( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 - Kau Cantik Hari Ini
Clara mengajak Dea berbelanja setelah mengubah penampilan Dea. Clara memilihkan pakaian yang sesuai dengan usia Dea yang sedang merekah.
Usai berbelanja, Clara mengajak Dea untuk makan malam terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Beberapa mata pria memandang Dea penuh takjub. Clara hanya tersenyum melihat banyak yang memuji kecantikan Dea.
"Aku yakin bang Shady pasti akan syok dan terpesona melihat penampilan Dea sekarang. Semoga kau bisa meluluhkan hati bang Shady, Dea," batin Clara.
Selesai makan, mereka langsung pulang ke rumah. Clara sudah tidak sabar melihat keterkejutan ibunya melihat penampilan baru Dea.
Dan benar saja, Nilam tidak hanya terkejut namun juga marah. Karena Dea dan Clara tidak mengabarinya jika mereka pergi bersama.
"Kalian ini! Ponselmu kenapa tidak bisa dihubungi?" kesal Nilam kepada putrinya.
"Hehe, maaf Ibu. Aku keasyikan berbelanja bersama Dea."
Nilam masih belum menyadari penampilan baru Dea. Namun ketika melihat beberapa kantong belanjaan yang dibawa Dea, ia langsung memindai penampilan menantunya itu.
"Kamu Dea? Dea menantu Ibu?" ucap Nilam tak percaya.
"Iya, Bu. Ini aku Dea."
"Ya ampun! Kamu sangat berbeda, Nak. Kamu sungguh cantik!" Nilam memegangi kedua bahu Dea dan memandangi wajah teduh menantunya.
"Bagaimana? Aku berhasil kan mengubah Dea? Aku yakin bang Shady pasti akan menyukainya." Clara membanggakan dirinya.
"Clara? Kamu yang melakukan semua ini?" tanya Nilam masih bingung dengan tingkah putrinya. Kemarin kemarin Clara sangat tidak menyukai Dea. Tapi sekarang, Clara malah membantu Dea berdandan.
"Iya, Bu. Aku tidak suka pada wanita ular itu. Dan ibu tahu, tadi siang aku mendatanginya dan aku menamparnya," cerita Clara.
Nilam dan Dea menutup mulutnya.
"Clara! Bagaimana kalau abangmu tahu soal ini?" tanya Nilam yang tak ingin terjadi keributan di rumahnya.
"Biarkan saja. Aku kesal, Bu. Ya sudah, aku lelah. Aku istirahat dulu. Dea, sebaiknya kau juga beristirahat." Clara mencium pipi ibunya dan melenggang pergi.
Nilam dan Dea saling pandang.
"Aku tidak menyangka jika mbak Clara seberani itu, Bu," ucap Dea.
"Dia memang seperti itu. Selalu melakukan apa yang menurutnya benar. Sebaiknya kamu beristirahat ya. Sepertinya Shady akan pulang larut hari ini. Kamu tidurlah lebih dulu."
Dea mengangguk kemudian pergi ke kamarnya. Nilam tersenyum penuh kelegaan.
"Akhirnya Clara bisa menerima pernikahan Dea dan Shady. Semoga ini jadi awal yang baik." Nilam menggumam dalam hati kemudian ikut memasuki kamarnya.
#
#
#
Keesokan harinya, Dea bangun dari tidurnya di atas sofa lalu segera menuju ke kamar mandi. Badannya terasa pegal karena sudah berbulan-bulan tidur di atas sofa. Beruntung ia hanya mengingat tentang studinya yang hampir selesai.
Dea tidak akan mempermasalahkan hal itu. Setelah ini ia bisa tidur di kasur empuknya lagi di rumah. Begitulah pikirnya. Bukankah ada pepatah yang mengatakan, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Itulah yang Dea yakini hingga saat ini.
Seperti biasa Dea berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Clara yang baru bangun dari tidurnya langsung tersentak melihat Dea yang lagi-lagi memakai baju kumalnya.
"Dea!" seru Clara yang membuat Dea menoleh kaget.
"Mbak Clara? Sudah bangun, Mbak?" tanya Dea.
"Apa-apaan ini? Aku kan sudah bilang jangan pakai baju kumalmu lagi!" kesal Clara.
"Ini tidak kumal, Mbak. Ini masih layak pakai kok. Lagipula aku kan mau memasak. Masa iya..."
Tanpa mendengar penjelasan panjang Dea, Clara segera menarik tangan Dea menuju kamarnya.
"Mana makeup yang kemarin kubelikan untukmu?" tanya Clara bersedekap.
"Aku ... belum bisa memakainya, Mbak. Aku tidak terbiasa berdandan." Dea menundukkan wajahnya.
Clara menepuk jidatnya. "Baiklah. Aku akan mendandanimu hari ini. Tapi lain kali, kau harus melakukannya sendiri. Nontonlah video tutorial makeup di aplikasi Utub. Disana kau bisa belajar makeup natural. Sekarang duduk disini!" perintah Clara yang tidak bisa dibantah lagi. Dia dan Shady sama-sama suka memaksa. Begitulah pikir Dea.
Tidak butuh waktu lama, wajah Dea sudah di sulap oleh Clara. Kini Dwa harus berganti pakaian. Dengan mengendap-endap di kamar, Dea mengambil salah satu dress yang dipilihkan Clara. Beruntung Shady sedang berada di kamar mandi.
Dea mengganti bajunya di kamar Clara. Dan kini penampilan Dea sudah berubah.
Clara mendorong Dea untuk kembali ke dapur dan menyiapkan sarapan dengan gaya elegan yang diajarkan Clara.
"Huh, masa iya masak dengan pakaian begini?" gumam Dea dalam hati.
Rambut panjangnya tergerai indah membuat Rosi juga ikut terpana melihat penampilan Dea.
"Nyonya Dea sangat cantik. Bibi yakin Tuan pasti akan menyukainya," puji Rosi.
"Ah, Bibi bisa saja." Dea tersipu malu.
Dengan disengaja, Clara dan Nilam belum datang ke meja makan karena menunggu kehadiran Shady disana.
"Kemana semua orang? Kenapa sepi?" gumam Shady yang tak melihat keributan dari arah ruang makan.
Shady berjalan santai menuju meja makan dan melihat Dea sedang menata makanan diatas meja.
"Selamat pagi, Mas Shady..." sapa Dea dengan mengulas senyum termanisnya.
Shady melongo mendapati Dea yang berpenampilan berbeda dari biasanya. Sejenak ia terhipnotis dengan senyum indah milik Dea. Senyum yang tidak pernah ia kira akan membuatnya terpesona. Padahal sudah hampir dua tahun mereka tinggal dalam satu atap yang sama.
"Mas? Kamu kenapa?" tanya Dea yang melihat Shady masih bergeming ditempatnya.
"Eh? Ah tidak!" Shady menggaruk tengkuknya lalu berjalan menuju meja makan.
"Ehm, kenapa semua orang?" tanya Shady untuk mengusir kegugupannya. Baru kali ini ia merasa gugup saat bersama Dea.
"Oh, mungkin sebentar lagi juga datang, Mas. Mas mau makan apa?"
Lagi-lagi Shady melamun dan hanya menatap Dea.
"Eh? Ambilkan yang ada saja." Shady benar-benar mati kutu kali ini.
Tak jauh dari sana, Nilam dan Clara sedang memperhatikan tingkah mereka berdua. Clara tersenyum penuh kemenangan.
"Ayo, Bu. Kita kesana juga. Kasihan juga Bang Shady sudah salah tingkah begitu." Clara mengajak ibunya. Nilam mengangguk dan ikut menghampiri Shady yang sudah duduk di kursinya.
"Pagi, Bang..." Clara mencium pipi abangnya.
"Clara!" Shady terkejut dengan perlakuan Clara.
"Idih, kenapa sih Bang? Biasanya juga aku cium pipi abang tiap pagi. Hmm, apa sebenarnya abang juga ingin dicium sama yang lain ya? Dea mungkin!" Clara tergelak dengan ucapannya sendiri yang sengaja memancing kakaknya.
Shady tersedak saat mendengar gurauan Clara. Wajah Shady sudah merah padam karena menahan malu dikerjai oleh adiknya sendiri.
Usai sarapan, Shady berpamitan untuk berangkat bekerja. Sebelum pergi ia menemui Naura di kamarnya.
"Sayang, papa berangkat kerja dulu ya! Kamu baik-baik ya di rumah." Shady mencium pipi Naura.
Shady melirik Dea sekilas lalu berlalu dari kamar Naura. Sungguh hari ini ia tidak tahan jika harus bertatapan dengan Dea secara langsung. Degup jantungnya berdetak tidak beraturan. Sudah lama Shady tidak merasakan hal ini setelah dulu merasakannya bersama Nola.
#
#
#
Malam harinya, Shady kembali ke rumah. Keadaan rumah sudah sepi dan itu artinya semua sudah beristirahat di kamar masing-masing.
Shady memasuki kamarnya dan melihat Dea sudah terlelap di sofa. Dea menggeliat pelan mencari posisi yang nyaman untuk tidurnya.
"Pasti amat sulit baginya selama ini tidur di sofa seperti itu." Shady merasa iba melihat Dea.
Shady melepaskan jasnya dan juga dasi yang melilit lehernya. Dia menghampiri Dea dan menatap wajah teduh itu.
"Karena hari ini kau cantik, maka aku akan membiarkanmu tidur di ranjang," lirih Shady.
Shady mengangkat tubuh Dea dan merebahkannya di ranjang empuk miliknya. Ia tutupi tubuh mungil itu dengan selimut.
"Tubuhmu ringan sekali. Apa kau jarang makan hah?" Lagi-lagi Shady bermonolog.
Tiba-tiba tatapannya sendu. "Apa aku yang sudah membuatmu jadi menderita begini? Padahal kau tidak bersalah."
Shady langsung menuju ke kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dibawah shower. Ia tatap pantulan dirinya di cermin.
"Apa yang selama ini sudah aku lakukan pada gadis itu?" Shady memejamkan matanya lalu menyudahi mandi malamnya.
Shady memakai piyamanya dan menatap tempat tidurnya yang ada Dea disana. Entah apa yang dia pikirkan saat ini.
Shady naik ke atas tempat tidur kemudian ikut memejamkan mata. Harum tubuh Dea membuat Shady mendekat.
"Aku suka wangimu," lirih Shady kemudian memeluk Dea.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus