Etnauri Renata wanita luar biasa yang menghabiskan separuh umurnya untuk mengejar cinta Thunder Routhbone, pria dingin yang bahkan tidak pernah menoleh ke arahnya. Akankah Etna berhasil meluluhkan hati Thunder?
DISCLAIMER
Cerita ini merupakan karya fiksi dan murni karangan penulis. Apabila terdapat kesamaan latar, penokohan, dan unsur lain dalam cerita bukan merupakan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsje Artemis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Naomi menghela nafas. Putrinya sudah tertidur lima belas menit yang lalu setelah suntikan terakhir malam itu. Mungkin saja obatnya memiliki efek samping kantuk sehingga putrinya terlelap.
Naomi pahan kenapa putrinya menanggis. Sikap menantunya yang tidak sedikit pun menghiraukannya membuat putrinya sakit hati.
Sebagai seorang ibu Naomi hanya ingin putrinya bahagia dan memiliki kehidupan yang baik. Dirinya terlalu memaksakan putrinya terlibat dalam perjodohan.
Sepanjang malam Naomi terjaga. Dia memilih menonton televisi dan membuka media sosialnya. Postingan terakhir Thunder membuatnya mengelus dada, untung saja kisah cintanya dengan Genaro waktu muda dulu tidak serumit kisah putrinya.
"Sayang bangun udah pagi" ujar Naomi membangunkan putrinya tepat jam lima pagi.
Perawat yang bertugas membantu Naomi melepaskan urine bag sambil melakukan edukasi pemasangan dan pelepasan urine bag. Kemarin putrinya di pasang kateter karena bengkak dan memar di kakinya tidak memungkinkan putrinya untuk berjalan.
Naomi membasuh muka putrinya dan mengelap badan putrinya dan membantunya berganti pakaian. Posisi kaki putrinya diatur lebih tinggi dari bagian tubuh yang lain agar tidak menyentuh pergelangan kakinya.
Hari itu Etna melakukan beberapa prosedur di temani kedua orang tuanya. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada bagian dari tulangnya yang patah ataupun retak, saraf-sarafnya pun tidak ada yang robek. Namun bengkak di kakinya yang belum turun, membuat dokter memutuskan untuk tetap dirawat hingga besok sambil memantau perkembangan cedera tersebut.
"Kata mami Thunder belum ke sini?" tanya papanya sambil memotong buah pir kesukaan putrinya.
"Belum pah" ujar Etna memakan pir yang telah di potong.
Genaro telah mendengar kronologi dan pembicaraan putrinya dengan dokter Hexa dari istrinya .
"Ga papa kamu lebih beruntung dibanding istri dokter Hexa. Dia sendirian gak ada yang jagain, sementara kamu masih punya papi sama mami yang jagain kamu"
Etna teringat Ilaria telah menjadi yatim piatu semenjak ibunya meninggal pasca operasi kista.
Genaro menatap putrinya. Dia tidak punya apapun untuk dikatakan lagi kepada putrinya, mengingat perjuangan putrinya seperti tidak dihargai calon menantunya.
Etna fokus menbalas pesan di group keluarga dan omelan saudari-saudari karena dirinya menolak untuk melakukan video call. Dirinya beralasan mantan pacar Thunder ada di ruangan sebelah, sehingga mereka tidak bisa bebas bergosip.
"Siang nanti mami gantiin papi. Pagi ini mami nyuci, sorenya papi yang ngangkatin jemuran" ujar Genaro.
"Ok pi, maaf ya udah ngerepotin papi sama mami" Etna memeluk Genaro.
"Heh, ngomong apa inikan bukan salah kamu" ujar mamanya yang baru saja masuk, pintu kamarnya sengaja dibiarkan sedikit terbuka karena benerapa teman kerja Etna datang menjenguk.
Papinya bergantian jaga dengan maminya. Mamanya kesal karena calon mantunya belum juga muncul. Mamanya sengaja mondar mandir di kamarnya.
Etna memilih menyalakan televisinya, padahal dirinya sedang mendengarkan lagu melalui headshet hanya untuk membuat kamarnya tidak tampak sepi dan mengalihkan rasa tidak nyaman kateter dan kakinya yang masih bengkak.
Bunyi peringatan low bat membuat Etna yang tidur tersadar. Etna mencari keberadaan ibunya yang ternyata sedang merapikan pakaian di kabinetnya. Jam dinding menunjukan pukul empat sore.
Etna menonton chanel televisi sambil menunggu batetai ponselnya penuh. Dia menonton film horror di chanel khusus film horror. Siang sampai sore film horror dalam negeri sementara malam dan pagi hari film horror luar negeri.
"Tunggu sebentar"ujar mamanya sambil berjalan keluar kamar.
...----------------...