Nathan menjadi duda setelah menikah untuk ke dua puluh kalinya. Semuanya berakhir di saat malam pertamanya. Dia tak bisa melakukan kewajibannya pada istrinya hingga membuatnya mendadak untuk kesekian kalinya.
Jovita seorang gadis yang menikah dengan Deon karena suatu perjodohan dan tanpa ikatan cinta di antara mereka. Di malam pertamanya setelah menikah, Deon bersama wanita lain untuk menghabiskan malamnya.
Karena sering diabaikan oleh Deon, Jovita akhirnya mencari kesenangan sendiri. Secara tak sengaja dia bertemu dengan Nathan.
Awalnya hubungan mereka hanya teman biasa. Namun Nathan menaruh rasa pada Jovita yang mempunyai paras mirip seperti Cinta Pertamanya yang telah meninggal.
Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka? Apakah mereka bisa bersatu atau hanya sekedar menjadi teman saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ruby kejora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 18 Memberikan Tumpangan
Jovi merasa dirinya baik-baik saja dan tidak merasakan sakit sedikit pun pada seluruh bagian tubuhnya.
“Apa aku perlu diinfus seperti ini ?” menatap jarum infus yang menancap di tangannya. “Aku harus pulang, aku tidak mau tidur di sini.” Jovi menyentuh jarum infus yang menanjak di tangannya dan kemudian mencabutnya dengan cepat.
“Hey, apa yang kau lakukan Qian... Jo-Jovi ?” Nathan seketika berdiri dan menghampiri gadis itu, menghalanginya untuk turun dari tempat tidur. “Aku tidak sakit, jadi aku mau pulang.” Jovi menyingkirkan tangan Nathan dari tubuhnya dan turun dari tempat tidur.
“Hey !” Nathan mengejar Jovi yang keras kepala dan nekat untuk pulang.
Jovi berhenti dan berbalik dengan menatap Nathan. Ia baru sadar jika pria itulah yang menyelamatkan dirinya dan membawanya ke rumah sakit ini.
“Terima kasih sudah membawaku ke rumah sakit. Maaf aku yang salah tidak mendengar suara klakson mobilmu.” Jovi berterima kasih sekaligus meminta maaf pada Nathan sebelum ia pergi.
“Ya tak perlu sungkan padaku.”
Setelah selesai mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf pada Nathan, Jovi pun terbalik dan berjalan keluar dari rumah sakit.
“Ternyata gadis ini keras kepala sekali. Berbeda dengan Qiana yang lembut dan penurut.” Nathan merasa meskipun mereka berdua memiliki wajah yang sama namun sikap mereka sangat bertolak belakang.
“Hey... tunggu !” Nathan mengejar Jovi karena ia tak ingin sampai kehilangan jejaknya, di tambah karena cuaca di luar masih hujan.
“Ya... ?” Jovi berhenti dan berbalik menatap Nathan. “Kau mau pulang di tengah hujan lebat seperti ini ?” Nathan menghampiri Jovi. “Ya, aku tak ada masalah dengan hujan.”
Nathan diam sejenak dan mencoba mengatur emosinya yang hampir saja tersulut karena sikap Jovi yang keras kepala.
“Bagaimana jika aku mengantarmu pulang kali ini ?” Nathan menawarkan tumpangan karena ia merasa tak tega melihat gadis itu kembali kehujanan dan basah kuyup di jalanan seperti sebelumnya.
Jovi diam dan berpikir, sebenarnya tawaran itu sungguh menggiurkan untuknya. Tapi selama ini ia tak pernah menerima bantuan dari pria apalagi pria asing yang baru dijumpainya dan sama sekali tidak ia kenal ataupun ketahui latar belakangnya.
“Tidak, terimakasih. Aku akan naik tak--” Judith meraba saku bajunya dan ia baru tersadar jika tadi keluar tidak membawa apapun, termasuk dompet yang membuatnya tak melanjutkan ucapannya.
“Kau jangan salah paham pada ku. Jika aku punya niat buruk dari awal aku pasti tak akan membawamu ke rumah sakit.” Nathan kembali menjelaskan karena ia bisa membaca pikiran gadis itu dari raut wajahnya yang menatapnya dengan tidak percaya. “Aku hanya ingin membantu mu saja, tidak lebih. Tidak ada maksud lain.” Nathan kembali menjelaskan.
“Jika aku pulang naik taksi, tanpa membayar pasti aku akan babak belur. Tapi jika aku pulang bersamanya, apa ia tidak akan berbuat macam-macam padaku ?” Jovi diam sejenak dan berpikir untuk mengambil keputusan.
“Baiklah... tapi aku takut itu akan merepotkan dirimu.” jawab Judith klise seolah tak ingin Nathan membantunya.
“Aku tidak keberatan. Ayo biar aku mengantarmu pulang.” Nathan yang tak mau kehilangan jejak dari Jovi bersikeras menawarkan tumpangan pada gadis itu.
Ia pun segera berjalan menuju ke tempat mobilnya terparkir dan meminta Jovi mengikutinya.
“Masuklah.” Nathan mengemukakan pintu mobil, dan Jovi pun masuk dan duduk karena tak ada pilihan lain. Mencari taksi di tengah hujan lebat seperti ini juga tidak mudah.
“Kemana aku harus mengantarmu pulang ?” tanya Nathan setelah mobil melaju keluar dari rumah sakit.
“Pulang ?” Jovi bingung kemana ia harus pulang malam ini. Ia menatap Nathan sambil berpikir lagi.