NovelToon NovelToon
Misteri Obat Kuat di Dompet Suamiku

Misteri Obat Kuat di Dompet Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor jahat / Pelakor / Selingkuh
Popularitas:157
Nilai: 5
Nama Author: Caracaramel

Anton selalu pulang dengan senyum hangat, perhatian yang tak berubah, dan alasan pekerjaan yang terdengar sangat wajar. Terlalu wajar, hingga Nayla tak pernah merasa perlu meragukannya.

Namun ketika satu demi satu kejanggalan kecil muncul, Nayla mulai dihadapkan pada kenyataan pahit. Pengkhianatan tak selalu datang dari sikap yang dingin, melainkan dari kehangatan yang dijaga dengan terlalu rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caracaramel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Aroma roti panggang kembali memenuhi ruangan, ditambah wangi kopi yang baru diseduh. Suasana seperti biasa. Seperti setiap Senin yang sudah bertahun-tahun mereka jalani.

Nayla menuang jus jeruk ke gelas Dea ketika Anton turun dengan kemeja biru muda.

“Pagi,” sapa Anton sambil mencium kepala Nayla.

“Pagi,” jawab Nayla. “Sarapan sudah siap.”

Dea ikut turun sambil membawa tas sekolah. “Pagi semua.”

“Pagi, nona kecil,” Anton mencubit pelan pipinya. “Hari ini ada ujian?”

“Ujian kesabaran,” jawab Dea. “Guru matematikaku bawel banget akhir-akhir ini.”

Anton tertawa. “Kamu aja yang kurang tidur.”

Dea menguap. “Iya juga sih.”

Mereka duduk bertiga. Meja makan terasa seperti titik pusat ketenangan. Suara sendok beradu pelan dengan piring, diselingi tawa kecil.

“Pa,” kata Nayla sambil menuang kopi, berusaha santai, “kamu pulang jam berapa malam ini?”

“Belum tahu,” jawab Anton sambil mengoles selai ke rotinya. “Kayaknya bakal sibuk. Ada rapat investor.”

Nayla mengangguk. “Oke. Tapi kasih kabar ya.”

“Iya sayang,” jawab Anton sambil tersenyum. “Aku selalu kabarin kamu kalau pulang malam.”

Nayla balas tersenyum, walau hatinya menegang sedikit tanpa alasan yang bisa ia pahami.

Kemarin sore, kejadian foto di toko emas itu masih menempel di benaknya seperti noda tipis yang tak bisa hilang meski sudah digosok dengan alasan-logis yang ia bangun sendiri. Namun Nayla berusaha keras tidak menunjukkan apa pun.

Dea mengangkat roti. “Pa, antar aku sekarang? Aku mau ketemu Vina dulu sebelum masuk.”

“Siap.” Anton berdiri, mengambil kunci mobil. “Ayo.”

Nayla mengikuti mereka ke pintu. Anton sempat menatapnya sebentar.

“Kamu kelihatan capek,” katanya lembut.

“Aku baik-baik saja,” jawab Nayla.

Anton mengecup dahinya pelan. “Nanti siang aku telepon kamu.”

Nayla mengangguk. “Hati-hati.”

Mobil melaju keluar halaman. Seperti biasa. Seperti selama ini.

Tapi ada sesuatu yang berbeda hari itu.

Bukan pada Anton. Tapi, pada hati Nayla sendiri.

****

Siang hari, Nayla sedang merapikan rak bumbu di dapur ketika ia menyadari sesuatu, Anton belum menghubungi. Padahal biasanya, pukul sebelas lewat sedikit Anton selalu telepon atau minimal mengirim pesan pendek.

Ia mengecek ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun. Nayla menatap layar ponsel itu lama, sebelum akhirnya memaksa dirinya tersenyum.

Dia sedang rapat. Dia sibuk.

Biasanya juga begitu kalau meeting sama investor. Nayla menutup ponsel. Namun kata-kata Rani dari hari sebelumnya muncul tiba-tiba di kepalanya, seperti kilatan cahaya yang tak diundang.

“Nay, aku lihat seseorang yang mirip Anton. Dia sama seorang perempuan..”

Nayla menggeleng cepat, menepis pikiran itu. “Itu bukan Anton,” gumamnya.

Bu Sari yang sedang mengelap meja menatapnya.

“Mbak Nayla, Mbak yakin sehat? Dari tadi kayak banyak pikiran.”

Nayla tersentak kecil. “Iya Bu Sari, saya cuma kurang tidur.”

“Kalau capek, istirahat saja Mbak. Saya bereskan semuanya.”

Nayla memaksakan senyum. “Iya, Bu Sari. Terima kasih.”

Nayla naik ke kamar dan duduk di ranjang, meremas ujung selimut dengan gelisah.

Jam terus bergerak.

Pukul dua.

Pukul tiga.

Pukul lima sore.

Tidak ada telepon dari Anton. Nayla akhirnya mengirim pesan. Dia tidak sanggup lagi menunggu.

Nayla:

Pa, kamu sudah makan?

Tidak ada balasan.

***

Hingga malam tiba. Dea pulang dengan riang setelah diantar oleh temannya. Dia bercerita banyak hal, menonton drama di ruang tamu, lalu tertidur lebih cepat dari biasanya.

Dan Anton? Dia belum pulang. Dia berjanji akan mengabari Nayla, namun ternyata tidak ada pesan maupun telepon sama sekali dari laki-laki itu. Nayla duduk di ruang tamu sambil memegangi ponselnya, menatap layar kosong. Kekhawatiran merayap perlahan, seperti dingin yang menembus dari bawah pintu.

Anton pasti lembur lagi. Belakangan ini dia memang sibuk sekali. Ponselnya mati juga mungkin biar dia fokus sama pekerjaan.

Nayla mencoba menenangkan diri, tetapi suaranya sendiri terdengar goyah.

Pukul sebelas malam.

Pukul satu dini hari.

Hingga akhirnya, pukul dua lewat sedikit, suara mobil berhenti di depan rumah. Nayla berdiri begitu cepat sampai lututnya gemetar.

Nayla membuka pintu, dan Anton masuk dengan langkah letih. “Maaf, Yang.” katanya sambil melepaskan sepatu. “Aku baru selesai. Benar-benar kacau hari ini.”

Nayla menelan ludah. “Kamu nggak kabarin…”

“Aku kehabisan baterai,” kata Anton sambil mengangkat ponselnya. “Nggak sadar kalau chargerku ketinggalan di kantor cabang.” Nada suaranya lelah, tetapi datar. Seolah tidak menyadari betapa dalam kegelisahan yang telah ia timbulkan.

Nayla berusaha tersenyum. “Kamu sudah makan?”

“Sudah. Meeting disediain makan malam.”

“Baik.” Nayla menunduk. “Kamu pasti capek sekali.”

“Lumayan.” Anton meletakkan tasnya. “Aku mandi dulu, ya.”

“Ya.”

Nayla mengamati punggungnya menghilang ke arah kamar mandi. Jantungnya tidak berdetak normal.

Kepalanya penuh pertanyaan.

Hatinya penuh suara-suara kecil yang berbisik terlalu pelan untuk ia pahami, tetapi terlalu kuat untuk ia abaikan.

Namun, seperti biasa, sebelum tidur Nayla tetap memaksa dirinya percaya. Tidak mungkin Anton berbuat hal buruk.

Tidak mungkin. Dia suamiku yang setia.

Dia laki-laki terbaik yang pernah aku kenal.

Nayla menarik napas panjang dan sambil memejamkan matanya. Namun untuk pertama kalinya, ketenangan yang biasanya datang setiap malam, malam ini tidak benar-benar datang.

***

Nayla masih duduk di tepi ranjang, menunggu Anton keluar dari kamar mandi. Suara air yang jatuh dari shower terdengar lembut, berulang, seperti ritme yang harusnya menenangkan. Tapi bagi Nayla, suara itu justru membuat pikirannya penuh gema.

Ia menatap meja rias, menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Matanya terlihat lebih sayu dibanding pagi hari, bibirnya sedikit pucat. Ia meraih krim malam, tapi tangannya gemetar kecil sebelum berhasil membuka tutupnya.

“Kenapa aku jadi gelisah gini?” bisiknya pada bayangan sendiri.

Bukannya dia tidak percaya pada Anton.

Bukan itu. Hanya saja, satu demi satu hal kecil mulai terasa tidak seperti biasa. Anton semakin sering pulang larut.

Semakin banyak rapat mendadak dan semakin jarang mengabari.

Semua itu wajar, kan? Wajar untuk seseorang yang mengurus perusahaan besar. Tapi, kenapa kenapa rasanya jadi tidak wajar menurutku?

Pintu kamar mandi terbuka. Anton keluar dengan handuk di lehernya. Wajahnya terlihat sangat lelah, seolah seharian berperang dengan dunia.

“Kamu belum tidur?” tanyanya.

Nayla menggeleng. “Nunggu kamu.”

Anton tersenyum kecil. “Maaf ya. Kayak cuma itu yang bisa aku bilang beberapa hari ini.”

Nayla balas tersenyum, meski tidak sepenuhnya sampai ke matanya. “Nggak apa. Kamu pasti capek.”

Anton duduk di sisi ranjang, menunduk sebentar seperti menyusun kata.

“Kamu tahu kan, Nay?” katanya pelan, “Aku melakukan semua ini buat kamu dan Dea.”

Nayla terdiam. Kata-katanya terasa tulus.

Atau Anton memang selalu pandai berbicara dengan cara yang membuat hati tenang.

“Ya,” jawabnya lembut. “Aku tahu, Mas.”

Anton mengusap kepala Nayla sebentar, lalu berbaring. “Besok aku anter Dea lagi. Bangunin aku kalau aku kedengeran terlalu capek.”

Nayla mengangguk. Lampu kamar dipadamkan. Kegelapan menyelimuti mereka. Anton tertidur cukup cepat, napasnya teratur. Namun, di sisinya, Nayla tetap terjaga. Matanya menatap langit-langit yang samar.

Dan untuk pertama kalinya, perempuan itu merasa sedang berbaring di samping seseorang yang ia cintai sepenuh hati,

namun terasa asing di malam itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!