguruan ini, tetapi kau menolak nya dengan berbagai alasan yang kau buat buat, tetapi yang pasti, kau merasa terbebani dengan keberadaan nya yang tidak memiliki orang tua di perguruan ini, kau merasa tidak ada untung nya memelihara nya Bin Ong, bukan kah selama ini kau banyak memeras orang tua para murid agar menyumbangkan sebagian harta nya untuk perguruan dengan berbagai macam alasan, kau licik Bin Ong!" tiba tiba kakek Guan berada di depan sang Patriak perguruan dengan wajah berapi api.

Dibelakang nya, nampak nenek Mou Ni berdiri dengan gagah nya, seperti seorang kultivator yang sudah siap bertarung.

"Sute!" ....

"Sumoi!" ....

Terdengar sapaan dari sang leluhur pada kedua orang tua itu.

Tidak banyak yang tahu jika sepasang suami istri itu saudara seperguruan dari sang leluhur.

"Suheng!, aku sudah sangat muak dengan sikap arogan putra sulung mu ini, kalau saja dia bukan putra mu, sudah sedari dahulu aku sendiri yang akan mematahkan batang lehernya!" terdengar suara nenek Mou Ni bergema dengan lantang nya.

Seluruh murid murid perguruan terkesima melihat nenek Mou Ni yang selama ini terlihat sebagai wanita lemah itu memanggil sang leluhur sebagai Suheng (kakak seperguruan).

Tidak ada seorang pun yang tahu, termasuk putra putri patriak, jika sepasang suami istri itu saudara seperguruan dari sang leluhur.

Mereka mengira kedua nya cuma sepasang orang tua yang bertugas merawat tanaman dan kebun kebun di lingkungan perguruan itu.

"Benarkah cucu mu itu sudah pergi Sute?" tanya leluhur lagi.

Kakek Guan menganggukkan kepala nya, "ya suheng, ada seseorang yang menyuruh nya menemui seseorang di lembah Dewa Maut" .....

"Apakah orang itu Sin Kai Sian?" tanya leluhur lagi.

Kakek Go Guan menatap kearah wajah suheng nya itu dengan heran, "Suheng juga tahu dengan orang tua sakti itu?" tanya nya.

"Semenjak pertama melihat cucu mu itu, aku sudah tahu jika dia memiliki urat dan tulang yang langka, susunan urat dan tulang yang istimewa, serta dia memiliki titik Meridian dua kali lipat dari milik manusia biasa, yang berarti bisa membuat nya berkultivasi dua kali lebih cepat dari orang kebanyakan, yang berarti bila orang biasa memerlukan waktu lama untuk memulihkan energi nya, berbeda dengan bocah itu, bagi nya cukup waktu singkat, dia bisa memulihkan energi nya lagi, maka nya aku menyuruh nya mengisi semua gentong air ku di puncak bukit Tung Hai, beberapa tahun yang lalu aku sempat melihat bocah itu bersama dengan kakek tua yang ciri ciri nya persis dengan legenda Sin Kai Sian yang terkenal itu, kalau itu benar, maka tujuan kakek sakti itu menyuruh ke lembah Dewa Maut pasti menemui Sin Tiauw Giam Lo Ong, kelak Dunia ini akan di gemparkan dengan seorang pendekar maha sakti!" ujar leluhur dengan wajah kecewa, berlalu dari tempat itu.

Sementara itu.

Agak jauh diutara perguruan silat Sin Houw, di rimbun nya pepohonan hutan rimba belantara, nampak berkelebat diantara batang pohon yang menjulang tinggi ke angkasa, seorang anak laki laki usia sepuluh tahunan, meluncur menuju kearah Utara.

Ya, anak ini memang Cin Hai yang sedang berlari dengan mempergunakan ilmu Hui Fung, melompat dari dahan kedahan di ketinggian cabang pepohonan.

Sudah beberapa waktu, Cin Hai terus berlompatan dari pohon ke pohon, dari cabang ke cabang, hingga menjelang tengah hari, dia sudah meninggalkan perguruan silat Sin Houw cukup jauh.

Sambil berlompatan dari pohon ke pohon, nampak di pundak Cin Hai, menyandang busur panah nya, serta di belakang nya nampak puluhan anak panah di dalam wadah kulit rusa.

Menjelang tengah hari, Cin Hai berhenti di dekat sebuah anak sungai kecil.

Cin Hai segera mengeluarkan bekal yang di persiapkan oleh nenek Mou Ni tadi.

Dia duduk ditepi sungai sambil menikmati bekal nya.

Hutan di Utara pegunungan Kwan Lun itu seperti nya, memang tidak pernah di lewati oleh manusia, karena hutan itu bukan terletak di perlintasan antar kota.

"Di puncak gunung ada ikan!,

Di lautan ada rusa!, di dada ada dendam yang membara he he he he, gila!, gila!, dasar gila!" .......

Tiba tiba di tepi anak sungai kecil itu bergema suara seorang laki laki.

Belum lagi gempa suara itu hilang, tiba tiba di hadapan Cin Hai, muncul seorang laki laki kurus berpenampilan aneh, sambil mengomel panjang pendek tidak karuan.

Dileher nya penuh dengan lilitan akar menjalar yang di anyam sedemikian rupa.

Begitu pun dengan di kedua pergelangan tangan dan kaki nya, ada beberapa akar tanaman merambat yang di anyam sedemikian rupa, dipasang mirip gelang.

Sedangkan pakaian laki laki tua kurus kerempeng itu berjumbai jumbai karena sudah sobek di sana sini nya, hingga menyisakan kain penutup aurat nya saja.

Namun yang sangat aneh adalah, laki laki tua itu berjalan seakan tidak menapak keatas tanah, alias terbang diatas rerumputan.

Begitu tiba di depan Cin Hai, laki laki tua itu langsung duduk di hadapan nya, lantas memakan bekal yang di bawa Cin Hai tadi hingga ludes.

Dengan tersenyum ramah, tanpa rasa jijik sedikitpun juga, Cin Hai malah menyerahkan air putih yang dia bawa di dalam kulit labu tua sebagai bekal nya di perjalanan kepada laki laki aneh itu.

Orang tua aneh itu menerima kulit labu tua itu sambil tertawa terkekeh kekeh, lalu menegak isi nya.

Ajaib, kulit labu tua tempat air dengan isi lebih dari separo itu, ludes cuma dalam sekali teguk saja.

...****************...

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Makin bervariasi, semoga makin menantang... 💫
Lys Amanah
kapan yah cerita ini selesai updatenya cuma satu
y@y@
⭐👍👍🏼👍⭐
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hentooopz
Umar Muhdhar
Lambat namun pasti novelmu naik juga Thor. Berkat kesabaran.
Zakireksi Reksi: lambat itu karena butek mikirnya untuk ide selanjutnya.
total 1 replies
Umar Muhdhar
1
Agus Pribadi
kisahnya hampir mirip seperti di seri bukek siansu
Eros Heke
ternyata rajanya memang goblok. pantas saja dia kalah dan mati.
Marten Koto
istilahh istilahnya sangat mengganggu pembaca Thor. pakai bahasa Indonesia saja
Zakireksi Reksi
woew bodoh
y@y@
⭐👍🏼👍🏿👍🏼⭐
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow jlebz
y@y@
🌟👍🏾👍🏼👍🏾🌟
To Det
mw bertarung masih pkai tawar menawar tor...
Erni Sasa
😭😭😭😭😭pagi"mewek
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
Wan Trado
kesombongan tidak akan menghasilkan apa-apa
Erni Sasa
sumpah baru kali ini aku baca novel yg bahasanya rada asing di lidah😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!