Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih hidup
"Kiyai?" Seno menetap pria bersorban disampingnya.
"Aku datang karena mendengar kabar duka dari adikmu, Andin."
"Andin?" seno menatap heran, bahkan dia tidak bertemu Andin ketika pulang hari itu.
"Iya, tapi Adikmu bilang kau meninggal!"
"Hah!" Seno semakin bingung dengan ucapan kiyai Rasyid, kiyai yang mengasuh Zalli sejak kecil. Bagaimana mungkin Andin mengatakan bahwa dia meninggal, jelas bahwa dia masih hidup, bahkan Zalli yang meninggal.
"Zalli tidak di temukan, tapi mereka menemukan seorang pria berpakaian kerja pabrik. Mereka menyimpulkan pria itu adalah dirimu."
"Hanif!" gumam Seno, dia ingat betul Hanif berpakaian kerja hari itu, tapi dia sendiri tidak sedang berpakaian kerja, bagaimana bisa Andin menyimpulkan yang meninggal itu dirinya? Seno tertunduk lesu.
"Lalu kemana Zalli?" tanya Seno, meski pertanyaan itu tak tahu di tujukan pada siapa.
"Orang yang bisa berkomunikasi dengan makhluk halus tidak akan mudah di hilangkan nyawanya, dia punya teman tak kasat mata." kata kiyai tersebut, menjelaskan kepada Seno. "Tapi pertolongan mereka tidaklah gratis."
Dan Seno menelan ludahnya sendiri, tiba-tiba Bergidik ngeri membayangkan ucapan Kiyai tersebut.
Kita akan mencari Zalli, juga istrimu."
"Istriku Kiyai? Istriku masih hidup 'kan?" tanya Seno dengan mata kembali berkaca-kaca.
"Insyaa Allah, semoga tuhan cepat mempertemukan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Kita akan menyelamatkan mereka."
"Maksudnya?"
Kiyai hanya tersenyum tipis, menyiratkan bahwa mereka akan menghadapi banyak hal kedepannya nanti.
*
*
*
Sementara itu, di sebuah rumah kayu, di tengah perkebunan kopi.
Seorang perempuan muda sedang sibuk menumbuk dedaunan di dalam lumpang kayu, ayahnya meracik ramuan herbal pula, menyiapkan di wadah anyaman bambu.
"Jika sudah selesai, kau rebus ini hingga airnya menyusut." titahnya.
"Iya." sahut gadis itu.
Langsung meraih panci yang sudah hitam, mengisi air lalu segera meletakkan diatas tungku. Dengan menyodorkan batang jagung yang sudah kering, api pun menyala.
"Uhugh ..uhugh...uhugh." suara seseorang terbatuk, gadis itupun menoleh ke arah kamar kecil di depan.
Tak butuh waktu lama, diapun membawa segelas air rebusan herbal, beserta tumbukan dedaunan berwarna hijau kehitaman di dalam piring.
Tok...tok... tok. Gadis itu mengetuk pintu yang tak tertutup.
"Masuk saja." ucapnya, menyandar lemah dengan wajah pucat.
Gadis itupun masuk. "Ini segera diminum Mas, mumpung masih hangat. Kalau sudah dingin rasanya semakin pahit." kata gadis itu.
"Terimakasih Rania." dia segera meneguk minuman hangat tersebut, sedikit demi sedikit.
"Lukanya Rania obati lagi ya Mas." ucapnya, pria itu pun mengangguk.
"Aarghh! " dia mengerang, tak dapat menahan sakit yang menyerang hingga ke tulang, tumbukan obat tersebut masuk ke dalam luka yang cukup dalam di bagian betisnya.
"Maaf ya Mas, di tahan sebentar." ucap Rania.
Pria itu meringis, tangannya mencengkeram selimut tipis di sampingnya.
"Udah Mas." kata Rania.
Rania mengikat luka tersebut dengan kain.
"Ran, apakah mereka masih menyusuri sungai?" tanyanya. Dialah Gerry.
"Tidak Mas, sejak kemarin sudah tidak ada." kata Rania.
"Syukurlah." Gerry mendesah lega. Ia menyandar sambil memikirkan hidupnya yang saat ini merepotkan orang asing.
"Maaf ya Ran, aku merepotkan kamu dan bapak." kata Gerry.
Gadis manis berkulit kuning Langsat itu tersenyum lembut, bapaknya lah yang menemukan Gerry ketika mengambil ikan yang tiba-tiba berhamburan di pinggiran sungai, air begitu deras dari arah Utara membentuk hentakan yang dahsyat.
Ikan-ikan tak bisa berenang ketika air dan lumpur menghempas bersamaan, sudah pasti di bagian hulu juga terjadi longsor.
Beruntung Sumanto pergi ke sungai lebih awal memeriksa sekitar, setelah semalam suara deru air mengganggu tidurnya. Dan ia menolong Gerry tanpa ada seorangpun yang tahu.
"Bapak kemana?" tanya Gerry.
"Bapak pergi ke kebun Mas. Mengambil kayu bakar." jawab Rania.
Seketika Gerry terdiam dengan rasa semakin bersalah, tak bisa melakukan apa-apa karena tubuhnya masih lemas.
Ketika hanyut kepala dan dadanya terbentur bebatuan. Hingga kini masih belum pulih meskipun sudah bisa bangun ke belakang sendiri, tapi untuk melakukan aktifitas Pak Sumanto belum mengizinkan.
"Apakah mereka menemukan mbak ku?" tanya Gerry, diapun memikirkan Eva.
"Sepertinya tidak Mas." kata Rania.
Gerry hanya bisa tertunduk lesu, mengingat bagaimana dia dan Eva berusaha menyelamatkan diri.
"Tenang Mas, bapak bilang Mbak mu selamat, tapi belum tahu keberadaannya." kata Rania.
Gerry menatap gadis cantik sederhana itu dengan serius, berharap memang benar demikian.
Percaya tak percaya, pak Sumanto seorang dukun yang terusir dari kampung karena gagal mengobati kekasih anaknya sendiri, di tuduh sengaja membunuh dan di hakimi warga hingga matanya rusak sebelah, terlihat menyeramkan.
Tapi melihat kebaikannya, Gerry yakin pria itu bukan orang jahat.
"Terimakasih sudah mau menampungku Rania. Kalian juga merahasiakan keberadaan ku." kata Gerry lagi.
"Sama-sama mas, karena bapak tahu kamu orang baik." kata Rania.
Gadis itu undur diri membawa gelas dan piring bekas mengobati Gerry. Gadis itu mengeluarkan peluru di kaki Gerry. Rania dulunya pernah kuliah keperawatan selama satu tahun, hingga kemudian terpaksa berhenti setelah rumah mereka di bakar, sawah yang hampir panen beserta ternak juga ikut hangus di gasak api yang di nyalakan warga.
Siang malam selama tiga belas hari, Gerry hanya bisa berdoa akan kembali sehat, meskipun entah bisa bertemu keluarga lagi atau tidak. Setelah menghabisi atasan, tentu hidupnya tak akan aman. Jangankan bertemu keluarga, keluarga pun mungkin sudah tak tenang karena ulahnya.
"Makan Mas, bapak sudah menunggu." kata Rania, sore itu.
Gerry pun beranjak perlahan dengan kaki masih susah diajak berjalan.
"Pak." Gerry menyapa pria yang sudah duduk di tikar pandan itu menghadap makanan.
"Mari, kita makan bersama." ajaknya, menepuk sisi kirinya.
"Terimakasih Pak, maafkan saya masih merepotkan bapak." kata Gerry.
"Sudahlah, tidak ada yang merasa direpotkan." kata pria itu, mulai mengambil nasi dan ikan pepes buatan anaknya.
"Ketiganya makan dengan nikmat, meskipun suasana tampak seperti jaman delapan puluhan.
Di tengah perkebunan dengan rumah panggung sederhana, perkakas sederhana bahkan kebanyakan terbuat dari bambu dan kayu. Katanya setiap kayu yang di buat alat dapur memiliki khasiat masing-masing. Salah satunya berasal dari kayu obat, penangkal demam.
Usai makan bersama, Gerry duduk di kamarnya dengan jendela terbuka. Namun dari kejauhan cahaya center menyorot kesana-kemari, membuat dia khawatir.
"Pak, Ran!" panggil Gerry.
"Ya Mas?" Rania menyahut, gadis itu sedang mencari sinyal di depan pintu.
"Itu ada beberapa senter menyorot di tepi sungai, sepertinya mereka akan menuju kemari." kata Gerry.
Seketika wajah keduanya menjadi tegang, mereka takut jika itu polisi yang masih mencari keberadaan Gerry.
"Ran." panggil Gerry.
"Mas masuk ke kamarku saja, buat jaga-jaga. Ingat, jangan bersuara." kata Rania.
Gadis itupun segera memunguti jemuran yang masih ada di luar, menyembunyikan pakaian Gerry ke dalam kantong plastik, lalu meletakkan di dapur.
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain