My First Love

Pagi ini, Jonathan kembali mengantar Naura an Hani ke kampus. Kali ini, Hani tidak keberatan lagi. Suapan semalam ampuh menghilangkan rasa kesalnya pada sang kakak.

‘’Belajar yang rajin dan jangan ada pacar-pacaran dulu.’’ Jonathan mengingatkan sebelum dua gadisnya itu masuk ke gerbang kampus.’’

‘’Iya kak, bawel banget sih.’’ Hani menjawab dan langsung mencium pipi kanan kak Jo, hal itu juga dilakukan oleh Naura.

Setelahnya Jonathan langsung melajukan mobilnya menuju kantor, sedangkan Naura dan Hani masih melihat mobil Jonathan sampai mobil itu hilang dari pandangan keduanya.

‘’Nau, Han, ngapain berdiri disitu?’’ Amel menegur. Wanita itu menghampiri, bersama Rezky yang juga ikut berjalan di sampingnya.

‘’Udah pada sarapan belum? Ke kantin yuk.’’ Amel mengajak. sudah berdiri di depan Naura dan Hani dengan memasang wajah imutnya. Hal itu biasa dilakukan Amel untuk membujuk teman-temannya.

‘’Nggak bisa Mel, setengah jam lagi kuliahnya dimulai. Kalau terlambat bisa gawat. Emang mau dikeluarin lagi? Aku sih nggak.’’ Hani menjawab dan langsung meninggalkan Amel yang sudah memasang wajah manyunnya.

‘’Lagian kamu kebiasaan deh, kenapa nggak sarapan dari rumah coba?’’ omel Rezky mendorong bagian samping kanan kepala Amel.

‘’Aku bangun kesiangan tau nggak, jadi buru-buru sampe lupa sarapan?’’

‘’Kamu buru-buru karena takut terlambat kan? Lah terus sekarang apa bedanya kalau kamu ke kantin? Ujung-ujungnya juga tetap terlambat bloon.’’

‘’Ya emang, tapi kan setidaknya aku udah di kampus.’’

‘’Lah apa gunanya kalau tetap tidak bisa ikut mata kuliah pertama?’’

‘’Ih bawel deh.’’ Lalu Amel meninggalkan Rezky. Tujuannya bukan ke kelas, tapi kantin. Biarkan saja bolos di jam kuliah pertama, asal perutnya selamat.

Sementara Jonathan baru saja sampai di kantor. Pria itu berjalan dengan terburu-buru tanpa peduli dengan beberapa karyawan yang menyapanya.

‘’Nit, atur meeting jam sebelas nanti,’’ ucapnya tanpa berhenti ataupun melirik Nita yang kini menyambutnya dengan setengah membungkuk. Lalu Jonathan masuk ke ruangannya dan langsung duduk di kursi kebesarannya, mulai melakukan pekerjaannya.

Hampir jam sebelas, Jonathan mendapat chat dari Naura. Gadis kecilnya itu meminta izin untuk pergi ke mall karena Dosen untuk mata kuliah selanjutnya berhalangan hadir.

‘’Sama siapa?’’ tanya Jonathan begitu Naura mengangkat panggilan teleponnya.

‘’Raisa, Amel dan lainnya.’’

‘’Lainnya itu siapa?’’

‘’Kevin, Dika dan Rezky kak.’’

‘’Nggak, kakak nggak izinin kalian pergi. Mending kalian gunakan waktu kosong itu untuk menambah ilmu. Keperpustakaan misalnya.’’

‘’Yah kak, tapi kan bosan kalau ke perpustakaan terus, boleh ya?’’

‘’Nggak Nau nggak ada penawaran.’’ Lalu dengan seenaknya Jonathan mengakhiri sambungan telepon. Naura langsung berdecak kesal.

‘’Nggak diizinin kan?’’ tebak Hani. Yaiyalah, mana mau kakaknya mengizinkan Naura pergi dengan lawan jenis? Dan sialnya, dia juga kena dampaknya.

‘’Katanya lebih baik menggunakan waktu itu untuk belajar.’’

‘’Ini kan jam kosong Nau, kenapa harus belajar lagi? Buang-buang waktu aja deh tuh kak Jo.’’ Amel sontak meringis saat seseorang mengetuk kecil kepala sebelah kanannya.

‘’Pemikiran yang luar biasa,’’ sindir Rezky yang langsung mendapat tatapan tajam dari Amel. Bukan karena ucapan pria itu, tapi karena tindakannya tadi, yang seenaknya menggetok kepala Amel.

‘’Mulai lagi deh. Lama-lama jodoh nih kalian. Apa-apa berantem, hal kecil pun bikin kalian berantem.’’ Hani hanya bisa menggeleng kepala dengan tingkah dua temannya itu. Sedangkan yang lain langsung tertawa mendengar ucapan Hani tadi.

‘’Amel dan Rezky berjodoh? Sepertinya itu akan menjadi hal paling lucu dan menyenangkan di dunia,’’ timpal Dika yang kembali membuat mereka tertawa. Sedangkan yang menjadi bahan gosip hanya bisa menekuk wajahnya dengan perasaan tidak terima.

‘’Ck kalian tuh kalau ngomong hati-hati, ini menyangkut hidup dan masa depanku. Bagaimana bisa kalian yang adalah teman dekatku malah mendoakan kehancuran masa depanku.’’

‘’Hei jangan kegeeran, emangnya aku mau punya pacar aneh sepertimu.’’ Rezky langsung memprotes ucapan Amel yang sangat tidak menyenangkan untuknya tadi.

‘’Ck baguslah kalau begitu.’’

Keduanya terus asyik berdebat tanpa sadar Naura, Hani, Kevin dan Dika sudah berlalu pergi meninggalkan mereka.

‘’Kemana mereka?’’ Keduanya kompak berucap dan mencari keberadaan teman-teman yang ternyata sudah melangkah menuju kantin.

‘’Ini semua karenamu.’’ Amel menginjak kaki Rezky dan dengan santainya berlari menyusul teman-temannya. Sedangkan Rezky masih meringis kesakitan.

‘’Kenapa malah ke kantin? Katanya disuruh ke perpus?’’ Amel mengambil duduk di samping Keisya.

‘’Memangnya kau mau menghabiskan jam kosong di perpus?’’ tanya Hani yang langsung mendapat gelengan kepala dari Amel.

‘’Yasudah kalau begitu jangan banyak tanya dan hari ini kau yang traktir ya.’’ Hani mengakhiri ucapannya dengan tawa kecil yang diikuti decak kesal dari Amel.

Hari hampir sore, Hani berteriak kesenangan karena kak Jo yang beberapa menit lalu menghubungi. Pria itu berhalangan untuk menjemputnya dan Naura.

‘’Han aku bisa ke kantornya kak Jo nggak?’’

‘’Untuk?’’

‘’Untuk apa lagi, aku cuma pengen lebih banyak waktu sama kak Jo.’’

‘’Astaga Nau, kamu tau nggak kenapa kak Jo nggak bisa jemput kita?’’

‘’Ya pasti kak Jo lagi banyak kerjaan Han, makanya aku mau kesana sekalian bawain cemilan.’’

‘’Ck kamu itu polos atau bodoh sih? Apa kau lupa kalau kakakku punya kekasih, dan pastinya dia tidak bisa menjemput kita karena mau menghabiskan waktunya bersama wanita yang kurang cantik itu.’’

‘’Tapi kan tadi katanya sibuk Han.’’

‘’Sibuknya pria itu tidak melulu tentang pekerjaan Nau. Jangan kesana ya, takutnya ada tuh cewek dan kamu malah sedih lagi.’’

Naura hanya mengangguk lesu. Benar juga ucapan Hani, sebisa mungkin dirinya harus menghindar saat Jonathan sedang bersama kekasihnya.

‘’Yasudah bagaimana kalau kita ke mall saja?’’

‘’Tapi kan tadi siang nggak dibolehin sama kak Jo.’’

‘’Itu kan karena kita perginya bareng Kevin, Dika dan Rezky. Nah sekarang kita pergi berdua aja, aku yakin kak Jo pasti nggak bakalan marah.’’

‘’Kamu yakin?’’

‘’Ya iya dong, yakin banget malah. Mau nggak?’’

Dan disinilah mereka sekarang, di salah satu mall terbesar yang ada di Jakarta. Tanpa lelah, keduanya terus keluar masuk toko. Membeli apapun yang menarik perhatian, walau tak tau akan digunakan untuk apa nantinya.

Sudah dua jam, tangan keduanya hampir penuh dengan banyaknya kantong belanja. Mereka sampai kewalahan.

‘’Nau, cari makan dulu ya, aku laper banget nih.'' Naura mengangguk setuju. Sejujurnya, dia bahkan sudah lapar sejak satu jam yang lalu. Tapi, rasa lapar matanya saat melihat banyaknya barang bagus lebih unggul dibandingkan rasa lapar yang menyerang perut ratanya.

‘’Ramen mau nggak?’’ Keduanya mempertimbangkan makanan apa yang akan mereka makan, sambil terus berjalan melihat beberapa tempat makan yang ada di mall.

‘’Itu bukannya?’’ tunjuk Naura pada satu sosok yang sangat dikenalnya.