Menerima Cinta Waria Tampan

Menerima Cinta Waria Tampan

Salah Paham

Saat ini, Alya sudah pergi dari ruangan itu dengan perasaan yang kesal. Kini, tinggallah Rian dan juga Rachel, yang sedang berduaan di ruangan khusus Alya itu.

Suasana menjadi sangat rancu, karena mereka yang sama sekali tak bersuara.

Rian menelan salivanya, karena ia merasa sangat tidak enak hati dengan Rachel.

‘Aduh ... kenapa malah jadi kaku begini, sih? Gak enak banget suasananya,’ batin Rian, yang merasa sangat aneh melihat suasana seperti ini.

Rachel menyunggingkan senyumannya, lalu mengambil tempat makanan yang berada di hadapannya.

‘Saatnya menjalankan rencana,’ batin Rachel, sembari membuka kotak makan tersebut.

Rian melihat Rachel yang sudah bersiap-siap untuk makan, dan segera mengambil jatah makannya juga, agar tidak terlalu kaku.

Rian tak memandang dengan benar ke arah Rachel, hanya berfokus ke arah makanan yang ada di hadapannya.

Sementara itu, Rachel sedang memegang saus sambal kemasan, yang memerlukan tenaga ekstra untuk membukanya.

Rachel melirik ke arah Rian, yang ternyata sedang tidak fokus ke arahnya.

‘Ini kesempatan bagus!’ batin Rachel, yang sudah bersiap-siap untuk menjalankan rencananya.

Rachel membuka paksa saus sambal kemasan tersebut, lalu berlagak seolah-olah saus tersebut terkena matanya.

“Aduh! Mata gue kenapa?!” pekik Rachel, sontak membuat Rian terkejut mendengarnya.

Dengan sangat sigap, Rian memandang ke arah Rachel yang sedang memegangi mata sebelah kanannya.

“Ada apa, Chel?!” pekik Rian, yang langsung bangkit dan berdiri di hadapan Rachel.

“Yan, tolong, mata gue kena saus sambal tadi!” pekik Rachel, membuat Rian mendelik kaget mendengarnya.

“Ah? Yang mana? Coba sini lihat!” pekik Rian, yang merasa sangat khawatir mendengar hal tersebut.

Walaupun Rian tidak menyukai cara Rachel mendekatinya, tetapi tidak ada alasan untuk Rian tidak menolongnya di saat krusial seperti ini.

Rian mendekat dengan perasaan yang sangat khawatir, sembari melihat ke arah mata kanan Rachel.

“Aduh, Yan ... gimana ini mata gue?!” teriak Rachel masih dengan aktingnya tersebut.

Rian mendadak bingung harus melakukan apa lagi pada kasus ini.

“Aduh ... gue bingung, gue harus gimana?” tanya Rian, yang juga malah ikutan panik dengan keadaan ini.

Rachel mengibas-ngibas telapak tangannya, ke arah matanya, “Ini cepetan ditiupin kek, biar gak perih!” suruhnya, Rian merasa sangat kaku mendengarnya.

“Ah? Tiupin?” tanya Rian bingung, membuat Rachel semakin berakting kesakitan.

“Aduh ... ini gimana, Yan? Gue gak bisa lihat! Aduh perih!” ujarnya dengan sedikit nada manja.

Memang aktris besar, aktingnya tak usah diragukan lagi.

Sangat meyakinkan.

Karena merasa sudah sangat terdesak, Rian pun terpaksa melakukan hal yang Rachel suruh.

Rian mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rachel, dan berusaha untuk meniup mata Rachel secara lembut, dan perlahan.

Namun, tak disangka, Alya datang dari balik pintu. Melihat dari arah pandangannya, Alya melihat Rian yang sedang bercumbu mesra dengan Rachel.

Alya mendelik kaget, karena dari sisi pandangannya ia melihat Rian yang sedang bercumbu mesra.

Tentu saja ini hanyalah salah paham Alya semata, karena sudut pandang Alya berada pada titik tumpu yang salah.

“Rian!” pekik Alya, sontak membuat Rian dan Rachel memandang ke arahnya.

Rian pun mendelik kaget, karena ia melihat Alya yang ia yakin sudah sangat salah paham dengannya.

“Alya ....”

Rian buru-buru berlari menghampiri Alya, tetapi Alya segera pergi dari sana dengan amarah dan tangis yang sudah tak terbendung lagi.

Melihat kesalahpahaman yang terjadi di hadapan matanya, Alya merasa sangat kesal dan juga sedih. Namun, ia tidak bisa mengungkapkan emosinya kepada Rian.

Alya menghapus air matanya, berusaha untuk menahan air mata selanjutnya yang hendak keluar.

‘Apa, sih? Kenapa malah nangis? Gue kenapa sebenernya?’ batin Alya, yang merasa sangat bingung dengan perasaannya sendiri.

Alya melihat sekelilingnya. Ternyata, ia sudah berada di pinggir jalan, keluar dari area lokasi syutingnya.

Langkahnya terhenti, dan mengedarkan pandangannya ke segala arah.

“Ternyata udah jauh banget ya gue lari?” gumam Alya, sembari tetap melihat ke arah sekelilingnya.

Hari sudah beranjak siang, matahari pun sudah meninggi di atas kepalanya. Alya sudah terbiasa dengan terik matahari, karena ia yang selalu beraktivitas di luar ruangan untuk tag video.

Pandangannya tertuju ke arah kursi taman, yang berada di pinggir jalan. Karena merasa lelah, Alya pun duduk pada kursi tersebut untuk membuat tenaganya pulih.

Dahaganya terasa, keringatnya berpeluh, saking lelahnya ia berlarian.

Tangannya ia kibaskan ke arah lehernya, berharap angin yang dihasilkan terasa, untuk menghilangkan rasa gerahnya.

‘Gerah, capek, haus ...,’ batin Alya, yang merasa sangat lelah.

Teringat kembali kejadian yang Rian lakukan dengan Rachel, membuat suhu tubuhnya kembali memanas.

‘Duh ... kesel! Gue kenapa sih? Kenapa gue kesel sama dia? Gue kesel, tapi gue gak tau gue kesel kenapa? Kenapa memangnya kalau dia ciuman sama Rachel? Apa yang gue keselin?’ batin Alya, yang sangat kesal dan saling berdebat kiri dan kanan.

Kesal, tetapi tidak tahu kenapa.

Apa namanya kalau bukan cemburu?

“Terserah lo mau ngapain, kek! Gue gak peduli!” teriak Alya, yang sudah benar-benar kesal dengan Rian.

Sementara itu, Rian sudah sampai di persimpangan jalan. Ia berhenti di sana, sembari menghela napasnya karena lelah.

Kepalanya ia tolehkan ke kanan dan kiri, sembari mencari keberadaan Alya di segala arah.

Pandangannya tertuju ke arah Alya, yang saat ini sedang duduk di kursi taman, di arah sebelah kiri.

Harapannya terang, Rian merasa sangat senang bisa bertemu dengan Alya kembali. Ia berlari tergesa-gesa, ke arah Alya, karena ia sudah ingin segera menjelaskan kepada Alya.

“Alya!” pekik Rian, sembari tetap berlarian ke arah Alya.

Alya menoleh mendengar suara pekikan itu, membuatnya mendelik melihat Rian yang berada di hadapannya.

Rian terduduk di sebelah Alya, membuat Alya menekuk wajahnya dan duduk membelakangi Rian.

Rian memandang bahu Alya, “Alya ... maafin gue, ya?” ujarnya, tak membuat Alya bergeming.

Alya tak memedulikan apa yang Rian ucapkan. Ia hanya diam, membuat Rian semakin gelisah saja jadinya.

Tak direspon oleh Alya, Rian merasa sangat bingung, karena ia tidak bisa melakukan hal yang lebih dari ini.

‘Duh ... Alya beneran marah, ya? Kenapa ya dia? Salah paham, ya?’ batin Rian, yang merasa bingung dan aneh dengan sikap Alya.

Rian mendekati Alya, “Al ... maafin gue ya. Tadi itu salah paham. Yang lo lihat tadi itu gak seperti yang lo bayangin,” ujar Rian menjelaskan, Alya semakin tak menghiraukan ucapan Rian.

Sekali lagi Alya membuat Rian merasa gelisah, karena Alya yang tidak merespon apa pun, dari apa yang sudah ia katakan.

Rian menghela napasnya dengan panjang, mengulurkan tangannya ke arah bahu Alya, berusaha untuk merayu Alya untuk mendapatkan maafnya.

“Al--”

Terpopuler

Comments

👊🅼🅳💫

👊🅼🅳💫

pindah sini n ngulang dr awal lg,bg🤔🤔🤔

2023-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!