NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Pagi di rumah Kenny biasanya hangat dan tenang. Tapi hari ini, udara terasa berat, seolah ada sesuatu di rumah itu yang menahan napas.

Keyla duduk di meja makan, menggenggam cangkir teh yang sudah dingin. Ia bahkan tidak menyadari bahwa sejak sepuluh menit lalu, ia tidak minum seteguk pun.

Wajahnya pucat. Matanya sembab—hasil dari tangis yang ia sembunyikan sepanjang malam.

Di depannya, ponsel tergeletak. Layar terkunci, tetapi bayangan notifikasi pesan yang ia hapus masih menempel di ingatan:

“Aku tidak menyangka kamu bisa hidup lagi setelah mati.”

Kata itu menusuk jantungnya hingga kini.

Langkah kaki terdengar dari arah tangga.

Keyla buru-buru duduk tegak, menyembunyikan kecemasannya.

Kenny turun sambil memakai jam tangan. Rambutnya sedikit berantakan, menunjukkan bahwa ia baru saja bangun lebih cepat dari biasanya.

Tatapan pria itu langsung tertuju pada Keyla.

“Kamu bangun pagi…” suaranya dalam, penuh tanya.

Keyla memaksakan senyum tipis. “Cuma… susah tidur.”

Kenny berhenti di belakang kursinya, memegang bahunya pelan. “Keyla, kamu yakin tidak apa-apa?”

Keyla menunduk. “Aku hanya lelah.”

Kenny diam cukup lama. Ia tahu jawaban itu tidak jujur. Ia tahu istrinya menyembunyikan sesuatu. Tapi Kenny bukan tipe yang memaksa tanpa bukti. Ia hanya memantau… mengamati.

“Aku antar ke kantor nanti.”

Nada suara Kenny pelan, tapi tidak menerima penolakan.

Keyla mengangguk. “Baik.”

Kenny menatapnya sekali lagi sebelum pergi ke ruang kerja sebentar. Tapi saat pria itu menghilang di balik pintu, Keyla tak bisa menahan getaran di tangannya.

Seseorang tahu siapa dirinya dulu.

Seseorang tahu ia pernah mati.

Seseorang tahu ia bukan lagi wanita yang sama seperti dulu.

Dan orang itu sedang mencarinya.

Kenny berdiri di depan meja kerjanya dengan wajah serius. Ia mengecek email, laporan, dan jadwal meeting—tapi pikirannya tidak ada di sana.

Bayangan Keyla menangis semalam terus mengganggu benaknya.

Ia benci melihat istrinya ketakutan seperti itu. Benci karena tidak tahu apa yang terjadi. Dan benci karena ada seseorang di luar sana yang mungkin menyakitinya.

Ponselnya bergetar.

Pesan dari salah satu bodyguard kepercayaannya.

“Tuan, ada sesuatu yang perlu Anda lihat.”

Kenny mengerutkan dahi dan membuka file yang dikirim.

Sebuah foto.

Diambil dari kamera keamanan luar rumah.

Gambar tidak terlalu jelas, namun terlihat seseorang berdiri cukup jauh dari pagar rumah—mengawasi.

Seorang pria. Postur tinggi. Wajah hampir tidak terlihat.

Foto itu diambil semalam.

Kenny menegang.

Ini bukan kebetulan.

Seseorang memang mengawasi Keyla.

“Persetan…” Kenny mendesis pelan.

Detik itu juga, ia memutuskan—apa pun yang terjadi, ia tidak akan membiarkan istrinya terluka.

Tidak lagi.

Di dalam kamar, Keyla sedang merapikan tas ketika ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku.

Di kaca rias, sebuah benda kecil menempel di sudut bingkai—bulat, hitam, sangat kecil.

Keyla mendekat perlahan, mengangkatnya.

Itu… kamera mini.

Sangat kecil, hampir tidak terlihat, namun jelas bukan milik Kenny. Rumah ini punya sistem keamanan canggih, tetapi tidak ada kamera seperti ini di kamar pribadi.

Tangan Keyla mulai gemetar lagi.

Dia benar-benar diawasi.

“Ya Tuhan…” bisiknya.

Dengan panik ia memeriksa seluruh kamar—belakang vas, bawah meja, belakang tirai, rak buku kecil—dan menemukan dua kamera lagi. Semua kecil. Semua ditempel sangat rapi seolah sudah lama di sana.

Siapa yang cukup berani memasang ini?

Orang yang mengirim pesan?

Reno?

Seseorang dari masa lalu?

Atau… seseorang dari kehidupan barunya?

Keyla meremas rambutnya. Napasnya mulai tersengal.

Jika Kenny tahu—ia akan panik. Atau lebih parah… ia akan curiga. Ia mungkin akan bertanya hal-hal yang tidak bisa Keyla jawab.

Kenny tidak boleh tahu.

Belum.

Dengan cepat, Keyla mengambil semua kamera itu dan menyembunyikannya di laci paling bawah.

Namun saat ia ingin menutup laci, ponselnya berbunyi.

Pesan baru.

Jantungnya langsung mencelos.

Dengan tubuh bergetar, ia membuka layar.

Satu pesan muncul.

“Bagus. Kamu menemukan sebagian dari mereka.”

Keyla hampir menjatuhkan ponselnya.

Sebagian?

Sebagian?!

Ada lebih banyak?

“Tidak… tidak…” bisiknya sambil menutup mulut, menahan isak.

Ia merasakan tubuhnya melemah.

Seseorang sedang mempermainkannya.

Seseorang ingin ia ketakutan.

Seseorang ingin ia merasa tidak aman meski berada di rumah sendiri.

Dan orang itu jelas menikmati semua ini.

Kenny mengetuk pintu kamar. “Keyla? Kamu siap?”

Keyla buru-buru menghapus air matanya dan menutup laci.

“Ya! Sebentar!”

Ia menarik napas beberapa kali, mencoba menenangkan diri, lalu membuka pintu.

Kenny menatapnya. “Kamu kelihatan pucat.”

“Aku hanya… kurang tidur.”

Kenny tidak percaya. Ia tahu ada sesuatu. Tapi memilih diam—untuk saat ini.

“Kalau begitu, ayo.” Kenny memegang tangan Keyla dan menuntunnya ke mobil.

Di perjalanan, suasana mobil sunyi.

Keyla menatap jendela, pikirannya kacau. Sementara Kenny sesekali melihatnya melalui kaca spion dalam, mencoba menguraikan ekspresi istrinya.

“Kamu yakin tidak ada yang ingin kamu ceritakan padaku?” akhirnya Kenny bertanya dengan suara lembut.

Pertanyaan itu menusuk.

Keyla hampir menangis.

Hampir.

“Aku… aku hanya stres pekerjaan,” katanya pelan.

Kenny terdiam.

Ia tahu Keyla bohong.

Ia sangat tahu.

Tetapi Keyla bukan tipe yang berbohong tanpa alasan. Dan Kenny bisa merasakan—apa pun rahasia yang disembunyikan Keyla… itu bukan hal kecil.

“Aku di sini, kamu tahu?” suara Kenny pelan, lebih lembut dari biasanya. “Apa pun yang terjadi, kamu bisa bilang ke aku.”

Keyla menelan ludah.

“Terima kasih,” katanya lirih.

Saat mobil berhenti di depan gedung perusahaan, Kenny tidak langsung keluar.

Ia memegang tangan Keyla.

“Malam ini, aku pulang cepat,” ujarnya. “Aku ingin kita bicara.”

Jantung Keyla berdetak keras.

Bukan yang ia harapkan.

Ia hanya bisa mengangguk.

Kenny mencium dahinya. “Hati-hati, ya?”

Keyla masuk ke gedung dengan langkah lemah.

Namun saat ia membuka ponsel…

Ada foto baru.

Foto dirinya di dalam mobil barusan—diambil dari luar gedung, dari kejauhan, jelas dengan kamera jarak jauh.

Pesan menyusul.

“Kamu tidak pernah sendiri.”

Keyla tersandung ke belakang, hampir jatuh.

Tidak. Ini sudah sangat berbahaya.

Seseorang mengikuti setiap langkahnya.

Seseorang yang tahu dia…

yang dulu mati.

Seseorang yang tahu nama lamanya.

Nama yang seharusnya tidak ada lagi.

Keringat dingin mengalir dari pelipisnya ketika pesan kedua masuk.

“Tenang saja, Keyla.”

Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk memanggilmu dengan nama yang sebenarnya.”

Pesan terakhir membuatnya lututnya lemas.

“Sampai jumpa, DIRA.”

Keyla membeku.

Ponselnya jatuh ke lantai.

Nama itu…

Nama yang hanya dikenal di kehidupan pertamanya.

Nama yang sudah dikubur bersama jasad tubuh lamanya.

DIRA.

Seseorang telah menemukannya.

Dan orang itu sudah sangat dekat.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!