NovelToon NovelToon
Bosku Duda Arogan

Bosku Duda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: dtyas

“Bapak… selain mesum, juga nyebelin, ngeselin, rese, arogan dan sudah tua -- dewasa --. Pokoknya semua Bapak borong,” teriak Ajeng.

“Tambahkan, tampan dan membuat kamu jatuh cinta,” sahut Gentala.

Ajeng berada di dalam situasi disukai oleh rekan kerjanya yang playboy, berusaha seprofesional mungkin karena dia membutuhkan pekerjaan ini. Siapa sangka, Gentala – GM baru – yang membuat Ajeng kesal setengah hidup sejak pertama bertemu berhasil menolong gadis itu dari perangkap cinta sang playboy.

Namun, aksi heroik Gentala malah berubah menjadi bencana ...!


===
IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)

Aku berbalik dan melangkah mundur sampai bersandar pada rak di belakangku. Kami saat ini berhadapan. Urusan dengan Fabian cukup menjadi pelajaran untuk membentengi diri agar tidak mudah baper yang akhirnya malah laper.

“Dengan Bapak?”

“Hm.”

“Gimana ya pak, boro-boro bisa ada chemistry untuk kerja bareng. Aura bapak aja cukup mengintimidasi, belum tatapan Bapak dan mulut bapak bisa bikin sport jantung. Kayaknya sebagai bawah Bapak saya bisa kena gagal jantung deh.”

Sepertinya Pak Gentala kesal dengan ucapanku dia meraup bibirku dengan tangannya.

“Papi benar, kamu memang nggak ada takutnya. Gimana bisa kamu gagal jantung karena takut, mulutmu sudah mewakili kalau kamu berani dan kurang ajar bahkan dengan pimpinan kamu sendiri.”

Aku mengusap bibirku yang tadi disentuh Pak Gentala dengan tangannya. Pakai tangan aja bisa bikin kejang apalagi pakai yang lain.

Ajeng, cukup. Jangan lagi terlena karena Pak Gentala dan Fabian sebelas dua belas. Yang satu kampret yang sompret.

“Besok siap-siap terima SP dua.”

“Eh, mana ada bisa begitu?” Aku mengejar langkah Pak Gentala yang menuju pintu.

“Bisa, ini perusahaan saya jadi yang berlaku aturan saya.”

“Ih, nyebelin.”

“Silahkan cari jalan pulang sendiri,” ancam Pak Gentala.

“Eh, jangan Pak. Bisa-bisa saya nyasar semalaman.

Aku berjalan di belakang Pak Gentala. Entah dia yang mempermainkan aku atau memang benar arahnya begini. aku merasa Pak Gentala melewati banyak ruang dan koridor, tidak seperti saat aku membuntuti Fabian.

“Akhirnya,” ujarku saat sudah keluar dari kediaman Krisna Adi Yasa. “Berasa ikut labirin Pak, akhirnya saya bisa keluar dengan selamat.”

“Kamu terlalu banyak nonton film, jadi hidup kamu penuh drama.”

“Pak, saya mau pulang. Bisa pesankan ojek online pakai ponsel Bapak!” pintaku pada Pak Gentala, karena menghindari Fabian aku masih menonaktifkan ponsel.

“Apa menurutmu, ada aplikasi seperti itu dalam ponsel saya?”

Aku menggaruk kepalaku.

Iya juga ya, mana mungkin Pak Gentala pake transportasi online, dia sudah kaya sejak lahir.

“Terus saya pulang gimana,” gumamku sambil cemberut. “Gara-gara si playboy, jadi tersesat di negeri antah berantah.”

Tidak lama kemudian seseorang menghampiri Pak Gentala, sepertinya asisten rumah tangga atau pekerja di rumah itu.

“Ayo, saya antar kamu pulang.”

“Hah! Serius Pak?”

“Menurutmu?”

“Pak Genta nggak akan menertawakan saya ‘kan?”

Pak Gentala terlihat mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaanku. Masih teringat perkataan Fabian pada Audrey tentangku. Aku ini kampungan bahkan penampilanku pun cukup memprihatinkan di matanya.

“Saya ‘kan kampungan Pak. Bapak bisa lihat sendiri penampilan saya yang nggak banget.”

Pak Gentala menatapku dari kepala sampai kaki lalu menatap wajahku dan melangkah mendekat. Aku sudah siap dengan mulut pedas Pak Gentala. Pria di hadapanku mengulurkan tangannya menyentuh kepalaku.

“Setiap orang punya persepsi masing-masing terhadap sesuatu. Entah apa yang dikatakan Fabian mengenai dirimu, tapi saya punya penilaian sendiri tentang kamu,” tutur Pak Gentala sambil menyelipkan helaian rambutku yang menutupi kening ke belakang telinga.

“Secara penampilan kamu cantik dan indah. Wanita memang punya dua kelebihan itu, hanya bagaimana si pemilik tubuh bisa merawat dan menjaga agar tetap terlihat cantik dan indah. Hanya saja, mulut kamu memang harus dibina dan otak kamu sepertinya bergeser karena asal menunduhku messum dan c4bul.”

Aku terkekeh geli lalu memberi tanda peace dengan kedua jari.

...***...

“Ajeng.”

Aku menoleh, ternyata Anik. Dia berlari menghampiriku.

“Demi apa coba, gue udah nungguin lo dari tadi.”

“Mau ngapain? Kerajinan amat nungguin aku yang kesiangan.” Aku bergeser menunggu antrian lift. Datang mendekati absen pagi sudah pasti ramai dan berdesakan.

“Mau dengar kejadian semalam. Gimana dengan Pak Fabian? Dia nembak lo? Ngajak lo nikah?” cecar Anik karena kami sudah berada di lift.

Aku bergeming. Pak Fabian bukan sekedar menembak tapi sukses membuat aku mati rasa dan mati gaya terhadap pria itu. Berharap dia akan berjodoh dengan makhluk yang sejenis … buaya.

“Ajeng,” ujar Anik menyenggol tangannya karena kami sudah berada di dalam lift.

“Nggak ada yang terjadi Nik. Aku dan Pak Fabian tetap asisten dan manager, tidak ada hubungan lain di antara kami.”

“Hahh, serius?”

Aku mengangguk dan menunjuk angka, di mana lantai yang Anik tuju.

“LO hutang cerita sama gue,” ujar Anik sebelum keluar dari lift.

Aku menghela nafas, berusaha tetap sabar ketika nanti bertemu Fabian. Bagaimanapun aku harus menunjukan sikap profesional. Mengenai aku mendengar hinaan dari mulutnya, tidak akan aku bahas. Biarlah itu menjadi rahasiaku dan cicak-cicak di dinding.

Paling tidak, Pak Gentala memberikan kekuatan untuk tidak menutupi kekurangan atau insecure dengan pandangan atau penilaian orang lain terhadap diri sendiri. Tidak ada yang terjadi antara aku dan Pak Gentala saat mengantarku pulang tanpa Pak Budi – supirnya – selain saling diam selama perjalanan.

“Mbak Ajeng, mau bikin kopi?” tanya Jojo saat melihatku masuk ke pantry.

“Iya, anterin sekalian ya. Mataku ngantuk, kerjaan numpuk.”

“Siap, Mbak.”

Saat aku kembali ke meja, sudah ada Fabian di sana. Dia menatapku heran dan bersedekap.

“Ajeng, semalam kamu ke mana? Aku cari nggak ada, di telepon nggak aktif.”

“Semalam tiba-tiba saya mules Pak, jadi langsung pulang. Ponsel saya lowbat sampai sekarang.” Aku mengeluarkan ponsel yang memang masih dalam keadaan mati, untuk meyakinkan Fabian.

“Aku khawatir.”

Dia mendekat dan mengusap kepalaku.

Khawatir? Rasanya aku ingin muntah mendengar kekhawatirannya. Padahal dia enak-enakan dengan barbie kw.

“Bapak pulang jam berapa?”

“Ehm, setelah cari kamu nggak ada dan aku hubungi nggak nyambung juga ya aku pulang. Rasanya hampa dan ada yang kurang nggak ada kamu.”

Aku tersenyum walaupun ingin sekali menoyor kepalanya dan berkata, “Gila, lu ndro.”

“Pak Fabian bisa aja. Saya kerja dulu ya, Pak. Butuh konsentrasi penuh.

Setelah kejadian semalam aku menjaga jarak dengan Fabian. Tidak terpengaruh dengan gombalannya, termasuk menolak ajakan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Meskipun dia tetap gencar menyatakan rasa suka dan embel-embelnya. Aku tidak terpengaruh. Di sela meyakinkan aku kalau dia benar suka, aku mendengar dia menghubungi seseorang dengan rayuan dan kata-kata gombalnya.

Fix, dia bukan hanya buaya darat tapi raja buaya.

Acara Mari Dukung Mereka sudah berjalan beberapa episode dan mendapatkan respon yang cukup baik, walaupun belum mendapatkan rating tinggi.

“Ajeng, nanti malam ikut saya menghadiri gala dinner undangan Pak Krisna. Semua manager Go TV diundang, kamu temani saya.”

Sebenarnya aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama tapi ini ada hubungannya dengan pekerjaan dan Pak Krisna, mau tidak mau aku harus ikut.

“Oke, Pak.”

“Untuk gaun, kamu datangi butik ini. Sudah saya atur pesanan gaun untuk kamu.” Pak Fabian memberikan kartu nama padaku.

Aku hanya mengangguk. Tanpa aku tahu ternyata ada niat dan rencana busuk Fabian terhadapku.

1
Shanty Yuniawati
Luar biasa
Nurul Faridha
mana lanjutanya
Mayyuzira
hahahaha good Ajeng👍
Mayyuzira
betul kampret jgn dipercaya
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mayyuzira
hahahaha boleh tuh dijual di tv ikan terbang,judulnya kan komersil kali,gaji yg tertukar🤣🤣🤣🤣
Mayyuzira
😂😂😂😂
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mayyuzira
🤣🤣🤣🤣🤣
Mayyuzira
cekek aja jeng
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ akhirnya muncrat juga ketawaku jeng
Mayyuzira
aku suka ceritamu Thor,bahasanya lugas
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Tuti Irfan
emng iya Ajeng bener banget 🤣
Aprak Aprakan
langsung sat set.👍👍
Arieee
Luar biasa
Arieee
mantap 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍👍👍👍👍👍
Arieee
bunga bangkai 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
kasian si Ajeng sial Mulu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sintia Dewi
bisa gitu mau marah nunggu istri mood dimarahin wkwkwk ajeng2 ada2 aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!