Season 1.
Gama Maziantara Gundala.
hidupnya hancur setelah pulang dari kota jogja dengan membawa nama Armala Anggun dihatinya. ia menjadi seorang pemabuk yang suka memeluk sembarang wanita yang ditemuinya. tak jarang hal itu membuatnya berkasus. tingkahnya juga menjadi sangat kasar.
merelakan perasaannya ternyata tidak semudah bayangannya. penolakan pertama yang ia rasakan membuat hatinya tak bisa lagi sembuh seperti semula. dalam kesakitannya, ia tetap berusaha mencari seorang penyembuh untuk hatinya. sampai ia bertemu dengan Ayyara Manda, seorang wanita yang sudah bersuami.
apa memang Gama ditakdirkan untuk berurusan dengan wanita bersuami? apa itu berarti dia akan sakit untuk yang kedua kalinya?
NB.
Mak e sarankan untuk membaca 'Menguji Takdir Pernikahan' terlebih dulu, karna masa lalu Gama ada disana, biar lebih nyambung.
Follow:
ig ➡️ makee949
fb ➡️ Si (Mak Ee)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Ee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Membuatku Muak.!
Gama mulai menyeruput bakso di hadapannya. Begitu juga dengan Arfan. Sebenarnya Arfan tau kalau sejak tadi tuannya itu sedang memperhatikan Ayyara, tapi ia pura-pura tidak melihatnya. Sepertinya sikap Ayyara sudah menarik perhatian Gama.
Dari pintu masuk, Maya berjalan dengan anggunnya. Matanya menangkap sosok Gama yang tengah menikmati makan bakso. Gadis itu tersenyum senang lalu membelokkan langkahnya untuk menghampiri Gama.
"nona Maya.." sapa Arfan. Ia langsung berdiri dan menganggukan kepala. Gama yang mendengar itu langsung menoleh dan mendapati Maya yang sedang berdiri di belakangnya.
"boleh aku bergabung?" tanya Maya melemparkan senyuman.
"silahkan nona..." jawab Arfan. Ia kemudian beralih ke meja lain untuk memberikan mereka ruang. Sedangkan Gama hanya terdiam dan terus menyuapkan bulatan-bulatan bakso ke mulutnya.
"ada apa datang kemari?" tanya Gama dingin.
"karna ingin menemuimu. Aku baru saja selesai berbelanja bersama mama." jawab Maya, ia seolah-olah sudah sangat akrab dengan Mama Gama.
"apa kalian cocok?"
"tentu saja. Mama bilang hanya aku satu-satunya wanita yang sangat cocok menjadi menantunya."
"kau pasti merasa sangat senang."
"tentu saja." jawab Maya melebarkan senyumnya.
"apa Mamaku tau tentang rencanamu?"
"apa kau gila? Kalau dia tau dia tidak akan mungkin mau menemuiku. Apa kau berencana memberitahunya?" selidik Maya.
Gama hanya terdiam sambil menyuapkan bakso terakhir ke mulutnya. Dalam hati dia mengumpati gadis yang sedang duduk di hadapannya itu. Ia merasa tidak terima Maya mempermainkan keluarganya. Ia memutar otak untuk mencari jalan keluar dari permasalahan itu. Cara apa yang tepat sehingga tidak ada yang tersakiti.?
"jangan permainkan keluargaku seperti itu. Kau membuatku muak. Padahal aku hampir menerima permainanmu." kata Gama menyeruput minuman jeruk hangat yang ada dihadapannya.
"benarkah? Gama,,, Gama,,, jangan munafik seperti itu. Lihatlah aku dengan teliti. Bukankah aku tidak terlalu buruk? Banyak yang lebih buruk di luaran sana. Setidaknya aku jujur dan tidak menutupi niatku yang sebenarnya. Apa salah kalau aku meminta sedikit kehormatanmu untukku?"
"aku harus pergi sekarang. Banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan." kata Gama langsung bangkit berdiri dari duduknya. Ia membanting serbet yang baru saja ia gunakan untuk membersihkan mulutnya. Kalau dia lebih lama berada disana, dia tidak tau apa yang akan dia lakukan kepada Maya nanti. Dia tidak mau melakukan kekerasan apalagi kepada wanita. Tapi Maya terus saja memprovokasinya. Dia takut tidak bisa menahan diri.
"sial.!!!" maki Gama saat sudah berada di dalam ruangannya. Ia benar-benar sangat marah.
Gama menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Ia tidak sadar kalau hari sudah malam. Arfan yang menunggu di ruangannya yang ada di sebelah ruangan Gama tak berani mengutik bos nya itu. Ia sempat melihat Gama yang membanting beberapa barang di ruangannya tadi. Gama pasti sangat marah.
Arfan terus memperhatikan waktu di pergelangan tangannya. Sudah malam dan sudah waktunya Gama untuk pulang. Kalau di biarkan akan tidak baik untuk bos nya itu. Kalau Gama sudah gila bekerja begini, bisa ditebak kalau pria itu akan menyebabkan masalah nanti. Jadi mau tidak mau, Arfan terpaksa memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Gama. Pria itu bahkan tidak mendengar saat Arfan masuk.
"tuan. Sudah waktunya anda pulang." kata Arfan. Tapi Gama tak bergeming.
"tuan.!" kali ini Arfan sedikit menaikkan nada suaranya. Baru Gama menoleh.
"ada apa?" tanya Gama dengan tatapan tajam. Arfan bisa merasakan aura yang mengerikan disekitar Gama.
"sudah waktunya anda pulang tuan." tegas Arfan sekali lagi.
Gama melirik jam di tangannya. Belum terlalu malam. Baru jam 8. Ia kembali melihat kearah Arfan. Sekretarisnya itu menatap Gama dengan tatapan memohon. Dengan menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya, akhirnya Gam Menuruti perkataan Arfan. Lagipula dia sudah lumayan lelah setelah lama berkutat dengan pekerjaannya.
apa yg brewokan itu gama 🤔
acara juga gtu doang gk ada adegan si mama gama belain raya gtu didepan rini 🤔