Ye Chen, sang "Kaisar Pedang Langit", pernah berdiri di puncak dunia kultivasi. Pedangnya ditakuti oleh Iblis dan Dewa di Sembilan Langit. Namun, di saat ia mencoba menembus ranah terakhir menuju keabadian, ia dikhianati dan dibunuh oleh saudara angkat serta kekasihnya sendiri demi merebut Kitab Pedang Samsara.
Namun, takdir belum berakhir baginya.
Ye Chen tersentak bangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu. Ia kembali ke tubuhnya saat masih berusia 16 tahun—masa di mana ia dikenal sebagai murid sampah yang tidak berguna di Sekte Pedang Patah.
Sekte Pedang Patah hanyalah sekte kelas tiga yang sedang di ambang kehancuran. Pusaka mereka hilang, teknik mereka tidak lengkap, dan murid-muridnya sering menjadi bulan-bulanan sekte lain.
Tapi kali ini, ada yang berbeda. Di dalam tubuh pemuda 16 tahun itu, bersemayam jiwa seorang Kaisar yang telah hidup ribuan tahun.
Dengan ingatan tentang teknik kultivasi tingkat Dewa yang hilang, lokasi harta karun yang belum ditemukan...........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rikistory33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan di Bawah Bulan dan Hadiah Berdarah
Malam semakin larut di Sekte Pedang Patah, Kabut pegunungan mulai turun, menyelimuti bangunan-bangunan tua dengan selimut putih yang dingin dan misterius.
Di kediaman pribadi Tetua Ketiga, Guo Huai, suasana terasa mencekam. Ruangan itu hanya diterangi oleh satu lilin yang apinya berkedip-kedip tidak wajar, memancarkan warna kehijauan.
Guo Huai duduk di kursi goyangnya, mengetuk-ngetukkan jari kurusnya ke sandaran tangan. Di hadapannya, seorang pria berlutut, dia berpakaian hitam ketat dengan wajah tertutup kain.
"Anak itu... Ye Chen," suara Guo Huai terdengar serak seperti gesekan dua batu kasar. "Lonjakan kekuatannya terlalu tidak wajar. Jika dia dibiarkan tumbuh, Lin Feng (Master Sekte) akan memiliki harapan baru, dan rencana Tuan Besar untuk mengambil alih sekte ini bisa terganggu."
Pria berpakaian hitam itu menunduk hormat. "Tetua, apakah Anda ingin saya melenyapkannya malam ini?"
Guo Huai menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang kuning. "Jangan tinggalkan jejak. Buat seolah-olah dia mengalami Qi Deviation (Penyimpangan Qi) dan meledak karena tidak kuat menahan energi. Orang-orang akan percaya bahwa dia menggunakan obat terlarang untuk lulus ujian tadi pagi."
"Mengerti, Tetua."
"Pergilah. Bawa kepalanya padaku sebelum fajar, tapi hancurkan tubuhnya."
Sosok hitam itu mengangguk, lalu tubuhnya seolah meleleh menjadi bayangan dan menghilang dari ruangan itu tanpa suara sedikitpun.
Guo Huai kembali bersandar, menyesap tehnya. "Sayang sekali, bakat muda yang cerah harus mati dini. Tapi di dunia ini, pohon yang tumbuh paling tinggi selalu ditebang angin paling dulu."
Di Paviliun Murid Inti.
Ye Chen sedang duduk bersila di tempat tidur barunya. Kamar ini jauh lebih mewah daripada gubuk reotnya dulu. Ada kasur empuk, dupa penenang pikiran, dan formasi pengumpul Qi sederhana di lantai.
Namun, mata Ye Chen tidak terpejam. Dia sedang membersihkan pedang berkarat yang dia ambil saat ujian tadi. Dia memutuskan untuk menyimpan pedang rongsokan ini. Besi biasa tidak akan kuat menahan Qi Pedang miliknya yang terlalu tajam, tapi karat di pedang ini entah kenapa bisa menyamarkan aliran energinya.
Tiba-tiba, telinga Ye Chen bergerak sedikit.
Suara jangkrik di luar jendela berhenti mendadak.
Senyum dingin terukir di bibir Ye Chen.
"Cepat sekali\," gumamnya pelan. "Aku baru saja dipromosikan pagi ini\, dan malam ini an*ing-an*ing itu sudah datang menggigit."
Ye Chen tidak panik. Dia perlahan meniup padam lilin di kamarnya, membiarkan kegelapan total menguasai ruangan.
Suuuut...
Jendela kamarnya terbuka sedikit. Sangat pelan, hampir tak terdengar. Sebuah siluet hitam menyelinap masuk, bergerak seperti seringan kapas.
Sosok itu pembunuh suruhan Tetua Ketiga, melihat gundukan di balik selimut tempat tidur. Tanpa ragu, dia mengangkat belati hitam yang berlumuran racun, siap menancapkannya ke posisi jantung.
Jleb!
Belati menembus selimut dan kasur dengan mudah.
Namun, mata si pembunuh membelalak. Tidak ada sensasi menembus daging. terasa Kosong!
"Mencari siapa?"
Suara bisikan itu terdengar tepat di belakang telinganya, sedingin es dari neraka kesembilan.
Si pembunuh tersentak kaget. Reaksinya cepat, dia langsung memutar tubuhnya sambil menyabetkan belati ke belakang.
Sing!
Serangannya hanya membelah udara. Ye Chen sudah tidak ada di sana.
"Siapa kau sebenarnya?!" desis si pembunuh, mundur ke sudut ruangan, matanya liar mencari keberadaan targetnya dalam kegelapan.
"Kau datang ke kamarku untuk membunuhku, tapi bertanya siapa aku?" Suara Ye Chen bergema dari segala arah, memantul di dinding, membuat mustahil melacak posisinya. "Teknik Langkah Bayangan Darah... Kau bukan murid sekte ini, Kau anjing peliharaan Sekte Iblis Darah, kan?"
Tubuh si pembunuh menegang. Identitas rahasianya terbongkar hanya dengan satu gerakan! "Bocah, kau tahu terlalu banyak! Mati!"
Pembunuh itu tidak lagi menyelinap. Dia meledakkan Qi-nya, Tingkat 8 Kondensasi Qi!, dan menerjang ke arah bayangan di dekat lemari.
Tapi Ye Chen, dengan pengalaman tempur ribuan tahun, melihat gerakan musuhnya dalam slow motion.
"Terlalu lambat."
Ye Chen melangkah maju dari kegelapan. Jari telunjuk dan tengahnya menyatu, diselimuti cahaya samar yang nyaris tak terlihat.
Sutra Pedang Nirwana, Bilah Tanpa Wujud.
Ye Chen mengayunkan jarinya secara horizontal. Gerakan yang sederhana, tanpa ada api, tanpa ledakan.
Si pembunuh masih berlari dua langkah ke depan, belatinya terangkat tinggi. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti.
Dia mencoba berteriak, tapi tidak ada suara yang keluar. Dia mencoba bernapas, tapi udara bocor dari lehernya.
Sebuah garis merah tipis muncul perlahan di lehernya. Detik berikutnya, darah menyembur deras. Kepala si pembunuh itu bergeser dari lehernya jatuh dan menggelinding ke lantai dengan suara gedebuk.
Tubuhnya menyusul ambruk sesaat kemudian.
Ye Chen berdiri di sana, jubahnya bersih tanpa noda setetes darah pun. Dia menatap mayat itu dengan tatapan datar, seolah baru saja menginjak kecoa.
"Hanya Tingkat 8? Guo Huai benar-benar meremehkanku," cibir Ye Chen.
Dia berjongkok dan mulai menggeledah mayat itu. Praktis dan efisien. Dia menemukan kantong penyimpanan (storage pouch) kecil.
Ye Chen membukanya dan memeriksa isinya. "Tiga puluh Batu Roh. Botol racun Ular Hijau. Dan..." Ye Chen menarik keluar sebuah token besi hitam dengan ukiran tengkorak merah. "...Token Utusan Sekte Iblis Darah."
Bukti yang kuat. Tapi Ye Chen tahu, jika dia membawa ini ke Master Sekte Lin Feng sekarang, Guo Huai pasti akan menyangkalnya. Guo Huai bisa beralasan bahwa Ye Chen menjebaknya, atau token itu palsu. Kekuatan Ye Chen belum cukup untuk melawan seorang Tetua secara langsung.
"Aku butuh waktu untuk tumbuh," pikir Ye Chen. "Tapi aku juga harus memberi peringatan agar anjing tua itu tidak menggigit sembarangan lagi."
Mata Ye Chen berkilat kejam. Dia mengambil kepala si pembunuh yang terpenggal, membungkusnya dengan kain hitam milik si pembunuh itu sendiri.
"Kau ingin hadiah, Guo Huai? Aku akan memberimu hadiah."
Pagi harinya, Sekte Pedang Patah gempar.
Bukan karena kematian seseorang, tapi karena sebuah "paket" misterius yang ditemukan tergantung di depan pintu gerbang kediaman Tetua Ketiga.
Murid-murid yang lewat berkerumun, berbisik-bisik ngeri melihat bungkusan kain hitam yang meneteskan darah segar.
Guo Huai keluar dari kediamannya dengan wajah masam, terganggu oleh keributan itu. "Ada Apa ribut-ribut ini?! Bubar semua!"
Saat murid-murid menyingkir ketakutan, Guo Huai melihat bungkusan itu. Jantungnya berdegup kencang. Dia mengenali kain itu.
Dengan tangan gemetar menahan amarah, dia menyuruh muridnya pergi, lalu membawa bungkusan itu masuk ke dalam dan membukanya di ruang tertutup.
Kepala utusan kepercayaannya menggelinding keluar, matanya melotot penuh dengan ketakutan.
Di dahi mayat itu, ada secarik kertas yang dipaku dengan jarum. Di kertas itu tertulis satu kalimat singkat dengan tinta darah.
"An*ingmu terlalu lemah. Kirim harimau lain kali, atau jaga lehermu sendiri."
BRAK!
Guo Huai menghantam mejanya hingga hancur berkeping-keping. Wajahnya merah padam karena amarah dan sedikit rasa takut.
"Ye Chen! Bajingan kecil itu!" raung Guo Huai tertahan. "Dia tahu! Dia tahu dan dia berani mengancamku?!"
Ini bukan sekadar pembunuhan. Ini adalah deklarasi perang. Ye Chen memberitahunya, Aku tahu kau pelakunya, dan aku bisa membunuhmu jika aku mau.
Guo Huai menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Dia menyadari satu hal mengerikan, Murid Tingkat 8 yang dia kirim, adalah seorang pembunuh profesional, dan mati tanpa sempat memberikan perlawanan berarti. Tidak ada tanda-tanda pertarungan besar di asrama murid inti.
Itu artinya, Ye Chen membunuhnya dengan mudah.
"Anak itu... monster macam apa dia sebenarnya?" keringat dingin mengalir di punggung Guo Huai. "Aku tidak bisa bertindak gegabah lagi. Sampai aku tahu batas kekuatannya, aku harus menahan diri."
Sementara itu, Ye Chen sedang berjalan santai menuju Aula Misi.
Wajahnya segar, seolah tidur nyenyak semalaman. Dia menyapa beberapa murid yang lewat dengan anggukan kecil, membuat mereka tersipu kagum. Tidak ada yang menyangka pemuda tampan ini baru saja memenggal kepala orang beberapa jam yang lalu.
Tujuan Ye Chen sekarang jelas yaitu Sumber Daya.
Meskipun dia punya teknik dewa, tubuhnya tetap butuh asupan energi yang masif. Batu Roh jatah sekte tidak akan cukup. Dia perlu keluar, berburu monster, mencari tanaman obat, dan mungkin... menjarah beberapa "orang jahat".
Dia sampai di depan papan misi. Banyak misi tertempel di sana.
Mencari Rumput Ekor Kucing (Hadiah: 5 Batu Roh). (Terlalu sedikit). Memburu Babi Hutan Besi (Hadiah: 10 Batu Roh).Buang buang waktu.
Mata Ye Chen berhenti pada sebuah misi berwarna merah di bagian paling atas. Misi tingkat bahaya tinggi yang sudah tertempel di sana selama berbulan-bulan tanpa ada yang berani mengambil.
[Misi Mendesak: Selidiki Hilangnya Penduduk Desa Kabut] Keterangan: Desa Kabut di kaki Gunung Pedang Patah melaporkan hilangnya penduduk secara misterius setiap malam. Diduga ulah Binatang Buas Tingkat 2 atau Kultivator Jahat. Hadiah 200 Batu Roh & 1 Pil Pengumpul Qi Tingkat Menengah.
"Binatang Buas Tingkat 2 setara dengan kultivator Pembentukan Pondasi (Foundation Establishment) awal," gumam murid lain yang berdiri di samping Ye Chen. "Misi itu bunuh diri. Bahkan Murid Inti senior tidak berani mengambilnya sendirian."
Srek!
Ye Chen merobek kertas misi itu tanpa ragu.
Murid di sebelahnya ternganga. "Ye Chen? Kau gila?! Itu misi kematian!"
Ye Chen menoleh dan tersenyum tipis. "Risiko tinggi, hasilnya tinggi. Lagipula..."
Ye Chen teringat sesuatu. Di kehidupan masa lalunya, dia ingat insiden Desa Kabut ini. Itu bukan ulah binatang buas biasa. Di sana tersembunyi sebuah gua rahasia yang berisi Api Inti Bumi (Earth Core Fire), salah satu bahan langka untuk memurnikan tubuh dan senjata.
Di kehidupan lalu, api itu diambil oleh murid sekte lain. Di kehidupan ini, api itu akan menjadi miliknya.
"Aku mengambil misi ini," kata Ye Chen pada tetua penjaga misi.
Tetua itu menggelengkan kepala, menatap Ye Chen seperti melihat orang mati berjalan. "Sayang sekali, bakat baru yang sombong. Baiklah, catat namamu di sini. Jika kau tidak kembali dalam 7 hari, kami akan menganggapmu tewas."
Ye Chen menandatangani namanya dengan goresan tegas.
Saat dia berjalan keluar gerbang sekte, dia merasakan kebebasan. Di luar sana, hukum rimba berlaku lebih kuat. Dan di hutan belantara, Ye Chen sang Kaisar Pedang adalah raja yang sesungguhnya.
"Tunggu aku, dunia. Ye Chen datang."