NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:605.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Babak Belur

Alasan yang digunakan Jaka rupanya tak membuat Anang percaya bahwa kami tak ada hubungan apa-apa. Entah dimana otaknya, sejak tadi dia tak ada henti-hentinya memintaku untuk jujur.

Anang bahkan mengira kalau semua barang yang aku pakai saat ini yang dari Jaka. Aku tak mengindahkan setiap kalimatnya. Aku mengemasi baju anakku yang masih layak pakai, aku masukan ke dalam tas.

"Yu, apa kamu tidak mendengar kata-kataku. Mau kemana kamu mengemasi barang anak-anak?" tanyanya emosi.

"Aku mau pergi. Sudah aku katakan aku tidak ingin tinggal di sini lagi. Tidak ada tempat di hatiku untuk seorang pengkhianat seperti kamu." Aku menjawab dengan berteriak di depan wajahnya.

Rupanya teriakan ku membuat amarahnya semakin memuncak. Entah setan apa yang merasuki nya atau memang dia ini punya kepribadian ganda, aku tak tahu. Sebentar marah, sebentar mengemis maaf dan memintaku untuk tetap tinggal, sebentar menggunakan tangannya untuk melakukan kekerasan.

Anang menjambak rambutku dengan kasar setelah aku berteriak di wajahnya tadi.

"Sebelumnya aku tak pernah melakukan ini padamu, semakin ke sini kami semakin berani. Di saat kamu ingin pergi dariku, kamu membuat dirimu cantik, kamu mempoles dirimu biar apa? Biar ada laki-laki kaya yang mau jadi simpanan kamu, iya. Dulu kamu nggak pernah dandan seperti ini, jawab aku uang dari mana kamu! Siapa pria yang sudah mengubahmu?" tanya Anang dengan menarik lebih keras.

Plak!

Aku memberi tamparan sekeras-kerasnya di pipi pria itu.

"Aku tidak seperti dirimu yang hobi menjual diri. Aku bisa begini karena usahaku sendiri."

Setelah aku memberi tamparan, aku semakin dibuat takut dengan aksi brutal Anang. Dia menyeretku ke kamar mandi dan menyiksaku di sana. Memberikan pukulan, tamparan dan hal menyakitkan lainnya. Aku sampai tak mengenali siapa laki-laki yang ada di depan ku ini, sungguh dirinya sangat berbeda.

"Aku kurang apa sama kamu, Ayu? Aku memberimu nafkah lahir batin, tak pernah aku membandingkan kamu dan istri lainnya yang pandai merawat diri. Aku tak pernah menuntut kamu ini, itu, tapi kamu gunakan uang ku untuk menggoda laki-laki lain, iya?"

Mengunakan uangnya? Uang yang mana? Ya Gusti, sadarkah dia dengan apa yang dia ucapkan?

"Wanita seperti kamu memang harus di beri pelajaran."

Anang mendorong kasar tubuh ini hingga tersungkur ke lantai. Seluruh tubuhku sudah basah kuyup karena di guyur air dan kepalaku di tenggelamkannya ke dalam bak kamar mandi. Menahan sakit hati dan lebam di wajah yang baru saja di ciptakan oleh suamiku sendiri.

Dari yang aku lihat, Anang salah paham dengan Jaka. Meskipun Jaka sudah menjelaskan bahwa ia hanya supir taksi online, Anang masih tak percaya. Dia mengira aku merubah penampilan karena modal dari Jaka. Bagaimana bisa dia menilai ku seperti itu? Apa yang salah dengannya?

Aku menekuk kedua kakiku dan menenggelamkan kepala di sana. Menghabiskan sisa air mata yang kembali tumpah sebelum pagi menyapa.

*

Pukul setengah tujuh pagi, aku sudah siap dengan tas yang berisi pakaian anak-anak ku. Aku tak membawa semuanya, hanya beberapa setel saja. Untuk pakaian ku, aku tak membawanya barang sehelai kain pun. Aku biarkan di sini, semua barang dari Anang termasuk cincin kawin pun aku tinggal di sini. Tak lupa uang yang beberapa bulan terakhir dia berikan untukku, aku letakkan di satu amplop.

Aku tak tahu kemana perginya Anang. Sejak pertengkaran kami, aku tak melihatnya lagi. Mungkin pulang ke rumah istri sirinya, atau ke rumah ibunya. Baguslah, aku lebih tenang dan leluasa ketika pergi.

Aku berencana akan ke rumah yang sudah di pilihkan Rifki untukku, aku akan menempatinya hari ini juga. Mulai hari ini, aku akan memulai hidup yang baru. Memulai semuanya dari awal hanya dengan tiga malaikat kecil ku.

"Ibu, kita mau kemana? Itu wajah ibu kenapa?"

"Kita akan pergi dari sini, nak. Kita akan pindah ke rumah lain."

"Wajah ibu kenapa?" tanya Alif lagi.

"Oh ini, hanya jatuh saja di kamar mandi. Nggak apa-apa," jawabku dengan tenang dan meyakinkan.

"Tangan ibu?"

"Kejepit pintu aja sayang, nggak apa-apa."

"Kenapa kita pergi dari sini? Ibu berantem sama ayah?"

"Sayang, ibu nggak bisa menjelaskan apa-apa untuk sekarang. Kelak, jika kamu dewasa kamu akan tahu alasan ibu dan ayah harus memiliki rumah sendiri-sendiri."

Alif hanya mengangguk, lalu kami keluar rumah dan berjalan menuju jalan raya yang tak jauh dari rumah.

Aku tak tahu apa yang salah dengan para tetangga, meraka melihat ku dengan sinis dan penuh penghinaan. Terkadang mereka saling bisik satu sama lain seraya menatapku. Seperti membuat gestur mereka sedang membicarakan aku.

"Wanita nggak tahu terima kasih ya begitu, udah di kasih enak sama suami malah selingkuh dan milih laki-laki yang lebih kaya. Meninggalkan suami yang menerima apa adanya demi laki-laki kaya yang jelas akan banyak tuntutannya," kata salah satu tetangga ku dengan suara keras.

Aku tak menggubrisnya. Aku tetap berjalan dengan pelan karena menggandeng ke dua anakku. Aku merasa ada yang tidak beres dengan tatapan yang mereka lempar padaku.

"Eh Ayu, kamu udah di kasih berapa sih sama simpanan kamu itu? Sampai-sampai kamu meninggalkan Anang demi dia?" sahut salah satu wanita yang sedang berkumpul di depan rumah.

"Ya di kasih banyak lah, buktinya lihat penampilan dia sekarang? Kemarin aja  dia masih pakai daster dan wajah kusam. Lihat sekarang! Sudah bisa dandan cantik, tas dan jam tangan mewah." Bukan aku yang menjawab, tapi salah satu wanita yang satu kumpulan dengan ibu yang bertanya padaku tadi.

Aku diam saja, karena aku merasa percuma jika aku menjelaskan apa yang terjadi. Biarkan mereka menilai ku buruk dan biarkan mereka berpikir salah. Aku percaya, suatu saat nanti waktu akan memperlihatkan yang mana salah dan benar.

Saat sampai di ujung jalan, aku bertemu dengan ibu mertuaku. Dia tersenyum menang atas kepergian ku, aku tidak terkejut, karena memang ini yang beliau inginkan.

"Sudah kenyang dengan hujatan para tetangga? Atau mungkin mental mu sudah tidak baik-baik saja? Bagaimana-bagaimana?" tanyanya dengan antusias.

"Oh, jadi ibu yang menyebar berita bohong ke tetangga? Mudah-mudahan ibu segera di bukakan mata dan hatinya, mana salah dan benar. Mana dosa dan tidak. Alhamdulillah hingga detik ini mental saya aman. Justru saya bahagia, karena apa? Lepas dari manusia jahat seperti kalian."

"Sayangnya yang orang lain tahu, yang jahat kamu. Hahaha," lanjut ibu dengan tertawa.

"Nggak apa-apa, kan yang lebih tahu sang Pencipta. Nanti Allah akan tunjukkan mana yang baik dan tidak, tugas saya tunggu saja. Nanti akan ada saatnya, ibu dan anak ibu datang pada saya, bersimpuh dan merendahkan diri hanya untuk mendapat maaf. Nggak percaya nggak masalah, biar waktu yang menjawab."

"Jangan sok kamu, yang ada kamu yang bersimpuh di kaki saya dan anak saya. Hanya Anang yang bisa menerima kamu apa adanya."

"Kita lihat nanti!"

Aku pergi setelah percakapan lumayan panjang itu. Tak apa hari ini aku terlihat kalah dan salah di mata semua orang, yang terpenting adalah Allah tahu mana yang benar dan salah. Aku tak peduli dengan penilaian orang.

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!