Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 18: Kematian Ratu
Di Istana Ratu Donghao, Li Fengran dengan telaten merawat Ling Sui dengan tangannya sendiri. Entah mengapa empatinya tiba-tiba berkembang dan ia punya perasaan senasib dan sepenanggungan dengan Ling Sui.
Mungkin, mereka ada wanita yang nasibnya sama, terjebak di dalam istana tanpa bisa melarikan diri. Bedanya, Ling Sui menerima nasibnya, sementara Li Fengran masih mencoba menerima segalanya secara perlahan.
“Nona Li, Yang Mulia pasti marah jika tahu kamu lebih banyak menghabiskan waktumu di sini dibandingkan di Istana Qihua,” ucap Ling Sui dengan suara parau. Penyakitnya semakin hari semakin parah, bahkan di setiap batuknya selalu mengeluarkan darah.
Li Fengran membersihkan sisa darah di mulut Ling Sui dengan saputangan, bertindak seolah-olah dia tidak peduli pada ucapan barusan.
“Yang Mulia, Raja Nangong sebetulnya tidak kekurangan orang untuk membantunya. Dia hanya ingin membalas dendam padaku.”
“Kamu belum menerimanya?”
“Entahlah. Aku hanya merasa semuanya terjadi begitu cepat,” keluh Li Fengran. Semuanya terlalu cepat dan tidak nyata. Li Fengran tentu belum dapat menerima nasibnya sepenuhnya.
“Raja memang tidak kekurangan orang, tapi yang dapat memahami dan betul-betul membantunya, itu hanya sedikit.”
“Yang Mulia, tidak perlu memikirkan urusan negara. Pulihkan kesehatanmu terlebih dahulu, kamu akan punya banyak waktu setelah sembuh.”
“Nona Li, aku tidak punya banyak waktu lagi.”
Li Fengran menghentikan aktivitasnya. Setelah mengalami kematian satu kali dan terbangun di dunia fiksi, Li Fengran paling takut dengan kematian.
Kematian Ling Sui, mungkin akan menjadi awal mimpi buruknya. Ling Sui memperlakukannya dengan tulus, jika dia tiada, maka Li Fengran akan kesepian.
Tabib kerajaan datang untuk memeriksa. Denyut nadi Ling Sui semakin melemah, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur sepanjang hari.
Kondisinya ini hanya diketahui oleh sedikit orang. Orang luar termasuk para pejabat tidak ada yang tahu kondisinya memburuk. Ling Sui dengan pandai kembali menyembunyikan kesehatannya dan pura-pura sehat.
Li Fengran ingin menangis. Sejak datang beberapa hari lalu, hanya Ling Sui yang menatap dan bicara padanya dengan ketulusan.
Ingin sekali dia berlari ke Istana Qihua dan memberitahu Nangong Zirui agar segera mencarikan tabib hebat yang bisa menyembuhkannya, tapi rasanya mustahil karena penyakit Ling Sui sudah mencapai stadium akhir.
“Tuan Pemangku Pedang, Yang Mulia Ratu sudah tidak punya banyak waktu. Dia kemungkinan tidak dapat melewati malam ini,” ucap tabib kerajaan, dia berlutut di depan ranjang Ling Sui dan menangis.
“Tidak! Tabib, kamu harus menyembuhkan Ratuku!” seru Chu Ming yang sudah berlinang air mata.
Li Fengran akhirnya tahu waktu yang dimiliki Ling Sui sudah habis. Dia berlari keluar dari Istana Ratu, bergegas menuju Istana Qihua.
Melihat Pemangku Pedang berlari kencang, para penjaga di Istana Qihua segera membukakan pintu gerbang dan membiarkannya masuk.
Kala itu, malam sudah larut dan Nangong Zirui baru menyelesaikan pekerjaannya. Dia baru akan menanggalkan jubahnya saat Wang Bi berlari tergopoh-gopoh bersama Li Fengran.
Wanita itu tampak panik dan seketika langsung menarik tangan Nangong Zirui, membawanya berlari ke Istana Belakang.
“Yang Mulia! Tuan Pemangku Pedang, kamu tidak boleh membawa Yang Mulia berlari secepat itu!” teriak Wang Bi.
“Li Fengran! Lepaskan aku!” seru Nangong Zirui.
“Yang Mulia, ini masalah darurat! Kau bisa memarahiku dan menghukumku nanti!”
Nangong Zirui berhenti di depan Istana Ratu Donghao dengan napas terengah. Cekalan Li Fengran belum lepas karena wanita itu masih menariknya untuk masuk.
Beberapa pelayan istana yang biasanya melayani di istana ini berlutut dengan kepala tertunduk. Istana ini terasa suram seakan kematian sangat dekat malam ini.
“Yang Mulia….” Ling Sui berkata lirih saat Nangong Zirui memasuki kamar tidurnya.
Nangong Zirui mengernyitkan dahi, tatapannya tertuju pada sosok ratunya yang terbaring lemah dengan wajah yang sangat pucat. Nangong Zirui buru-buru berlari ke sisinya.
“Ling Sui, kamu…”
“Tidak apa-apa, Yang Mulia. Aku merasa bersalah telah membuatmu jauh-jauh datang kemari dan melihat kondisiku yang seperti ini.”
“Mengapa kamu selalu menyembunyikannya dariku? Apa kamu tidak mempercayaiku?”
Selama ini, Ling Sui yang dikenal Nangong Zirui adalah sosok istri yang selalu menyembunyikan kondisi kesehatannya darinya. Dia selalu tampil elegan pada setiap pertemuan dan selalu berlagak kuat di hadapan orang-orang.
Nangong Zirui padahal tahu betul kondisi ratunya itu sudah sangat parah. Beberapa tabib kerajaan yang dikirim kepadanya selalu bertingkah dan tidak mau jujur.
“Yang Mulia, kamu memiliki banyak pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Jika aku mengganggumu dengan hal kecil ini, aku akan merasa sangat bersalah,” ucap Ling Sui, dia menatap Nangong Zirui lemah dan senyumnya terbit.
“Kecil? Ling Sui, apa kamu pikir nyawamu adalah hal kecil?”
Ling Sui menatap semua orang dengan senyum lemahnya.
“Bisakah kalian keluar? Aku ingin bicara dengan Yang Mulia.”
Li Fengran, Wang Bi, dan Chu Ming menurut dan keluar untuk memberikan ruang pada sepasang suami istri itu. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam, firasat Li Fengran mengatakan hal buruk akan terjadi.
Kepalanya menengadah menatap bulan di awal musim semi. Pikirannya melayang.
Kematian adalah sesuatu yang menakutkan. Ia ingat dengan jelas bagaimana dia mati pada kecelakaan hari itu dan tiba-tiba terbangun di tempat ini.
Rasanya Li Fengran hampir gila memikirkan kenyataannya. Sekarang, dia dihadapkan lagi pada kematian yang lain, walau bukan dirinya, itu tetap menakutkan.
“Ling Sui!”
Teriakan Nangong Zirui memecah kesunyian malam. Li Fengran segera berlari menerobos masuk ke dalam kamar tidur Ling Sui, lalu mendapati wanita itu sudah menutup matanya rapat-rapat.
Jejak air mata masih membekas di sudut matanya. Di sisinya, Nangong Zirui menunduk sambil memegang tangannya yang mulai dingin.
“Yang Mulia… Ratu….” lirih Li Fengran.
“Dia sudah meninggal.”
Chu Ming serta semua pelayan seketika berlutu dan menangis. Kematian Ling Sui adalah pukulan terberat untuk Istana Donghao.
Walau kuasanya tidak terlalu signifikan, namun dia adalah ratu yang baik. Kebaikannya membekas di benak semua orang sehingga saat ia meninggal, kesedihan di hati mereka tidak dapat terhindarkan.
Air mata Li Fengran juga menetes dan tatapannya menjadi kosong. Dia dan Ling Sui belum lama saling mengenal, namun itu sudah cukup untuk menumbuhkan perasaan seperti saudari.
Melihatnya terbujur kaku, Li Fengran seperti melihat dirinya sendiri saat mati.
Tidak lama kemudian, lonceng tanda kematian berbunyi dari menara istana. Suaranya menggema ke segala penjuru, menembus malam dan dinginnya udara. Mereka yang masih terjaga seketika bersujud, sementara yang sudah tidur ikut terbangun.
Seisi Istana Belakang tiba-tiba menjadi gaduh. Lampu-lampu lilin yang semula padam sekarang menyala di segala tempat. Shen Lihua, Fei Jia, dan Su Min yang sebelumnya sudah terlelap menjadi terjaga.
Mereka terburu-buru keluar, berlari menuju Istana Ratu Donghao. Mata mereka membelalak kala melihat Nangong Zirui ada di sana, duduk di samping ranjang Ratu Donghao yang sudah menutup matanya.
“Yang Mulia, Yang Mulia Ratu…. Apa yang terjadi?” tanya Shen Lihua.
Mendengar suara itu, Nangong Zirui tiba-tiba marah. Dia menoleh dan menatap ketiga istrinya yang baru datang dengan wajah bantal yang masih kentara.
“Sebagai sesama anggota harem, kalian tidak tahu? Apa gunanya aku mengangkat kalian jika kalian bahkan tidak tahu apa yang terjadi di istana ini?”
“Yang Mulia, ampuni kami! Kami sungguh tidak tahu kondisi Kakak Ratu Ling yang memburuk!” Shen Lihua berusaha menyelamatkan diri. Ada apa ini? Mengapa hal sepenting ini ia bahkan tidak tahu?
Shen Lihua kemudian menatap Li Fengran yang berdiri tak jauh dari Nangong Zirui. Kemarahannya tiba-tiba mencuat dan ia mengumpat dalam hatinya. Shen Lihua melihat jejak air mata di pipi Li Fengran dan mulai bertanya-tanya. Wanita sialan itu, mengapa dia ada di sini?
“Tidak tahu? Shen Lihua, aku mengangkatmu menjadi calon ratu bukan untuk membiarkanmu bermalas-malasan!”
Li Fengran menatap ketiga siluman rubah itu datar, entah ia harus senang atau kasihan pada mereka. Dia memaklumi mengapa Nangong Zirui marah.
Sebagai penerus Ratu Donghao, Shen Lihua bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di istana ini atau memberi salam kepada Ling Sui. Shen Lihua mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan siapa yang telah menunjuknya menjadi penerus.
“Yang Mulia, Yang Mulia Ratu baru saja meninggal. Kamu tidak boleh berteriak di depan jenazahnya,” ucap Li Fengran pelan. Nangong Zirui mengembuskan napas kasar, menstabilkan amarahnya.
“Wang Bi,” panggil Nangong Zirui.
“Hamba di sini, Yang Mulia.”
“Awasi ketiga wanita ini. Malam ini, biarkan mereka menjaga jenazah Ratu dan jangan biarkan mereka tidur!”
“Hamba melaksanakan perintah.”
Nangong Zirui keluar dari Istana Belakang. Langkahnya tidak stabil. Sesekali dia memandang langit yang kelam.
Kematian ini, pada akhirnya tetap tidak dapat dihindari. Dia berjalan kembali ke Istana Qihua, mengambil anggur dan duduk sendirian di meja kerjanya.
“Ling Sui, pada akhirnya kamu benar-benar pergi.”