NovelToon NovelToon
RANJANG BALAS DENDAM

RANJANG BALAS DENDAM

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / patahhati / Duda / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.2M
Nilai: 5
Nama Author: Min Ziy. Minfiatin FauZiyah

Dinikahi karena ingin membalaskan dendam kematian sang kakak yang meninggal karena bunuh diri.

Mahendra Addison Wijaya, duda anak satu yang tampan, kaya dan berkuasa. Menyimpan dendam pada seorang gadis muda cantik bernama Alisia.

Kakaknya, Brahmana. Ditemukan meninggal di apartemennya gantung diri. Dan semua bukti yang ada mengarah pada Alisia sebagai penyebabnya.

Akankah cinta bersemi di hati Mahendra yang sudah terlampau benci pada Alisia, dan apakah cinta Alisia tetap singgah dalam hati setelah menerima kekejaman demi kekejaman dari Mahendra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Min Ziy. Minfiatin FauZiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PANGGILAN TELEPON

Siya memainkan jari jemarinya dengan cepat pada layar ponsel Mahend. Dan_?

"Aaah?? Sial? Ponselnya disandi. Kenapa ditinggalin kalo ngebukanya aja harus ada sandinya? Aaahh?"

Siya kesal, ia menaruh kembali ponsel Mahend ke atas meja rias.

'Padahal ini kesempatanku.'

Drrtt drrtt drrrtt

1 panggilan video masuk.

Bodyguard A.

Siya meraih kembali ponsel Mahend, menggeser panel hijau, hingga kini video wajah Al yang tampan, imut dan lucu memenuhi layar.

"Siya?"

"Jagoan? Apa kabar?" tanya Siya lembut disertai senyum manisnya yang mengembang.

"Aku sangat senang disini. Kau bagaimana?" Al pun bertanya antusias.

"Aku merindukanmu, cepatlah pulang?"

'Klek' Mahend keluar dari kamar mandi. Ia hanya melilitkan handuk putih di pinggangnya.

Siya terus ngobrol dengan Al, ia belum menyadari Mahend yang sudah berada di belakangnya. Ikut mendengarkan obrolan seru Al dengan Siya.

"Aku akan menceritakan semuanya padamu nanti saat di rumah!" Al sangat antusias.

"Siap, Komandan? Siya mu ini akan setia menanti kedatanganmu!"

"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Kami akan pergi ke mercusuar. Nanti aku akan meminta pengawal untuk mengambil gambar yang banyak. Dan akan aku tunjukkan semuanya padamu!"

"Aaahh? Itu ide yang sangat brilian. Hati-hati, Jagoan?"

"Daaah Siya?"

"Daaah, Jagoan?"

Panggilan telah diakhiri. Siya masih memegang ponsel itu, tapi layarnya sudah kembali mengunci otomatis.

'Ck' Siya berdecah. Ia lantas menaruh ponsel Mahend kembali ke atas meja rias. Dan Siya membalikkan badan.

"Aaahh?"

'Buggh'

Siya menabrak Mahend. Wajahnya menyentuh tepat pada dada bidangnya. Tinggi Siya memang terpaut jauh dari Mahend.

Siya memegangi keningnya. Tidak sakit, tapi itu reaksi refleks.

"Kau mencoba membuka ponselku?"

"Aaahh?" Siya sudah panik dan takut, jangan sampai ia menerima hukuman sepagi ini.

Siya menggeleng cepat. Namun pandangannya tertuju pada beberapa tanda kepemilikan berwarna merah keunguan di sekitar leher dan dada bidang Mahend.

Tatapan Siya sudah berubah nanar. Hatinya sakit dan perih.

"Mas?" lirih Siya sambil menyentuh tanda-tanda itu dengan pelan.

Mahend hanya tersenyum menghina.

"Kau bermain wanita, mas?" suara Siya bergetar saat mengatakannya.

Mahend memalingkan muka acuh. Ia seakan tak peduli dengan sakit hati yang Siya rasa.

Air mata Siya sudah lolos begitu saja.

'Cih.'

Siya berhambur keluar dari kamar Mahend. Menabrak Lim yang berdiri di depan pintu kamar Mahend. Dan Siya terus berlari tak menghiraukannya.

Siya masuk ke kamarnya sendiri. Meski ia sudah mengetahui tabiat Mahend. Namun nyatanya batin Siya masih begitu lara mengetahui Mahend yang mengkhianatinya.

'Kenapa kamu masih melakukannya dengan wanita lain, mas? Padahal aku masih ada disini? Hiks hiks hiks'

Siya tengkurap di atas ranjang. Tangannya meremas seprei merasakan hati yang begitu perih teriris.

"Aku harus bisa pergi darimu, Mahendra Addison Wijaya. Aku harus bisa kabur. Harus. Hiks hiks hiks."

Mahend sudah rapi, ia baru akan sarapan sekarang, hanya dirinya seorang yang duduk di meja makan. Lim berdiri di belakangnya, Lastri bergerak ingin melayani.

"Panggil istriku, aku hanya mau dia yang melayaniku."

Mendengar Mahend memberikan perintah, Lastri lekas mendongak menatap Lim, dan kepala Lim bergerak memberikan kode agar Lastri segera memanggil Siya.

"B-ba baik, Tuan?"

Lastri pun lekas naik ke lantai atas. Mengetuk pintu kamar Siya, memanggil namanya, hingga Siya membuka pintu kamar dan keluar.

"Maaf Nyonya, Tuan Mahend mau sarapan, dan Tuan hanya mau Nyonya yang melayani." ucap Lastri sambil menunduk.

Wajah Siya sangat sembab, matanya bengkak. Sakit hati ini terasa lebih perih dari pada sekujur tubuh yang telah disiksa.

"Baik, Bi." Siya pun menutup pintu lalu segera melangkah.

Tatapan matanya hampa. Ia tak berekspresi, bibirnya terkatup rapat, ia sudah lelah.

Siya mengambil nasi, sayur dan lauk pauk ke atas piring Mahend. Tak ada obrolan. Semuanya terdiam. Siya menuangkan air putih di gelas Mahend. Setelah selesai. Ia hendak melangkah pergi. Untuk apa juga berlama-lama disana.

"Duduk." satu kata yang Mahend ucapkan tegas sempurna menghentikan langkah kaki Siya. Dan tanpa menunggu perintah kedua, Siya pun langsung membalikkan badan dan duduk di kursi dekat Mahendra.

Mahend melirik Siya sesaat, Siya hanya diam tak bergeming. Dan Mahend mulai makan.

Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar, tak ada satupun yang bicara. Mahend terlihat lahap menyantap makanannya.

'*Cih, pasti kau sudah menghabiskan seluruh tenagamu untuk bermain dengan wanita ja.la.ng itu*.'

Lim diam-diam memperhatikan Siya dengan begitu intens. Dia sebenarnya sangat kasihan dengan nasib Siya yang kini berada di tangan Mahend.

'*Mungkin kematian akan lebih baik bagimu, siya*.'

"Lim?" Mahend memanggil.

"Aaahh? I-i iya Tuan?" Lim kaget dan gelagapan.

"Apa jadwalku hari ini?"

"Ah, jam 9 anda ada pertemuan dengan para dewan, siangnya makan siang dengan menteri perhubungan, beliau bersama istrinya, Tuan. Pukul 3 sore anda harus meninjau langsung ke lapangan proyek\_?" Lim tak meneruskan ucapannya. Tangan Mahend sudah terangkat, itu artinya Lim sudah harus berhenti bicara.

"Tunda peninjauan. Aku hanya akan bertemu para dewan dan makan siang dengan menteri perhubungan."

"Baik, Tuan."

"Kau bersiaplah. Kau harus menemaniku makan siang." ucap Mahend pada Siya.

Siya mendongak. Menatap Mahend yang memainkan ponselnya dan sama sekali tak meliriknya.

"Tapi jangan bertingkah, jika kau melakukan kesalahan. Jangan salahkan aku jika aku akan bermain dengan Silvi. Dan mungkin ayah." Mahend menoleh pada Siya memberi tatapan ancaman pada istri kecilnya itu.

Siya menelan saliva kasar. Jantungnya berdebar.

"Aku merindukan ayah. Aku ingin mendengar suaranya." Siya memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya pada Mahend.

Sejenak Mahend diam dan berpikir. Lalu ia memainkan kembali jarinya pada ponsel. Dan memberikannya pada Siya.

Siya menoleh lalu menerima ponsel Mahend yang diberikan kepadanya.

*Memanggil*,,,

**Ayah Siya**.

"*Halo, nak Mahend*?" suara pria tua dari seberang telepon sana saat menerima panggilan dari kontak Mahendra.

Mahend telah menekan loudspeaker agar ia juga dapat mendengar pembicaraan mereka.

"Ayah? Ini Siya?" Mata Siya sudah basah dan airnya lolos begitu saja.

"Ayah?" lirih Siya dalam tangis.

Mahend menajamkan tatapannya memperingati Siya. Dan Siya buru-buru mengusap air matanya mencoba lebih tenang.

"*Siya? Kamu menangis, Nak*?"

"Tidak ayah? Tidak? Siya? Siya menangis karena Siya bahagia!"

"*Syukurlah, ayah senang mendengar kamu bahagia. Kamu sehat kan Siya*?"

"Sehat Yah? Ayah dan Silvi bagaimana?"

"*Kami juga sehat Siya? Dimana nak Mahend*?"

Mendengar pertanyaan ayah, Mahend menggeleng cepat. Ia tak ingin berbicara dengan mertuanya itu.

"Mas Mahend\_\_?" Siya berpikir mencari alasan.

"Mas Mahend masih di kamar mandi yah."

"*Oh, Yasudah. Tolong sampaikan rasa terimakasih ayah sama nak Mahend ya, Siya*?"

"Terimakasih?"

"*Iya, katakan juga kalau uang yang dia berikan itu terlalu banyak. Mau ayah pakai apa uang sebanyak itu. Yang ada malah adikmu Silvi sekarang yang suka belanja dan jajan. Katakan padanya bulan depan tidak usah kirim lagi. Uang nya masih banyak di rekening ayah*?" suara ayah Siya terdengar sangat antusias saat menceritakannya.

Siya menatap Mahend nanar, ia tak pernah tahu jika Mahend mengirimkan uang pada ayahnya, dan bahkan dalam jumlah yang banyak.

Mahend terlihat acuh, ia menatap lurus ke depan tak menghiraukan Siya yang terus menatapnya.

Tangan Mahend bergerak meminta ponselnya yang dipakai Siya.

"Em, ayah? Siya harus pergi dulu. Kapan-kapan Siya telepon lagi, maaf ya yah? Siya gak bisa kabarin setiap hari. Siya jadi sibuk sekarang? Siya sayang ayah? Siya merindukan ayah?" Siya menahan tangisnya sekuat tenaga agar tak pecah dan didengar sang ayah.

Ayah Siya pun membalas ucapan Siya, mengatakan rindu, sayang dan doa-doa terbaik dari orang tua kepada anaknya. Hingga panggilan telepon itu diakhiri. Dan Siya mengembalikan ponsel Mahend.

"Mas?" Siya sebenarnya ingin bicara dengan Mahend. Namun Mahend terus melangkah tidak mempedulikan Siya yang memanggilnya.

"Persiapkan diri anda, Nona. Saya akan menjemput anda pukul 12 siang nanti." ucap Lim pada Siya mengingatkan kembali Siya yang harus menemani Mahend makan siang dengan Menteri Perhubungan.

Setelah itu Lim membungkuk dan berlalu mengejar langkah Mahend yang sudah lebih dulu berjalan keluar.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

1
Rimayanti Ismaya
meteor garden
Rasmiati Nur
seru..aku suka ceritax
Rasmiati Nur
seru aku suka ceritax
Erni Zalukhu
bisa jd Al bukan anak kandung mahen,kan Anita wanita jalang
Ririn Nursisminingsih
mama sabrinalah yg ikut andil.mnghancurkan semuanya
Ririn Nursisminingsih
iyaa thor mkin penasaran
Ririn Nursisminingsih
jg2 al anaknya anita sama ayahnya
Ririn Nursisminingsih
ayoo tom bantu sya
Ririn Nursisminingsih
ayoo sya temukan buktinya kmu tak bersalah
Ririn Nursisminingsih
kabur aja sya jg bodoh
Ririn Nursisminingsih
ayoo sya jg lemah kmu
Rastika Ima
waduuuh,pasti Anita
Diankeren
👍🏻👏🏻👏🏻
Diankeren
lano sirik aja deh, tggl peluk tuh yg dsmping lu klo pngen
tng ca w bla'in
Diankeren
klo dsitu ada Rangga bisa d lmpar pulpen lu lano 😝 aduuh knpe w trbyg² trus ama ayang Nico wktu muda ye 🙈 uh gmez
anjirr... anjirr... w bnci otak w sndri 🤦🏻‍♀️
🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻💨
Diankeren
bubur woii... eh slah bubar bkn buyar malih.... 🤣
Diankeren
maen kcok²an Mak
Diankeren
Dufan ni psti 🤣 psti
Diankeren
sedot al... 🤣🙈
Diankeren
tuh kan w kata juga apa... sok²an ngtain Bpk lu gnaz 🤦🏻‍♀️ 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!