Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Oya... Aku lupa memberi tahumu!" Aura sedikit memiringkan tubuhnya kearah Mario yang sedang mengemudi. "Aku sudah pindah apartemen, jadi kamu antar aku saja ke apartemen Orchid." Ucap Aura dengan wajah santai.
Aura pun menangkap keterkejutan Mario dari ekspresi wajah pria itu.
'Dia pikir, aku bodoh,' Batin Aura.
Dengan pindahnya tempat tinggal, Aura akan melihat bagaimana Mario semakin gila dengan selingkuhannya, saat tinggal ditempat yang sama saja mereka bisa dengan baik bermain dibelakangnya, apalagi jika dirinya menjauh dari mereka. Mario pasti begitu senang.
"Em, sayang bukankah itu apartemen khusus kalangan Borjuis." Tanya Mario dengan nada tidak yakin.
Pasalnya dia tahu apartemen yang Aura sebutkan adalah apartment khusus kalangan atas. Hanya ada balasan lantai dan harga disana cukup mahal.
'Dari mana dia mendapatkan uang banyak untuk membayar apartemen, jika pun dapat pasti uang gajinya hanya habis untuk membayar,'
"Ya kamu benar, tapi kebetulan aku mendapatkannya dengan diskon lima puluh persen, jadi aku sanggup membayarnya," Aura menceritakan bagaimana dirinya begitu beruntung mendapatkan tempat mewah dengan harga murah.
'Beruntung sekali dia, aku saja tidak bisa megambil satu unit dari sana, aku jadi penasaran siapa pemilik unit itu sampai menyewakan dengan harga diskon,'
Mario memang sempat ingin megambil salah satu unit apartemen kelas atas itu, tapi saat dirinya ingin membeli semua telah terjual habis tak tersisa alhasil Mario tak mendapatkannya sama sekali.
"Sayang, memangnya kamu pergi untuk perjalanan bisnis apa? Bukannya seharunya pak Enggar yang melakukannya?" tanya Mario.
Mario memang tidak tahu jika Aura pergi keluar negeri bersama Haikal papanya, baik di perusahaan tempat Aura bekerja mereka tidak ada yang tahu Aura pergi dengan siapa, yang dijelaskan hanya Aura sedang mendapatkan tugas dari atasannya.
"Bertemu dengan klien yang janjinya telah dibatalkan karena kendala," Tutur Aura dengan nada biasa saja, padahal merutuki Mario dalam hati.
'Jika dia pria bertanggung jawab, maka dia tak akan membuat kesalahan sebesar ini,' Batin Aura melirik Mario sinis. 'Betapa beruntung dia punya ayah yang kaya raya,'
Sumpah demi apa dirinya bisa jatuh cinta dengan pria macam Mario, matanya sudah dibutakan dengan cinta oleh pria pembual seperti Mario.
Tak lama mobil Mario sampai depan lobby apartemen, pria itu membantu menurunkan koper Aura dari bagasi mobilnya.
"Kamu yakin akan tinggal disini?" Tanya Mario sambil menatap bangunan megah apartemen didepanya.
"Hu'um, aku rasa disini pasti sangat nyaman dan pasti lebih privasi," Aura tampak berjalan sambil menarik kopernya dari tangan Mario.
"Aku sangat lelah, jadi aku pikir lebih baik kamu pulang saja," Ucap Aura sambil menyentuh tengkuknya dan menunjukan wajah lelahnya.
"Tapi sayang, aku-"
"Maaf Mario lain kali saja!" Aura berlalu pergi meninggalkan Mario yang kesal.
"Pelit sekali dia, padahal ku ingin melihat isi apartemen mewah itu," Mario mendengus kesal.
Mario memilih pergi dengan wajah masam, padahal ia ingin berdua dengan Aura karena sudah beberapa hari tak bertemu.
*
*
Akan tetapi Aura tetap saja merasa canggung dan juga malu, mengingat Haikal adalah atasan sekaligus ayah dari kekasihnya yang tukang selingkuh.
"Kamar nya sebelah sana, dan yang sana adalah kamar tamu," tunjuk Haikal sambil duduk.
"Terima kasih Om,"
Aura memilih berlalu pergi, anggap saja seperti melarikan diri dari jangkauan pria matang yang meresahkan saat tersenyum itu. Aura saja sempat oleng setiap kali melihat senyum manis Haikal, membuatnya benar-benar begitu terpesona.
"Aura apa di kulkas ada makanan?"
Aura yang baru saja meletakkan koper didalam kamar tak mendengar suara Haikal, selain itu Aura juga sedang tercenung melihat kamarnya yang begitu luas dan indah.
Haikal menatap kebelakang, dimana pintu kamar utama yang tertutup, "Mana mungkin dia akan dengar," gumam Haikal mengingat setiap kamar di apartemen ini memiliki kedap suara.
Haikal beranjak dari sofa menuju dapur minimalis yang dilengkapi dengan meja bar kecil yang menghadap ke kitchen set, pria itu membuka lemari pendingin dan melihat banyak bahan didalamnya.
Setelah Aura menerima sarannya, Haikal sengaja menyuruh orangnya untuk mengisi beberapa makanan dan minuman. Agar memudahkan Aura jika sedang malas dan lelah.
Pengertian sekali bukan?
Haikal membawa satu kotak kue dengan dua kotak jus, pria itu kembali duduk sambil menunggu Aura yang tak kunjung keluar kamar.
Saat Haikal akan duduk, pria itu mendengar pintu kamar terbuka, dan muncullah Aura yang ternyata sudah berganti pakaian.
Kaus oblong oversize dan bawahan hotpants, namun karena kaus yang ia kenakan terlalu kedodoran alhasil Aura seperti tak memakai celana.
Alis Haikal naik sebelah, meneliti penampilan Aura yang menurutnya sangat berani saat ada orang lain ditempat tinggalnya terlebih orang itu adalah seorang pria.
'Apa dia itu tidak takut padaku huh, biar bagaimanapun aku adalah lelaki normal!' Geram Haikal dalam hati.
"Eh, Om bawa apa?" Aura ikut duduk disamping Haikal yang baru saja duduk.
"Kue, di lemari pendingin ada banyak, jika kamu lapar kamu bisa memakannya," Haikal memberikan kotak kue yang sudah ia buka, "Ambillah,"
Dengan senyum lebar Aura mengambilnya, "Terima kasih Om, kalau Om baik begini aku tidak yakin kalau gak jatuh cin-upsss!"
Aura menutup mulutnya dengan cepat, matanya membulat sempurna dengan wajah memerah malu.
"Katanya mau jemput Aura? mana!" Tanya Lisa saat membukakan pintu apartemennya.
Mario masuk dengan malas, "Aura sudah pindah," Katanya yang langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Hah! Pindah! Pindah kemana sayang?" Tanya Lisa dengan bingung, wanita itu duduk disisi Haikal dengan tangan menyentuh paha kekasih Aura itu.
"Orchid apartemen."
"What!!"
"Iss, pelankan suaramu," Dengus Mario kesal sambil mengusap telinganya yang pengang mendengar keterkejutan Lisa.
"M-mario aku ngak salah dengar kan? Aura.. Orchid.." Lisa seperti orang terkena stroke mendadak.
Apartemen Orchid adalah apartemen impian banyak orang, lalu kenapa Aura bisa sampai tinggal di sana, bahkan untuk menyewa satu bulan saja gaji Lisa tak akan cukup. Hanya saja Aura yang bekerja sebagai sekertaris cukup mampu menggandakan uang gajinya.
"Aku baru saja mengantarnya, lagi pula aku penasaran siapa pemilik apartemen itu sampai-sampai begitu royal menyewakan harga diskon separuhnya," Mario menegakkan tubuhnya sambil berpikir.
Sementara Lisa mengerjap beberapa kali untuk mengurangi keterkejutannya yang tak kunjung usai.
"S-separuh harga," Gumamnya lagi dengan wajah syok.
Namun melihat wajah Mario yang tampak berpikir membuat Lisa tersadar, 'Kamu tidak akan lama hidup enak Aura, enak saja kamu tinggal di apartemen mewah sedangkan aku masih ada disini,' Gumam Lisa dengan seringainya.
"Sayang, apa kamu percaya jika Aura mendapatkan diskon? Lagi pula orang gila mana yang menawarkan diskon separuh harga? Atau Jangan-jangan Aura sudah kenal dengan pemilik apartemen itu dan mereka-" Lisa tak meneruskan ucapanya.
Tapi arti tatapannya di tangkap oleh Mario.
"Tidak mungkin sayang, Aura bukan wanita seperti itu!" Sanggah Mario membela kekasih sahnya.
Wajah Lisa langsung jengkel, mendengar Mario membela Aura.
"Kamu mana tahu kalau dia bermain dibelakang mu! Buktinya kamu saja bisa main dibelakang dia, Mario Aura itu ngak sebaik yang kamu kira, dia itu wanita munafik!" Kesal Lisa meninggikan suaranya.
Mario terdiam, kini dirinya justru dibuat bingung dan harus percaya atau tidak.
"Kalau kamu ngak percaya, aku akan buktikan jika Aura pasti punya selingkuhan di belakang mu!" Tambahannya dengan menggebu-gebu.