puncak tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan, ketika kehilangan dan kita mengikhlaskan nya, percaya lah Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita.
itulah yang tengah dirasakan oleh Dinda, seorang gadis manis yang mana ia harus merelakan seseorang yang dia cintai untuk sahabat nya sendiri.
kesalahpahaman pun terjadi antara Dinda dan sahabat nya hingga membuat persahabatan mereka hancur.
akankah Dinda menemukan tambatan hati? dan apakah persahabatan Dinda bisa kembali membaik?
yuk mampir ke cerita author, semoga para readers suka ya🤗jangan lupa untuk, vote, like dan komen ya teman-teman 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Author_G, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 18
"pa."teriak Bu Ami panik
mereka yang mendengar teriakan Bu Ami langsung berlari ke kamar Dinda begitu pun dengan Aryan.
"astaghfirullahaladzim mbak."teriak Kelvin panik
Kelvin langsung menggendong tubuh Dinda menuju mobil. Aryan yang melihat itu juga ikut panik.
"pakai mobil Abang aja."
Kelvin pun langsung memasukkan Dinda ke dalam mobil.
"mama masuk mobil bang Aryan aja ma, pa. biar Kelvin sama Kevin nyusul."
mereka pun menuju rumah sakit, mobil melaju dengan cepat. Bu Ami yang baru sadar kalau Dinda belum memakai jilbab langsung menutupi rambut Dinda dengan tangan nya.
"tante maaf di belakang ada jilbab mama pakaikan aja dulu sama Dinda."ucap Aryan tanpa melihat ke arah belakang
Bu Ami pun mengambil jilbab nya lalu memakaikan nya dengan Dinda.
tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah sakit, Aryan langsung meminta perawat untuk membawa brankar.
Dinda pun dibawa ke ruang UGD. pak Rama sudah tidak bisa berbicara apa-apa lagi ia sangat mengkhawatirkan keadaan putri nya itu.
"pa, ma tenang ins syaa Allah mbak baik-baik aja kok."ucap Kevin
"keluarga pasien?"
"iya dok saya mama nya, gimana keadaan anak saya."tanya Bu Ami khawatir
"asam lambung nya kambuh, seperti nya pasien juga kelelahan. pasien harus di rawat terlebih dahulu disini."
"boleh kami masuk, dok?"
"silahkan Bu."
mereka pun masuk ke dalam ruangan, terlihat Dinda sudah sadar namun wajah nya masih pucat.
Dinda mencoba untuk bangun, namun di hentikan oleh adik nya "nggak usah banyak gerak dulu mbak."ucap Kelvin
beberapa menit kemudian, Dinda di bawa ke ruang perawatan. sementara pak Rama dan Bu Ami izin ke musholah untuk sholat begitu juga dengan kedua putra nya.
"permisi ini, makan siang nya mbak sekaligus obat nya."
"terima kasih Bu."ucap Aryan
"kamu makan dulu ya, udah itu minum obat."ucap Aryan tanpa melihat ke arah Dinda
"iya mas."
"bisa makan sendiri?"
"ins syaa Allah bisa mas."
"ya udah habisin ya."
Dinda mengangguk kemudian ia mulai memasukkan bubur nasi ke dalam mulut nya.
"kamu itu udah tau punya asam lambung tapi masih aja telat makan, gimana ceritanya coba."
"iya tadi tu nggak sempat mas."
"nggak sempat kenapa?"
"kan aku harus urus semua nya."
"kamu yang ngerjain?."tanya Eza kesal
"nggak sih."jawab Dinda
"nanti kalau kamu udah jadi istri aku, nggak ada lagi nih yang kayak gini, alasan sibuk lah ini lah kamu nggak lihat betapa khawatir nya om sama Tante."
"iya aku tau mas, kok kamu marah sih?."tanya Dinda
"aku nggak marah Din, aku cuma nggak mau kamu kayak gini."
"iya mas, maaf."
"hmm, habisin bubur nya udah itu minum obat, tinggal besok lho Din, masa iya aku sendiri."
"ins syaa Allah besok aku juga pulang mas."
"maka nya harus minum obat."
"iya bawel. ternyata kamu bawel juga ya mas sama kayak papa."
"iya kan calon mantu nya."
"hmm, ape lah tu."
"hahaha cosplay Upin Ipin nih."
"hehehehe."
...----------------...
ke esokan hari nya, kondisi Dinda sudah cukup membaik. Dinda meminta izin pada dokter agar ia mengizinkan nya pulang. dokter pun mengizinkan dengan syarat Dinda harus beristirahat.
"okay, saya izinkan tapi kamu harus banyak-banyak istirahat ya."
"iya dok."jawab Dinda
setelah mengurus semua nya, Dinda pun pulang ke rumah. ternyata sedari tadi Dita sudah menunggu nya di rumah.
"ya Allah Din. kamu kenapa bisa sampai kayak gini?."
"aku nggak apa-apa, dit. kapan kamu kesini? Sama siapa?"tanya Dinda
"udah lumayan lama Din. aku pergi sendirian karena mas Reyhan masih ada kerjaan di pondok."
"Kel, mbak duduk disini aja dulu ya."
"tapi mbak."
"nggak apa-apa kok bentar aja."
"ya udah dech mbak, jangan lama-lama ya."
Dinda mengangguk.
"mana calon mu, Din?"
"dia udah pergi dit karena dia ada kerjaan."
"hmm gitu, gimana deg deg an nggak?"
"banget dit. besok kamu Dateng ya. harus pokok nya."
"ins syaa Allah, om sama Tante mana?"
"masih di depan lagi ada tamu. Tante sama om gimana kabar nya?"
"Alhamdulillah baik juga Din."
"Alhamdulillah. oh ya mungkin kalau lamaran nya aku belum undang om sama Tante kasian juga kan lumayan jauh."
"iya Din, nggak apa-apa kok. mereka juga pasti ngerti."
"iya, oh ya kamu udah makan belum, dit?"
"udah Din, tadi sebelum kesini aku udah makan kok."
"kalau mau makan atau minum ambil sendiri aja ya dit."
"iya Din, kamu kalau mau istirahat nggak apa-apa biar aku antar."
"nggak usah dit, nanti aja aku ke kamar nya."
"hmm, ya udah kalau gitu mah."
"eh ada Dita, sejak kapan disini dit?"
"dari tadi Tan, Tante apa kabar?
"Alhamdulillah baik, maaf ya kemarin pas kamu nikah Tante nggak dateng karena masih di Semarang."
"iya Tante nggak apa-apa."
"gimana udah isi belum?."tanya Bu Ami sembari tersenyum
"belum Tan, doain aja ya Tante."
"iya sayang sabar aja."
"iya Tan."
"Ya udah Tante ke belakang dulu ya."
...----------------...
ditempat lain Aryan masih berada di rumah sakit. ia lagi ngobrol bersama Beno.
"besok datang ya awas aja nggak."ucap Aryan
"iya besok aku datang kok."
"gimana keadaan Dinda sekarang, yan?"
"Alhamdulillah sudah cukup membaik, sebenarnya aku belum ngizinin buat dia pulang sih cuma dia nya nggak mau di rumah sakit."
"iya sih yan, mungkin Dinda nggak mau biarin kamu sendirian besok."
"iya mungkin."
"akhirnya doa ku terkabul juga."ucap Beno
"doa apaan tu?."
"doa, biar kamu nikah sama Dinda. nanti kan kita jadi besan."
"aduh, nggak mau aku besanan sama kamu kasian anak aku mertua nya cerewet kayak kamu."
"wah ngajak berantem ni anak."
"hahaha memang benar kok. eh nanti kalau aku udah nikah kita traveling yuk."
"boleh tu yan. Rani ngomel terus sama aku karena nggak pernah ajak dia jalan-jalan."
"hahaha kasihan sekali kamu ya, tapi Rani belum isi kan? ntar bahaya lagi."
"belum sih yan, tapi semoga secepatnya."
"Aamiin. aku mau tanya dong kalau nanti kamu udah punya anak? sikap kamu berubah nggak sama istri mu?."
"ins syaa Allah nggak yan, karena ya gimana ya sulit untuk di jelas kan."
"iya memang jangan, ibarat nya jangan setelah anak kita lahir terus kita berubah, kasihan. toh kita menikah bukan cuma pengen punya anak aja kan?."
"iya yan, bener banget. Udah ah ayo kita pulang kasian istri aku pasti udah nungguin di rumah."
kedua nya pun pulang ke rumah masing-masing.
Bersambung