NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Syarat

Arthur mengantarkan Brianna ke Bandara malam itu juga. Dia tidak berbicara sepanjang perjalanan menuju ke tempat tersebut. Begitupun dengan Brianna, pemikiran wanita itu hanya dipenuhi dengan Chico, putranya.

Sebenarnya Arthur ingin sekali bertanya pada Brianna, apa hal yang menyebabkan wanita itu harus pulang malam ini juga? Apa ada hal yang mendesak? Atau ada sesuatu yang terjadi? Mungkin awalnya Arthur mengira Brianna hendak segera meninggalkan London karena perbuatannya kemarin tetapi jika memang karena itu, kenapa Brianna justru meminta bantuannya malam ini?

Begitu banyak pertanyaan dan kesimpulan yang menyatu di kepala Arthur. Brianna terlalu sulit ditebak dan selalu membuat pikiran Arthur menjadi layaknya benang kusut yang sulit untuk dia rapikan.

Begitu tiba di Bandara, tanpa diminta oleh Brianna Arthur justru membantunya membawakan barang-barang wanita itu.

"Sampaikan maafku pada Mrs. Jane, aku tidak bermaksud mangkir dari pekerjaaan. Ku pikir semua pekerjaan juga sudah selesai siang tadi, jadi katakan padanya ini bukan kesengajaan ku," ujar Brianna pada Arthur.

Baru kali ini Arthur merasa mereka bisa terlibat percakapan secara baik-baik, pun dalam keadaan yang baik. Entah karena Brianna yang menurunkan ego dengan meminta bantuannya, entah pula karena Arthur yang menerima begitu saja. Biasanya mereka selalu berada dalam situasi yang salah, juga menjunjung tinggi ego masing-masing sehingga selalu berakhir dengan pertengkaran diantara mereka berdua.

"Ya, aku akan menyampaikannya." Arthur menatap Brianna dalam dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. Brianna tak mau membalas tatapan pria itu, dia membuang pandangan ke arah lain.

"Baiklah. Itu saja." Brianna memutar tubuh sembari menarik kopernya.

"Kau tidak mengucapkan terima kasih?"

Suara Arthur berhasil membuat Brianna terdiam. Dia tak menoleh, namun suaranya cukup jelas untuk bisa membuat Arthur mendengarnya.

"Aku takkan berterima kasih pada orang yang tidak pernah meminta maaf padaku. Ku anggap kita impas." Brianna tau jika dia juga sangat keras kepala, tapi jika saja Arthur tau kepulangannya hari ini demi darah daging pria itu, pasti Arthur pun takkan menuntut ucapan terima kasih darinya, mungkin justru Arthur lah yang harusnya berterima kasih padanya, karena dia mau menyayangi anak itu. Entahlah. Atau itu hanya harapan Brianna saja? Tidak, dia tak boleh berharap mengenai hal itu. Lagipula, meski Chico memang darah daging Arthur tapi bocah itu mutlak milik Brianna seorang.

Arthur menundukkan wajah sejenak, kemudian menoleh ke sembarang arah hanya karena perkataan Brianna yang sangat menohoknya. Ya, baru saja siang tadi ibunya juga menasehatinya terkait permintaan maaf yang harusnya dia ucapkan pada wanita itu. Tapi apa? Nyatanya Arthur tak mengindahkannya. Mungkin maafnya sudah terlalu basi untuk diucapkan sekarang.

Arthur menatap punggung Brianna yang perlahan menjauh dan menghilang dibalik dinding pemisah ruangan. Entah kenapa ada rasa penyesalan dihatinya karena tidak menanyakan alasan sebenarnya terkait kepulangan wanita itu yang mendadak.

...****...

Brianna tiba di New York dan langsung mengunjungi Rumah Sakit tempat Chico dirujuk. Begitu sampai di sana, dia harus menerima kabar bahwa kondisi putranya tidak baik-baik saja.

Brianna tau, segala tabungannya akan selalu habis untuk biaya pengobatan Chico yang tak sedikit. Tapi, dia tak peduli, dia akan mengorbankan semua yang dia punya untuk sang putra. Dia mengesampingkan dulu mengenai biaya pinalti yang nantinya harus dia bayarkan setelah benar-benar resmi meninggalkan pekerjaan.

"Bri, jangan memikirkan soal biaya pengobatan Chico. Biar ini menjadi tanggung jawabku, kau bisa menggunakan tabungan kami dulu," kata Zach yang menemui Brianna didepan ruang perawatan Chico.

Brianna mengesah pelan. Dia menatap Zach dengan tatapan sendu. "Tidak, Zach... itu tabunganmu dan Flo, bukankah kalian juga mau menggunakannya untuk program kehamilan?" ujarnya.

Flo memang mengalami masalah di saluran tuba falopi nya, itu menyebabkannya susah untuk mengandung. Mereka pernah memeriksakan ini sebelumnya dan kemungkinan Flo akan hamil masih ada namun dia harus segera diobati, untuk itulah selama 1 tahun belakangan ini Zach selalu menyisihkan sebagian gajinya untuk pengobatan sang istri, dia juga menginginkan keturunan dari rahim wanita yang dia cintai.

"Jangan menolaknya, Bri. Kesehatan Chico lebih penting dari apapun," tutur Flo yang ikut menimpali.

Brianna menggeleng tegas. "Kesehatanmu juga penting, Florencia! Dan aku tau uang itu juga penting bagi kalian," tekannya.

Flo dan Zach saling menatap satu sama lain. Mereka tak bisa memaksa Brianna lagi jika watak keras Brianna sudah siap munculkan disini. Tapi, bagaimana dengan Chico? Biaya pengobatan jantungnya tidak sedikit. Terlebih, itu harus dibayar dimuka semacam deposit untuk perawatan Chico di Rumah Sakit.

"Aku akan memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang dalam waktu dekat," kata Brianna yang sadar jika dia tak memiliki banyak waktu untuk mengumpulkan uang. Dia harus mendapatkannya agar perawatan Chico tidak dihentikan tiba-tiba hanya karena depositnya belum terisi. Dia tak mau Chico dipulangkan sebelum waktunya.

"Kau mau mencarinya dimana? Aku tau kau tidak memiliki tempat untuk meminjam? Kita juga belum memiliki rumah untuk di gadaikan." Zach menatap Brianna lekat, dia tidak mau kakaknya nekat melakukan hal yang diluar prediksi karena Brianna sering kali tidak bisa ditebak. Pemikiran wanita itu selalu diluar akal sehat, apalagi jika sudah dalam keadaan darurat seperti saat ini.

"Aku akan meminjamnya dari perusahaan."

Zach terkesiap. "Bukankah kau akan berhenti bekerja?" tanyanya

"Entahlah. Ku pikir aku akan kembali menarik syarat pengunduran diri ku. Lagipula, Nyonya Jane belum menyetujuinya."

"Tapi, Bri ... kau akan terus dekat dengan pria itu?" ujar Flo merujuk pada Arthur.

"Mau bagaimana lagi. Kalian juga mengakui kan, jika kesehatan dan kesembuhan Chico adalah yang paling utama. Jadi, untuk saat ini aku harus menurunkan harga diri ku demi putraku," kata Brianna.

...****...

Brianna mondar-mandir didepan ruangan Jane. Wanita itu telah sampai di New York bersama dengan Arthur siang tadi. Brianna tetap datang ke kantor hari ini, terpaksa, dia mau mengajukan pinjaman pada Jane dan menarik surat pengunduran diri yang sudah terlanjur dia berikan pada Jane tempo hari saat mereka masih berada di London.

"Baiklah, aku akan menemuinya," ujar Brianna sembari menarik nafas dalam. Dia cukup tenang karena hari ini Arthur tidak menampakkan batang hidungnya di perusahaan yang dikelola oleh Jane. Jadi, pembicaraannya kali ini bisa lebih leluasa karena tak ada pria itu didekat sang ibu.

"Apa kedatanganmu ke ruanganku mau membahas mengenai surat pengunduran diri itu, Brianna?" tanya Jane to the point.

Brianna mengangguk.

"Kau mau aku menandatanganinya?"

Dengan perlahan dan ragu, Brianna berusaha memberanikan diri untuk menatap wajah Jane, atasannya.

"Aku mau menarik surat itu, Nyonya."

Jane terkejut dengan hal ini, dia merasa Brianna sangat plin-plan. Ini seperti bukan Brianna yang dia kenal.

"Kenapa?" tanya Jane. Meski sebenarnya ada kelegaan dihatinya karena Brianna tak jadi mengundurkan diri. Bukan apa-apa, dia sudah terlanjur cocok dengan kinerja Brianna. Wanita itu pintar, cerdas dan sepertinya mampu menjaga harga diri didepan para kliennya. Itu membuat Brianna memiliki kelas tersendiri dan membuat Jane yakin jika wanita itu menjunjung tinggi nama perusahaan mereka.

"Maaf Nyonya, aku berpikir masih membutuhkan pekerjaan ini dan ..." Brianna ragu melanjutkan kalimatnya.

"Apa?" sergah Jane.

"... dan aku sedang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk biaya pengobatan---pengobatan k--keponakanku," ujarnya berbohong.

"Keponakanmu sakit lagi?" tanya Jane.

Brianna mengangguk lemah, andai Jane tau jika yang terbaring sakit disana adalah keturunannya alias cucu dari wanita itu, bagaimana tanggapannya? Apa dia akan peduli? Atau justru membiarkannya saja? Abai, karena anak anak itu terlahir bukan karena harapan keluarga mereka? Entahlah.

"Dia memiliki lemah jantung sejak lahir," jawab Brianna agak ragu.

Jane tampak terkesiap. Penyakit itu sama seperti mendiang Wilson, mantan suaminya alias ayah kandung Arthur. Untungnya Arthur tidak mengalami sakit serupa, pikirnya.

"Kau mau meminjam uang perusahaan?" Entah ujaran Jane kali ini berniat menebak atau justru menawarkan pada Brianna. Namun, perkataan nya itu dijawab Brianna dengan anggukan. Brianna tak punya pilihan lain.

Jane menarik nafas dalam. "Kau bisa menerima uang itu, bukan uang perusahaan tapi uang pribadiku," katanya yang kini Brianna tangkap sebagai penawaran.

"Tapi, semua itu tidak ku berikan dengan gratis, Brianna ..." lanjut Jane sebelum Brianna sempat menjawab penawarannya.

"A--apa yang anda inginkan, Nyonya?" tanya Brianna gugup.

"Dekati Arthur."

Ujaran Jane membuat sekujur tubuh Brianna merinding. Bagaimana bisa dia mendekati pria seperti Arthur? Selain karena dia membenci pria itu, dia juga tau jika perangai Arthur bukanlah pria yang mau didekati. Dia ingat bagaimana dulu Arthur menolak mentah-mentah semua pemberian Caitlyn disaat mereka kuliah.

Secara harfiah, Brianna langsung menggelengkan kepalanya secara berulang didepan Jane, saat itu juga.

...To be continue ......

Kirimin dukungan ke Novel ini ya. othor bakal up tiap hari, tapi kirimin komentar, vote, gift dan jangan lupa di subscribe supaya tau jadwal update novel ini. Buat yang belum tau cara subscribe, ini othor kasi tau caranya.

Buka halaman awal novel ini. Dibagian sinopsis.

Kalau udah dibuka, nanti ada tanda titik tiga di baris atas kanan, di paling pojok. Klik deh tanda titik tiga itu.

Kalau udah di klik titik tiga nya, tinggal di klik lagi di tulisan SUBSCRIBE.

Nah, kalau udah gitu, kalian bakal dapat pemberitahuan tiap novel ini update bab baru. Makasih yaaa buat yang udah dukung, semoga kita sehat selalu🙏🙏🙏

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!