Kisah tentang seorang agent BIN dan putri konglomerat yang suka membuat onar.
Ayah Zuin tiba-tiba ditangkap karena kasus korupsi. Namun dibalik penangkapan itu sang ayah ternyata bekerja sama dengan BIN meneliti sebuah obat yang diyakini sebagai virus berbahaya yang mengancam nyawa banyak orang.
Dastin Lemuel, pria tampan dengan sejuta pesona itu di percayakan oleh ayah Zuin untuk mengawasi gadis itu. Zuin sudah membenci Dastin karena dendam di night club malam itu. Tapi, bagaimana kalau mereka tiba-tiba tinggal serumah? Apalagi Dastin yang tidak pernah dekat dengan perempuan, malah mulai terbiasa dengan kehadiran Zuin, sih gadis pembangkang yang selalu melawannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Zuin betul-betul tidak berkutik. Setelah kalah berdebat dengan pria itu, tadi Dastin membeli pakaian baru dan memaksanya berganti pakaian dengan yang dibeli oleh lelaki itu. Setelah itu mereka masuk ke salon, mengembalikan warna rambutnya dan yang terakhir, mereka masuk entah di mana. Yang pasti tempat itu adalah tempat untuk menghapus tato temporer diwajah Zuin. Kini penampilannya telah kembali seperti semula, membuat Zuin kesal namun tetap merasa tidak berkutik. Sepertinya dirinya memang di takdirkan tidak bisa menang melawan pria itu. Apa karena dia terlalu pembangkang hingga di hukum sang Mahakuasa bertemu dengan lelaki seperti Dastin ini? Gadis itu mengangkat bahunya tidak peduli. Ia sudah lelah dengan semua dramanya hari ini. Ternyata semuanya percuma.
"Kita mau kemana lagi?" tanya Zuin malas. Ia masih kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan Dastin. Harusnya pria itu membiarkannya pergi saja, sialan. Pandangannya tidak lepas sedetikpun dari Dastin yang fokus mengemudi. Karena kesal pada lelaki yang terus-terusan tidak mempedulikannya itu, Zuin bersandar sambil menutup mata. Ia tidak melihat Dastin yang kini menertawainya. Sebenarnya pria itu hanya menghindari perdebatan. Ia tidak ingin terus-terusan berdebat dengan gadis keras kepala ini. Bisa-bisa mereka berdebat sampai pagi lagi dan pekerjaannya jadi terbengkalai.
Selesai memarkirkan mobilnya, Dastin memiringkan wajah menatap Zuin. Ternyata gadis itu tertidur. Ia tidak tega membangunkan dan memutuskan menunggu sebentar sambil terus menatap gadis yang tertidur itu. Sesekali Dastin tersenyum.
"Kau sangat manis kalau tidak melawan begini." gumam Dastin pelan. Tangannya terangkat mengelus pelan wajah Zuin. Ia menikmati menatap wajah cantik Zuin cukup lama sampai dirinya sadar sendiri.
Dastin menjauhkan diri, bersandar di sandaran kursi mobil itu dan mengusap wajahnya kasar. Kenapa dengannya? Apa dia mulai tertarik pada gadis ini? Tidak, tidak. Tidak mungkin. Ia cepat-cepat menepis pikirannya. Ia harus fokus pada pekerjaannya, tidak ada waktu untuk menjalin hubungan asmara. Apalagi dengan gadis pembangkang seperti Zuin. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Mereka tidak cocok. Dastin berusaha membuang pikirannya jauh-jauh. Baginya pekerjaan adalah nomor satu sekarang.
"Dimana ini?" pertanyaan itu menyadarkan Dastin. Ia memiringkan kepala melirik Zuin. Gadis itu menatap berkeliling sambil mengucek-ucek matanya, seperti ingin mencari tahu keberadaan mereka sekarang.
"Kau mau membawaku kemana?" gadis itu melirik Dastin lagi. Ini sudah tengah malam, dan mereka tidak balik ke apartemen milik pria itu.
"TKP." jawab Dastin ringan, mulai bersiap-siap turun.
"Hah?!" Zuin heran kenapa pria itu membawanya ke tempat tidak jelas ini. TKP apanya sunyi begini.
Dastin terkekeh. Gadis yang beberapa tahun lebih muda darinya itu memang menyebalkan, namun di saat-saat tertentu malah bisa jadi sangat menggemaskan.
"Kau tahu TKP kan? Tempat-kejadian- peristiwa!" katanya menekankan tiga kata di kalimat akhirnya. Zuin mencebik. Memangnya dia bodoh apa?
"Kau pikir aku bodoh?" balasnya kesal. Ia terus-terusan mengoceh sampai lelah sendiri.
"Kau mau ikut atau tinggal sendirian ditempat sepi ini?" tanya Dastin dari luar mobil. Saking sibuknya mengomel Zuin bahkan tidak sadar kalau pria itu sudah keluar. Ia menatap berkeliling parkiran. Suasana tempat ini sangat sepi, hanya ada beberapa mobil yang terparkir dekat situ namun tak terlihat satupun orangnya.
"Kalau kau tidak keluar juga, aku akan segera pergi." kata Dastin lagi berbalik pergi dengan langkah perlahan. Sebenarnya ia hanya ingin memancing untuk menakut-nakuti Zuin. Tidak mungkin ia meninggalkan gadis itu sendirian di tempat ini. Meski pekerjaan mereka sangat rahasia, Dastin tetap memutuskan membawa gadis itu bersamanya. Pekerjaannya penting, namun entah kenapa ia merasa Zuin juga penting untuk di jaga. Ia tidak punya pilihan lain. Ia sendiri masih heran ada apa dengan dirinya, kenapa gadis yang baru ia kenal itu bisa sangat mempengaruhinya sampai seperti ini.
"Hei, tunggu aku!" teriak Zuin cepat-cepat keluar dari mobil mengejar Dastin. Ia tidak tahu saja kalau lelaki itu didepan sana sedang menahan tawanya.
***
Dastin dan Zuin berjalan berdampingan melewati gang kecil. Suasana tengah malam yang sepi membuat Zuin merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia melirik kesal pada Dastin. Kenapa juga lelaki itu harus datang ke tempat menyeramkan begini.
"Memangnya kau tidak bisa datang ke sini siang hari saja apa?" ujarnya dengan nada keberatan. Tak ada jawaban. Dastin terus berjalan tanpa ada niatan sekalipun menjawab pertanyaannya dan itu membuat Zuin makin kesal. Tahu begitu tadi dia tunggu di mobil saja.
Kira-kira sepuluh menit mereka berjalan hingga mencapai sebuah rumah sederhana. Zuin berhenti melangkah dan menatap lurus ke rumah itu. Lebih ke beberapa orang yang berdiri didepan rumah. Matanya menyipit, ia seperti mengenal sosok perempuan yang berdiri di antara para pria didepan sana.
Dastin yang berjalan lebih dulu menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang ketika menyadari Zuin tidak berjalan bersamanya.
"Sampai kapan kau akan berdiri terus disitu Zuin." ucapnya. Mau tak mau Zuin dengan berat hati mengikuti lelaki itu. Mereka berhenti didepan tiga orang yang berdiri didepan rumah itu tadi.
Zuin langsung mengenali perempuan yang dilihatnya tadi. Pantas saja ia merasa familiar. Ternyata wanita itu adalah orang yang menodongnya dengan pistol beberapa waktu lalu. Ia tidak tahu siapa namanya. Yang pasti Zuin tidak suka bertemu lagi dengannya. Lihat saja cara wanita itu menatapnya sekarang, seperti ingin memakannya hidup-hidup.
Zuin tersenyum sinis lalu mengangkat dagunya tinggi-tinggi membalas tatapan tajam Ayyara. Di pikir dia takut apa. Mentang-mentang bekerja di BIN, wanita itu pikir sudah bisa menakut-nakutinya. Huh!
"Kau mengajaknya kesini?" tanya Gilang menatap Dastin dan Zuin bergantian. Dastin mengangguk. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah.
"Bagaimana, ada yang kalian temukan?" tanyanya kemudian.
Gilang cepat-cepat mengambil sesuatu dari dalam sakunya dan diberikan pada Dastin.
"Selain benda ini, kami belum menemukan apapun." katanya. Dastin melihat benda yang ternyata USB itu.
"Apa isinya?" tanyanya lagi.
"Foto-foto, dan video korban bersama pacarnya yang terekam cctv. Mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk dari situ." kalo ini Ayyara menjelaskan.
Dastin mengangguk-angguk mengerti. Ia melirik Zuin sebentar. Gadis itu sibuk sendiri dengan kegiatannya menendang-nendang kerikil-kerikil kecil dibawahnya. Pandangannya beralih ke Gilang dan Ayyara lagi.
"Kita akan menyelidiki kembali besok. Sekarang pulanglah." ujarnya. Ayyara dan Gilang mengangguk.
"Kalau begitu aku duluan." pamit Dastin. Berbalik mendekat ke Zuin Pandangannya jatuh ke gadis itu.
"Ayo." gumamnya berbalik duluan. Mau tak mau gadis itu mengikutinya sambil berkomat-kamit sendiri.
"Gadis itu sangat mengganggu. Lihat, aku tahu Dastin buru-buru mau pulang karena gadis manja itu." kata Ayyara menahan kesal. Gilang tahu sebenarnya Ayyara merasa cemburu. Makanya dia selalu mencari segala kekurangan Zuin. Lelaki itulah yang bingung sendiri harus bagaimana membalas perkataan Ayyara.
Tapi kalau di lihat-lihat, Dastin sepertinya memang memperlakukan Zuin dengan berbeda. Jangan-jangan lelaki itu menyukai bocah prik itu lagi. Gilang tersenyum lebar. Kalau pikirannya benar. Ia masih tidak akan menyangka kalau seorang Dastin yang sulit di dekati banyak wanita itu malah jatuh hati pada pembuat onar kecil seperti Zuin itu.
klo sudah tiada baru terasa
bahwa kehadiranmu sangat berharga
KAPOKKKKKK
Si Kyle /Grin/
ayo ayo /Smile/