Rania terjebak dalam buayan Candra, sempat mengira tulus akan bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi ternyata Rania bukan satu-satunya milik pria itu. Hal yang membuatnya kecewa adalah karena ternyata Candra sebelumnya sudah menikah, dan statusnya kini adalah istri kedua. Terjebak dalam hubungan yang rumit itu membuat Rania harus tetap kuat demi bayi di kandungannya. Tetapi jika Rania tahu alasan sebenarnya Candra menikahinya, apakah perempuan itu masih tetap akan bertahan? Lalu rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Kenyataan Menyakitkan
Rania menatap kagum bagian belakang rumah, seperti sedang ada di sebuah taman yang indah. Ukuran kolam renangnya juga besar, dengan hiasan air mancur di setiap sisi. Rania lalu duduk di sisi kolam, mencelupkan kakinya ke dalam air, tidak lama terkekeh kecil merasa senang sendiri.
"Kalau aja Nenek ikut kesini, pasti dia bakalan betah," gumam Rania.
Padahal mereka baru berpisah beberapa jam, tapi Rania sudah merindukan Neneknya itu. Sekarang mereka terpisah jauh, tapi semoga Neneknya itu baik-baik saja di sana. Setelah para warga tahu suaminya Candra si bos kaya raya, mereka jadi sok baik dan selalu mencari perhatian.
"Aku gak nyangka bakalan tinggal di rumah mewah begini, masih kaya mimpi." Rasanya campur aduk sekali yang Rania rasakan, Ia mencoba menerima saja takdir hidupnya ini dan menjalani dengan ikhlas.
Di tengah asiknya menikmati suasana tenang di sana, perhatian Rania teralih saat mendengar suara langkah kaki dari high heels menuju arahnya. Saat menolah langsung mengernyit melihat seorang perempuan cantik mendekatinya, Rania pun berdiri. Setelah mereka berdiri berhadapan, Rania dibuat merasa terintimidasi dengan tatapan perempuan itu.
"Jadi kamu yang bernama Rania?" tanya perempuan itu sambil memperhatikan penampilannya.
"Iya, maaf anda siapa ya?" tanya Rania balik. Apa mungkin tinggal di sini? Kalau begitu, berarti anggota keluarga Candra.
"Saya yang punya rumah ini," jawab perempuan itu tanpa ragu.
"Hah? Tapi bukannya rumah ini punya Mas Candra ya?" Rania semakin bingung mendengar itu.
Terlihat perempuan itu menarik sebelah sudut bibirnya, "Wah kamu memanggil dia dengan sebutan itu? Terdengar sedikit kampungan ya, tapi lupa kalau kamu kan memang dari kampung," celetuknya sedikit merendahkan.
Dari nada bicaranya terdengar sombong sekali, membuat Rania tidak nyaman. Sebenarnya siapa perempuan ini? Rania merasa tersinggung, tapi kenyataannya memang begitu kalau Ia dari kampung. Hanya saja, dari mana perempuan itu tahu? Ia saja baru pindah kesini beberapa menit yang lalu.
"Kamu tidak kenal saya? Memangnya Candra belum cerita?" tanya perempuan itu sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Cerita apa?" tanya Rania balik, apakah Ia melewatkan sesuatu?
"Kalau saya istri pertama dia," jawab perempuan itu datar.
Perlahan kedua mata Rania terbelak, "Maksudnya?" tanyanya sampai terpekik.
"Iya saya istri pertama dia, dan kamu istri keduanya. Dia tidak cerita tentang hal ini ya pada kamu?" Perempuan itu terlihat menyeringai, seperti mengejek Rania.
"Ti-tidak mungkin." Rania menggeleng sambil menutup bibirnya yang bergetar, "Jangan bercanda!"
"Memangnya wajah saya terlihat bercanda?" Perempuan itu sampai menunjuk wajahnya sendiri ingin Rania membaca ekspresinya.
Tidak sih, tapi Rania enggan sekali percaya mengenai hal ini. Istri pertama dan kedua, tapi bukannya Candra baru menikah dengannya saja ya? Rania mulai dilanda rasa cemas, detak jantungnya bahkan menjadi tidak karuan.
"Sepertinya Candra memang belum cerita, kamu terlihat terkejut sekali," ucap perempuan itu dengan ekspresi tetap datarnya.
"Tapi yang saya tahu, Mas Candra belum pernah menikah sebelum dengan saya," ucap Rania masih enggan percaya. Mungkin saja perempuan itu berbohong dan ingin bermain-main dengannya. Sungguh berpikir positif sekali Rania ini.
"Ya itu menurut kamu, lagi pula dia memang cukup privasi dalam berhubungan. Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja sekarang pada Candra." Setelah mengatakan itu, perempuan itu pun melenggang pergi dengan berjalan anggun.
Di tempatnya Rania masih berdiri dengan perasaan campur aduk. Tetapi Ia tidak mau terlalu percaya pada perempuan asing tadi, lebih baik Ia tanyakan saja sekarang pada suaminya. Dengan menguatkan diri, Rania berjalan masuk ke rumah mencari kamar Candra. Karena tidak menemukan juga, Rania memilih menanyakan pada seorang pelayan.
"Permisi bi, kamar Mas Candra dimana ya?" tanya Rania pada seorang pembantu yang kebetulan lewat.
"Ada di lantai dua Nona, mau saya antar?" tawar pembantu itu ramah.
"Iya tolong."
Rumah ini benar-benar sangat luas, banyak ruangan juga yang membuat Rania bingung saat mencari tadi. Tetapi untung saja di antar pelayan ini jadi dirinya cepat menemukan kamar suaminya itu. Rania pun mengetuk nya beberapa kali, sampai akhirnya pintu terbuka juga.
"Mas aku mau bicara," ucap Rania langsung. Pandangan Rania tanpa sengaja melihat keberadaan perempuan di kolam tadi di dalam kamar, sedang duduk di ranjang. Kaki Rania mundur begitu saja. Kenapa perempuan itu ada di kamar dengan Candra?
"Em Rania saya--" Candra terdengar gagal mau mengatakan sesuatu.
"Ini tidak mungkin, kan?" tanya Rania, "Jawab Mas, jangan diam saja!" pekiknya mulai dilanda rasa panik.
Candra menghela nafasnya berat, merasa terbebani harus menceritakan semuanya. Tetapi sepertinya harus Ia beritahu sekarang, apalagi dua perempuan itu sudah bertemu. Candra memilih menutup pintu kamarnya, agar bisa berbicara serius dengan Rania.
"Tenang dulu Rania," ucap Candra memohon, tapi percayalah Candra pun tidak terlihat begitu.
"Bagaimana aku bisa tenang, Mas? Perempuan itu.. Dia bilang kalau dia istri pertama kamu. Ini gak bener, kan?" tanya Rania dengan nafas tidak teratur nya.
"Maaf." Hanya itu saja yang bisa Candra katakan, raut wajahnya pun terlihat murung.
"Kenapa kamu minta maaf? Aku butuh penjelasan," desak Rania. Tidak tahukah kalau Rania sedang dilanda cemas berlebih sekarang?
Melihat Candra yang hanya diam saja dengan tatapan merasa bersalahnya itu, membuat tangisan Rania pecah juga. Padahal Ia belum tahu pasti apa kebenarannya, tapi seperti sudah bisa langsung tahu hanya lewat tatapan Candra saja. Kepalanya menggeleng-geleng merasa tidak mungkin.
"Enggak mungkin," isak Rania pilu. Rania seperti sedang dikerjai, tapi rasanya sangat nyesek. Cobaan apalagi ini, pikirnya.
Candra yang tidak tega melihat istrinya itu menangis, membuatnya ingin memeluknya. Tetapi tangannya saja langsung ditepis kasar, Rania tidak mau di sentuh nya. Melihatnya yang menangis terisak begitu, membuat Candra jadi teringat kembali saat Rania yang ketakutan saat bertemu dengannya lagi setelah kejadian pemerkosaan itu.
"Rania dengar dulu penjelasan saya ya?" pinta Candra memohon.
"Tidak mau, kamu jahat Mas." Rania berlari pergi dari sana sambil tetap menangis. Sebelum Candra ikut masuk ke kamarnya, Rania dengan segera menguncinya dari dalam. Tubuhnya meluruh di lantai dengan tangisan yang semakin keras. Ia menutup telinganya mendengar suara Candra di luar yang memintanya membuka pintu untuk menjelaskan. Tetapi Rania tidak mau, karena merasa hatinya akan semakin sakit.
"Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini?" gumamnya lirih sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Sungguh Rania tidak tahu jika Candra sudah pernah menikah, dan fakta jika dirinya adalah istri kedua itu yang membuatnya sakit hati. Pria itu kenapa tidak cerita dari awal? Rania merasa dibohongi. Apakah sikap baik Candra selama ini pun palsu?
"Rania saya minta maaf sudah bohong sama kamu, tapi saya pikir itu yang terbaik agar bisa bertanggung jawab pada kamu. Kalau kamu tahu saya sudah menikah, pasti kamu tidak mau menikah dengan saya. Kamu harus mengerti Rania," teriak Candra dari luar sambil menggedor-gedor pintunya.
"Pergi!" usir Rania.
"Buka pintunya dulu Rania, saya akan jelaskan semuanya."
"Tidak mau." Suara Rania melemah merasa lelah sendiri, tangisannya pun tidak mau berhenti.
Rania memilih naik ke atas ranjangnya sambil sesekali terisak, Ia sampai menutup tubuhnya dengan selimut mencoba menghalau suara Candra di luar. Untuk saat ini rasanya Rania ingin istirahat sebentar, hatinya benar-benar lelah. Berharap saat bangun nanti menemui jika kenyataan ini tidak benar, alias bermimpi.
"Nenek, aku mau pulang," lirih Rania sebelum kesadarannya habis.
Beralih pada Candra, terlihat pria itu yang menggerutu sampai berkata kasar karena sedang merasa kesal. Ia bukan marah pada Rania, tapi pada dirinya sendiri yang sudah membuat cerita seperti ini, sudah pasti jika Rania tahu akan sangat marah dan kecewa tapi tetap Ia lanjutkan. Sekarang apa yang harus Candra lakukan?
"Dramanya terlihat seru, aku tidak sabar menantikan episode selanjutnya," ucap Livia sinis dari arah tangga. Perempuan itu terlihat tenang sekali sambil memakan buah anggurnya.
Candra menatapnya tajam, "Aku kan bilang jangan temui dia dulu, dia bahkan baru datang," ketusnya tidak senang. Padahal Rania baru datang beberapa menit lalu, tapi sudah ada keributan lagi.
"Ini kan rumah aku, jadi kita juga pasti akan bertemu," sahut Livia acuh tanpa merasa bersalah.
"Terserah mu saja lah," dengus Candra merasa lelah sendiri.
"Tenang saja, sore ini aku akan keluar kota ada pemotretan. Jadi kamu dan dia ada waktu untuk bicara. Hah sayang sekali, padahal aku ingin melihat kelanjutan ceritanya." Nada bicara Livia terkesan mengejek sekali, membuat emosi Candra naik turun.