Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modusnya Dio
Kita ke Almira sama Dio dulu ya guys... pendinginan dulu, emosi jiwa sama Rega ditunda sebentar. Biar kalian ndak darting mulu 🫣🫣🫣🫢
Selamat membaca 💗💗💗
Almira masih terbengong.
“Ra? Mana kuncinya! Kamu bilang tidak mau membuat Rhea menunggu,” hingga ucapan Rega untuk kali ini membuatnya yakin kalau dia tidak salah dengar.
Almira mengerutkan dahinya. “Pak Rega kan bawa mobil sendiri, ngapain minta kunci mobil kesaya?”
“Ck...kamu pulang diantar Aldo pakai mobil saya, mobil Rhea biar saya yang bawa untuk jemput dia. Mana kuncinya!” pinta Rega.
“Almira biar aku yang antar,” tak lebih mengejutkan lagi karena Dio ikut-ikutan bersuara.
Almira semakin melongo dibuat para pria tersebut, sungguh kenapa dia dan Rhea harus ada diantara mereka semua. Rega tak kalah terkejut mendengar ucapan Dio.
Sementara Leo menahan tawanya saat melihat tingkah konyol dua sahabatnya tersebut, satu bucin tapi masih saja hati dan pikirannya menyangkal dan dia tebak Rega akan melakukan hal lebih konyol lagi nantinya. Sedangkan yang satunya modus sekali ala-ala buaya rawa, sungguh kasihan Aldo yang bagai angin tak terlihat kehadirannya.
“Pfff...hati-hati, Ra. Mau modusin kamu itu,” ucap Leo tanpa basa-basi. “Kasihan banget kamu tidak dianggap, Do. Lebih baik antar aku pulang saja,” lanjut Leo.
Aldo terkekeh. “Saya bersyukur kalau harus mengantar pak Leo. Lebih ngeri kalau harus antar mbak Almira balik pak. Bisa jadi tumbal gara-gara tidak bisa ngeracun pak Rega,” sungguh Aldo cari ma tii, karena dua orang yang dia sebut sudah menatap tajam kearahnya.
“Sudah jam tujuh lebih lho pak. Saya hanya mengingatkan,” imbuh Aldo saat merasakan aura emosi jiwa Rega.
Leo dan Dio tak bisa untuk tidak tertawa mendengar ucapan Aldo yang sungguh berani pada Rega. Mereka kemudian merapikan pekerjaan masing-masing, Almira juga sudah kembali kemejanya.
“Jangan sampai pak Rega buat sahabat saya lecet. Satu tetes air mata Rhea keluar. Pak Rega berhadapan dengan saya," Almira memberikan kunci mobil pada Rega.
“Kamu kira saya sejahat itu?” Rega menyambar kunci mobil dari tangan Almira.
“Iya,” bukan hanya Almira tapi Dio, Aldo dan Leo ikut menjawab.
Rega menatap tiga orang yang ikut menyahut, dia hanya diam dan langsung berlalu meninggalkan Almira dan ketiganya.
“Marah dia?” tanya Dio.
“Bukan marah, tapi sedang berpikir.” Leo menepuk pundak Dio. “Ayo! Kasihan Almira ini sudah malam,” imbuhnya.
Mereka berempat kemudian menuju lift, Rega bahkan tidak menunggu mereka. Entahlah dia tergesa karena tidak mau Rhea menunggu, atau karena ada alasan lain.
“Hati-hati bawa anak gadis orang, Dio. Jangan macam-macam!” ingat Leo pada sahabatnya. “Kamu bisa dihabisi Kia kalau terjadi sesuatu pada Almira,” lanjutnya mengingatkan.
“Ck...aku hanya mau mengantarnya pulang bukan menculiknya,” jawab Dio.
Mereka kemudian masuk kedalam mobil masing-masing, Aldo mengantarkan Leo pulang keapartemen. Sementara Dio mengantarkan Almira untuk pulang.
“Duduk depan, Ra. Aku bukan supirmu,” pinta Dio saat melihat Almira membuka pintu belakang.
“Tidak ada yang bilang pak Dio supirku,” gumam Almira yang masih kesal pada Rega, namun akhirnya dia duduk disamping kemudi.
Dio melanjukan mobilnya setelah dia dan Almira memasang sabuk pengaman. Almira heran pada Dio karena atasannya tersebut sama sekali tidak bertanya pada dimana dia tinggal, tidak mungkinkan kalau Dio tahu dimana Almira tinggal. Tapi melihat kemana arah mobil yang dikemudikan Dio melaju, Almira jadi makin heran dan membuat jiwa keponya memberontak.
“Pak Dio tidak tanya saya tinggal dimana?”
“Aku sudah tahu, Ra. Apartemen B, kan?”
“Iya pak. Tapi dari mana pak Dio tahu, jangan bilang pak Dio menguntit saya?”
Pletak
Dio menjitak kening Almira dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya fokus pada setir.
“Menurutmu aku punya waktu untuk melakukan hal sereceh itu, Ra? Aku melihat CVmu, kamu mencantumkan tempat tinggalmu lengkap disana.”
“Hehe. Maaf lupa pak,” Almira mengusap keningnya.
Almira kira perjalanannya akan membosankan atau hening, ternyata dia salah karena Dio cukup bisa membuat Almira nyaman. Keduanya mengobrol ringan tentang perusahaan dan bagaimana Almira bisa mengenal Aruna calon kakak ipar Leo.
Hingga tidak berapa lama keduanya sudah sampai diarea apartemen, Almira membuka kaca mobil dan menunjukkan kartu pengenalnya. Setelah itu Dio mengantarnya sampai lobi apartemen.
“Terimakasih pak Dio,” ucapnya setelah turun dari mobil.
“Sama-sama, Ra. Kamu masuk saja kelobi,” ucap Dio.
Almira mengangguk, Dio kemudian mulai melajukan mobilnya untuk keluar dari area apartemen Almira.
Drrt
Drrt
Dio mengambil ponselnya. “Lah bukan ponselku ternyata,” Dio kemudian melihat kearah kursi samping, ternyata ponsel Almira yang berbunyi menampilkan kontak bernama anak cantik dengan foto profil Rhea.
“Pfff...panggilan mereka lucu juga,” Dio kemudian memutar tidak jadi keluar dari apartemen Almira, dia kembali menuju lobi berniat memberikan ponsel sekertaris Leo yang tertinggal.
Dio memarkirkan mobilnya diarea parkir tamu yang ada di lobi, dia turun dengan membawa ponsel Almira.
“Almira?” Dio terkejut saat melihat Almira tidak hanya adu mulut dengan seorang pria, namun keduanya saling tarik menarik tas yang Almira pegang.
Bug
“Beraninya kamu sama perempuan,” Dio me mu kul pria tersebut.
“Pak Dio?” Almira terkejut, setahu dia tadi Dio sudah pergi. “Kamu tidak kenapa-napa kan, Ra?” khawatir Dio yang digelengi Almira.
“Siapa kamu? Jangan ikut campur urusanku dengan anak be de bahh ini,” ucap pria tersebut. “Kamu! Berikan uangnya sekarang,” tunjuk pria tersebut pada Almira.
“Mulai hari ini tidak ada uang untukmu atau yang lain,” ucap Almira tegas.
“Dasar anak dur haa ka. Kamu pikir kamu bisa seperti ini karena siapa, haah?” pekik pria tersebut yang melayangkan tangannya untuk me mu kul Almira.
Bug
“Pak Dio,” pekik Almira saat Dio yang menjadi tameng dirinya.
Bug
Dio membalas pu ku lan. “Jangan berani mengusik Almira lagi. Atau anda akan berhadapan dengan saya,” ancam Dio.
“Siapa kamu haha? Sudah aku bilang jangan ikut campur,”
“Saya calon suaminya Almira,” ucap Dio tegas.
Almira membelalak mendengar ucapan Dio, bisa-biasanya atasannya tersebut mengatakan hal demikian.
Pria bernama Anton tersebut tertawa. “Aku tidak akan pergi sebelum dia memberikan uang,”
Dio mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Almira menahan Dio, dia menggeleng. “Jangan pak!” pintanya.
Dio menepuk punggung tangan Almira. “Tidak apa-apa,”
Dio kemudian melemparkan uang tersebut kearah Anton. “Pergi dari sini sebelum saya panggil keamanan,”
Anton tersenyum dengan seringainya, dia mengambil uang yang berserakan di tanah. “Haha. Sepertinya calon suamimu orang kaya, Ra. Aku akan datang lagi nanti,” pria tersebut pergi meninggalkan Almira dan Dio.
“Pak Dio memar,” ucap Almira saat melihat pipi Dio memar karena menjadi tameng untuknya.
"Kamu harus obati berarti ini,” ucap Dio memegang pipinya yang sedikit ngilu.
Pfff...si buaya darat nampaknya mulai melancarkan modusnya.
“Kita keapotik dulu pak,” ucap Almira. “Pak Dio parkir dimana?” tanyanya kemudian.
“Di sana!” tunjuk Dio.
“Biar saya yang nyetir,” Almira mengambil kunci mobil dari tangan Dio.
Dio tidak menolak karena pipinya ngilu dan kepalanya sedikit berdenyut, entah mungkin karena belum makan malam juga.
Almira melajukan mobil menuju apotik, setelah menemukan apotik terdekat dia menepikan mobil dan berhenti disana. Dia turun sebentar untuk membeli obat dan juga air mineral.
“Minum dulu pak,” Almira memberikan air mineral pada Dio.
“Thanks,” jawab Dio meneguk seperempat air mineral.
Almira kemudian membuka gel untuk meredakan memar di pipi Dio. “Maaf pak,” Almira mengoleskan gel pada pipi Dio yang memar. “Bagaimana pak Dio bisa ada disana lagi, bukannya tadi sudah pergi?”
“Ponselmu ketinggalan, Ra. Aku berniat mengantarkan ponsel,” jawab Dio.
Almira menghela napas. “Terimakasih sudah membantu saya. Harusnya pak Dio tidak usah memberi Anton uang, dia tidak akan jera. Harusnya dari dulu saya lakukan apa yang disarankan Rhea,”
“Memangnya dia siapa, Ra? Sorry, tidak apa kalau kamu tidak ingin cerita.”
“Anton, dia ayah tiri saya. Kedua orang tua saya sudah berpisah dari saya remaja dan mereka hidup dengan keluarga masing-masing, tapi sayangnya ibu saya menikah dengan pria seperti itu. Saya sudah keluar rumah sejak mereka menikah, tapi dia selalu datang mengancam dan minta uang semenjak tahu kalau saya bekerja di Hanapra.” Almira selesai mengoleskan gel.
“Oleskan lagi nanti sebelum tidur pak,” Almira memberikan salep pada Dio.
Mendengar cerita Almira, entah kenapa Dio meresa terharu. Dio sendiri hidup sebatang kara dari muda, dia tahu benar bagaimana kerasnya hidup dan tinggal sendiri. Dio semakin terpesona pada Almira, perempuan berhijab disampingnya tersebut memang tidak seperti perempuan lainnya.
Dio tersenyum kearah Almira. “*Maukah kamu menjadi istriku, Ra*?” ucapan yang hanya Dio katakan dalam hati, karena dia tahu tidak akan semudah itu Almira luluh. Kali ini sepertinya si playboy sudah menemukan pawangnya, namun tunggu dulu. Dia sepertinya harus berjuang untuk bisa mendapatkan hati Almira.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂