Spin off Novel Terpaksa Menikahi Waria Tampan
Setelah melewati hari-hari bersama Rian, timbullah perasaan cinta terhadapnya. Masa lalu Rian yang adalah seorang waria, sudah tidak dipedulikan Alya lagi. Namun, banyak orang-orang di sekitar Alya yang akan menjatuhkan dirinya, karena mengetahui masa lalu Rian. Karirnya sebagai seorang artis terancam, akankah Alya bisa menghadapi semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EsKobok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Tertahankan
Beberapa bulan Rian berlatih beladiri, dan juga belajar baca tulis, Rian sudah semakin mahir dalam melakukannya.
Hampir semua ujian yang diujikan padanya, bisa diselesaikan dengan baik.
Hal itu sangat membuat Alya bangga, karena ternyata ia bisa membuat Rian tumbuh dengan pesat. Ia membekali segalanya, dan membuat Rian menjadi seorang yang sangat berguna baginya.
Tak hanya pandai merias Alya saja, sekarang Rian juga sudah mulai bisa mengatur jadwal syuting Alya.
Alya membekalinya cara mengirimkan pesan singkat, dan cara menghubungi orang lain dengan call dan juga video call. Sementara Rian sudah bisa sedikit membaca pesan singkat, walau terkadang masih mengeja kata yang sulit.
Alya juga mengajarinya cara mengedit video, dan juga foto. Terkadang ia dibuat tergelak, ketika mendapati Rian yang mengedit foto mereka, dan mengirimkannya pada pesan chat di aplikasi chat mereka.
Sudah lama sekali dari saat kejadian pertengkaran Rian dan juga Morgan. Alya sudah tidak pernah melihat Morgan lagi. Ia juga sudah tidak pernah menghubungi Morgan lagi, sebaliknya juga seperti itu.
Entah, mungkin Morgan merasa malu karena tak terima dikalahkan dengan seorang Rian.
Karena hal itu, Alya dan Rian menjadi sangat fokus untuk mendapakan pelajaran dan jurus baru di klub bela diri mereka. Mereka sangat bersyukur, karena mereka tidak bertemu dengan Morgan lagi.
Saat ini, waktu syuting sudah selesai. Projek kedua Alya dan Rian, ternyata sudah selesai dengan baik. Semua crew saling menyalami, dan saling bercanda karena tak terasa sudah beberapa bulan bersama, dan harus berpisah karena projek yang sudah usai.
Alya sedang berhadapan dengan sutradara projek pertamanya. Ia memandangnya dengan senyuman, karena sejak saat ia menerima Rian dengan segenap jiwa raganya, ia merasa dunia sangat indah, sehingga ia tidak lagi bersikap kasar pada siapa pun.
Pun kepada Rachel. Alya sama sekali tidak menghiraukannya, tidak juga marah padanya. Semua yang ia lihat kala itu, ternyata hanya sebuah kesalahpahamannya. Ia juga sudah tidak memikirkannya lagi.
“Jangan lupa malam ini ada pertemuan, untuk party kecil-kecilan projek ini. Semua orang diundang, bahkan crew projek pertama,” ujar sang sutradara, membuat Alya tersenyum mendengarnya.
“Ya, pasti saya datang. Saya harus keluar sebentar, nanti kembali ke sini lagi,” ujar Alya, membuat sutradara mengangguk kecil mendengarnya.
Sutradara memandang ke arah Rian, “Next projek, jadi main bareng kita?” tanyanya, Rian mengangguk mantap mendengarnya.
“Tentu!” jawab Rian dengan senyuman yang sangat tegas, membuat Alya memandangnya dengan senyuman yang teduh.
Demi Alya, apa pun akan Rian lakukan.
Next project mereka, Rian akan berpasangan dengan Alya di film yang akan mereka mainkan bersama. Mereka adalah pemeran utama wanita dan pria.
Awalnya Rian menolak semua itu, karena ia harus berpasangan dengan Rachel, sebagai tokoh utama wanita. Namun, karena sang sutradara sangat menginginkannya, ia pun lantas menggantinya dengan Alya yang sudah memiliki kemistri bersamanya.
Setelah melewati obrolan panjang bersama dengan Alya, Rian akhirnya menyetujuinya dengan alasan sekaligus ingin mempublikasikan hubungan mereka di hadapan publik.
Itu semua mereka lakukan karena mereka tidak ingin melakukan hubungan yang backstreet terus-menerus.
Sutradara menepuk bahu Rian cukup keras, “Sampai bertemu di next project!” ujarnya, membuat Alya dan juga Rian tersenyum mendengarnya.
Mereka saling berpamitan, dengan Alya yang melangkah menuju ke arah mobilnya, bersama dengan Rian.
Karena ada pertemuan dan juga party kecil malam nanti, Alya meminta Rian untuk menemaninya pergi ke salon. Ia ingin sekali menata rambutnya, dan juga membeli beberapa baju beserta aksesoris lainnya.
Hari ini Rian sangat berbeda dari biasanya. Ia tidak merias wajahnya, karena ia ingin memberitahu kepada mereka, bahwa tanpa makeup dirinya pun tetap sangat percaya diri.
Bagaimana tidak, Rian terlihat sangat tampan dengan memakai ataupun tidak memakai riasan. Ia tidak masalah, jika orang lain melihat bareface-nya itu.
Alya tidak mempermasalahkan itu. Ia suka kedua sisi tersebut, karena keduanya sama-sama terlihat sangat cocok bagi Rian.
Mereka masuk ke dalam mobil. Rian segera memeluk Alya, sontak membuat Alya mendelik kaget karenanya.
“Gue kangen, seharian gak peluk lo,” gumam Rian, membuat Alya tersenyum mendengarnya.
Kekuatan cinta, membuat Alya yang kasar menjadi sangat lembut saat ini. Ia seperti sudah menemukan yang ia cari, jadi ia sama sekali tidak ingin lagi bersikap kasar.
Meskipun terkadang ia lupa, dan menjadi kasar seperti dirinya yang dulu.
“Kenapa harus di sini? Di apart ‘kan bisa,” ujar Alya, Rian menggelengkan kecil kepalanya sembari tetap memeluk Alya dengan erat.
“Gue udah kangen.”
Memang, beberapa minggu ke belakang ini, mereka sangat sibuk karena hendak menyelesaikan job mereka.
Hal itu membuat mereka tidak sempat melakukan hal yang membuat hubungan mereka semakin erat.
Ketika Rian menginginkannya, tetapi ia melihat Alya yang sudah terlelap lelah karena seharian beraktifitas.
Rian mengerti akan hal itu. Ia beberapa kali mengurungkan niatnya, karena melihat Alya yang sudah terlelap di dalam kamarnya.
Memang, walaupun mereka sudah menerima satu sama lain, terkadang Rian sengaja memberikan Alya waktu untuk menyendiri melepas lelah di kamarnya. Ia sama sekali tidak mengganggu privasi Alya, karena ia yang sangat mengerti kesibukan Alya beberapa hari waktu ke belakang ini.
Alya mengerti, beberapa minggu ini ia tidak bermanja-manjaan dengan Rian, sampai tidak melakuan hal semestinya mereka lakukan bersama, untuk meningkatkan kadar cinta mereka.
“Kita jadi ke salon?” tanya Alya, Rian menggelengkan kecil kepalanya.
“Entah. Mungkin, setelah dari apart,” jawabnya, yang lebih tepatnya seperti sedang menggoda Alya.
Alya mengerti dengan maksudnya. Ia tersenyum dan melepaskan dirinya dari Rian, memasang sabuk pengaman, lalu memandangnya dengan tegas.
“Katanya mau ke apart?” tanya Alya, membuat senyuman Rian merekah mendengarnya.
Dengan cepat, Rian memakai sabuk pengamannya, lalu mengarahkan mobilnya menuju apartemen mereka.
***
Tak banyak yang mereka lakukan setelah sampai di apartemen. Mereka bahkan tidak sempat mandi, karena Rian yang sudah terlalu rindu dengan Alya.
Perasaan itu menggelora, Alya dan Rian sama-sama mabuk dengan kebersamaan mereka saat ini.
Sudah lama mereka menahannya, dan sekarang mereka mencoba untuk merealisasikannya.
Rian terus menciumi Alya, bahkan sampai Alya menutup pintu kamar mereka. Ia tidak sabar, ingin merasakan hal itu lagi dengan Alya.
Melakukan hal itu bersama Alya, membuat dirinya merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Sampai saat ini Rian masih tidak percaya, bahwa ia bisa merasakan hal ini bersama dengan Alya.
Cinta membuat mereka merasa sangat bahagia, mereka saling menyerahkan hati dan jiwa mereka.
Semua tak tertahankan. Mereka melakukannya dengan didasari cinta.
Cinta ... betapa indahnya merasakannya bersama dengan orang yang sangat kita inginkan.
Akan tetapi, cinta akan lebih bahagia jika kita menjalaninya dengan iklas dan sepenuh hati.
***
klo bubur wahyuu ...ehh Wagyu Bru mahal...
msh mdg Rian yg nyari duit nyamar JD waria,lah Dion.bertahun² hidup mewah di baak ketek Alya 😏 😏😏