- Lora sadar bahwa hidupnya telah hancur Karena jebakan kenikmatan sesaat yang di berikan oleh papa tirinya.
-
Dia mencoba untuk kembali ke jalan yang benar, tapi sudah terlambat
-
Lora Jatuh Lebih Dalam dan Lora semakin terjebak dalam kehidupan liar dan kehilangan semua yang dicintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Suara hati Lora
0o0__0o0
Ruang Tamu jam 18.30 malam..!
Mereka ber 4 lagi duduk di sofa ruang tengah, Lora duduk nempel sambil memeluk erat pinggang mamanya. Sedangkan Mike duduk di depan sofa bareng dengan sang Papa.
Mereka semua sedari tadi hanya diam mendengar suara gerutuan dari Lora, dia masih tidak terima akan perlakuan buruk Mike tadi sore, yang menerbangkan tubuh Lora sampai jatuh dan berakhir bokongnya sakit sampai sekarang.
"Mama pokoknya Lora tidak mau deket-deket sama cowok burung hantu itu" Ucap sengit Lora sambil melirik sinis ke arah Mike.
"Nama Gue Mike, Bukan burung hantu" Sautnya Dingin.
Namun Lora mengabaikan-nya. "Lora juga tidak mau deket-deket sama Papa lagi. Karena Papa tidak mau membela Lora" Titik tidak pakai Koma. Ucapnya menggebu.
"KE-KANAKAN" Komen singkat Mike dengan wajah datarnya.
"Tuh..kan Ma, Lihat burung hantu itu selain menyeramkan, dia juga menyebalkan" Adunya sebal Sama sang Mama.
Kedua orangtua-nya nampak frustasi menghadapi Lora yang sedang Tantrum itu.
"Sayang, Maafin Papa dong. Papa tidak ada niatan untuk tidak bantuin kamu tadi" Ucap Rico membujuk dengan suara lembutnya.
"No..!" Saut singkat Lora tanpa mau menoleh ke arah Papa'nya.
"Sial, ini semua gara-gara kamu" Guman'nya datar sambil melirik sengit ke arah Mike.
"Buang aja, kalau tidak mau repot" Balasnya dingin. Mike sama sekali tidak peduli sama drama bocah yang Lora buat. Ia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.
Rico menghembuskan nafasnya kasar, Raut wajahnya berubah datar, dia menatap Putra tegas.
"Minta maaf sama Lora" Titahnya tegas.
"Tidak" Sautnya singkat dengan dingin.
"Ma, pokoknya Lora tidak mau tinggal di sini lagi titik. Lora mau ngekos aja. Mulai besok lora akan tinggal sendiri" Ucapnya menggebu.
"Lora, stop bertingkah kekanakan" Sentak Mama Maya tanpa sadar membentak putrinya.
Seketika ruangan itu jadi hening, Lora langsung menarik dirinya dari pelukan sang Mama. Ia menatap Mama dengan melotot.
Terkejut ? Sudah pasti iya jawaban-nya. Ini Pertama kalinya Lora di bentak oleh Mama.
"Stop ke Kanakan ?" Ulang Lora lirih. Dia berdiri dari duduknya, menatap wajah Mama'nya dengan tatapan kecewa.
Lora mulai tersulut emosi sampai dia bicara dengan nada tinggi "Lora kenakan karena selama ini Mama over protektif sama Lora".
"Mama tidak pernah membiarkan Lora bermain dan bergaul. Mama hanya terus mengurung Lora di dalam Rumah untuk belajar dan terus belajar".
"Aku tidak pernah memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan ku sendiri, Karena Mama selalu mengatur segalanya".
"Aku bukan anak kecil lagi, Aku sudah dewasa, dan Aku ingin belajar menentukan pilihan aku sendiri tanpa harus di DIKTE oleh Mama".
Lora berhenti sejenak, Dia menarik nafas dalam. Air matanya mengalir deras membasahi wajah.
Lora berbicara lagi dengan suara rendah. "Di usia aku yang menginjak 17 tahun, Aku bahkan tidak pernah tau dunia luar yang sesungguhnya itu seperti apa ?"
"Apa seperti yang selama ini aku pikirkan ? Atau lebih buruk dari yang aku bayangkan. Lora bahkan tidak mengetahui itu semua"
"Dan sekarang Lora yang seperti ini, hasil dari bentukan Mama selama ini. Dan Ini masih harus jadi salah Lora juga ?"
"Apa Mama tidak pernah berfikir sekali saja"
"Apa ini baik untuk Lora ?"
"Apa ini cukup untuk Lora ?"
"Apa ini sesuai dengan kemauan Lora ?"
"Yang selalu Mama pikirkan, Hanya harus sesuai dengan kemauan dan keinginan Mama saja. Tidak pernah sekalipun sesuai kemauan Lora".
Dada Lora bergemuruh sesak Sampai akhirnya dia berteriak dengan suara keras "TIDAK PERNAH DAN TIDAK AKAN PERNAH" Ungkapnya.
"Pernah tidak Mama berfikir seperti itu ? Sekali lagi Lora tanya, PERNAH Tidak MAMA BERFIKIR SEPERTI ITU ?" Bentak Lora dengan suara keras.
Dadanya terasa sesak, rasa kecewa dan sakit hati menumpuk jadi satu Dan itulah yang saat ini Lora rasakan.
Lora meluapkan semua rasa yang selama ini dia pendam, Sampai akhirnya meledak.
Hening..!
Seketika semua orang di ruangan itu membeku di tempatnya. Bahkan para pelayan sudah meneteskan air matanya, seakan mereka bisa merasakan kesedihan Lora.
Maya ? Jangan di tanya, Dia bahkan terdiam syok dengan air mata mengalir deras membasahi wajahnya. Ucapan Lora berputar-putar bak kaset rusak di dalam otaknya.
"Apa selama ini aku salah ? Apa aku sudah gagal jadi ibu yang baik untuk Lora ? " Ucapnya membantin.
Tangan Maya terkepal kuat dengan gemetar. Dia ingin memeluk putrinya, Namun dia merasa tidak layak.
Maya bahkan tidak berani mengangkat wajahnya, hanya untuk sekedar melihat wajah sedih putrinya.
Anak yang selama ini dia jaga dan rawat sepenuh hati. Hari ini, Dia harus menyaksikan putri terluka oleh perbuatan-nya.
Rico ? Wajahnya nampak datar dan dingin berkali-kali lipat, kedua tangannya bahkan terkepal kuat di atas pahanya. Ia ingin berdiri dan memeluk Lora, Namun dia tahan sekuat tenaga.
Rico membiarkan Lora mengungkap kan semua isi hatinya yang selama ini Lora pendam. Dia membiarkan Lora meluapkan semua'nya hari ini.
Mike ? mungkin dia merasa sedikit bersalah, Namun siap yang tau ? Wajah datar'nya sulit untuk di tebak.
Tidak ada yang buka suara, Mereka semua diam dan bungkam di tempat. Di ruangan itu hanya terdengar suara nafas Lora yang memburu cepat naik-turun. Di tambah dengan suara dentingan jarum jam sebagai musiknya.
Kini raut wajah Lora berubah Datar, sorot matanya menajam. Entah menguap kemana wajah polos dan tatapan mata teduhnya.
Lora melanjutkan mengungkap isi hatinya. Namun kali ini lebih tenang, hanya saja nada bicaranya berubah dingin.
"Mama..! Aku capek dengan semua larangan Mu"
"Aku capek dengan semua pertanyaan Mu yang tidak perlu"
"Aku capek dengan semua kekhawatiranmu yang berlebihan"
"Aku ingin mencoba belajar melangkah sendiri, Mama"
"Aku ingin memiliki teman yang banyak. Aku ingin pergi ke pesta. Aku ingin merasakan kebebasan, layaknya anak remaja pada umumnya"
"Selama ini Aku selalu merasa seperti di penjara, oleh Mama. Aku tidak bisa melakukan apa pun yang aku inginkan"
"Aku harus selalu meminta izin, Aku harus selalu menjelaskan. Aku merasa seperti anak kecil yang tidak bisa dipercaya"
"Aku ingin Mama percaya padaku sekali saja. Aku ingin Mama melihat bahwa aku sekarang sudah dewasa".
"Aku ingin Mama memberiku kebebasan sekali saja untuk menentukan pilihan Ku sendiri"
"Lora sangat menyayangi dan mencintai Mama sepenuh jiwa raga Lora. Karena Lora sadar akan semua kerja keras dan perjuangan Mama, Untuk selalu memberikan Lora kehidupan yang layak"
"Thank You Mom, Mungkin kata-kata itu tidak akan pernah cukup untuk membalas semua kebaikan, pengorbanan dan kasih sayang yang sedari kecil sampai lora usia 17 tahun Mama selalu kasih untuk Lora".
"Maka dari itu, Selama ini Lora memilih diam, tidak berontak walaupun Lora ingin. Karena Lora sadar, Membesarkan Lora sendirian itu juga tidak gampang buat Mama".
"Lora selama ini rela jadi Lora Versi Mama, Yang selalu membuat Mama merasa tenang dan nyaman. Tapi tidak untuk Lora".
"Aku masih bisa terima. Namun sampai kapan, Lora akan jadi seperti ini, Ma ?"
"Selama ini Lora selalu diam, Lora selalu menunggu, Lora selalu berharap, Suatu saat nanti Mama akan sadar dan berubah"
"Namun, nyatanya apa...? Mama tetap sama"
"Aku merasa bahwa Mama tidak akan pernah bisa mendengarkan aku"
"Mama tidak akan pernah mau memahami apa yang aku mau. Dan Sekarang cukup sampai disini"
"Mama, Batas kesabaran Lora sudah habis''. Lora menghapus air matanya, Dia merasa dadanya Plong Setelah mengeluarkan semua unek-unek yang dia pendam selama ini.
Lora memutar tubuhnya ke arah depan, Lora mengabaikan Mama yang hanya diam dalam tangisnya.
Kini tatapan matanya mengarah ke Papa Tirinya.
"Jaga Mama, Lora Pergi dan Jagan coba-coba cari Lora". Ucapnya Dingin.
Lora langsung lari keluar dari mansion dengan sangat cepat. Meninggalkan semua orang yang masih membeku di tempatnya masing-masing.
0o0__0o0
Note : "Over protektif bukanlah Cinta, Melainkan kelemahan orang tua, yang terlalu takut melepaskan sayap Anaknya untuk terbang sendiri".