Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Stp 17
Hugo memilih spot yang cantik di kafe Star untuk menunggu Hiera. Sesekali dia melihat jam di pergelangan tangannya, sesekali tatapannya beralih pada pintu masuk kafe itu.
Suasana kafe itu terlihat tenang dan artistik, hanya ada beberapa pengunjung terlihat di sana, itu karena tidak semua orang bisa masuk ke kafe Star, hanya orang orang berduit tebal yang bisa nongkrong di sana. Selain menu menu makanannya yang enak, kafe Star juga terkenal dengan tempatnya yang berdesain romantis, hingga sangat disukai muda mudi.
Hugo duduk dengan gelisah, sudah setengah jam dia menunggu, tapi gadis yang ditunggunya belum juga datang.
Dari arah pintu masuk, seorang gadis tampak terburu buru memasuki kafe itu. Penampilannya yang memukau membuat para pengunjung kafe tak bisa mengalihkan pandangan padanya.
Hugo tercekat, buru buru ia berdiri dan melambai tangannya pada gadis yang tengah jadi pusat perhatian itu.
Hugo menahan nafas saat gadis itu mendekatinya. Hiera terlihat begitu beda malam ini. Dia sangat memukau.
Hiera menggunakan midi dress biru elektrik dengan kerah Sabrina yang mengekspos leher jenjangnya. Warna pakaiannya begitu matching dengan iris mata biru samudera milik gadis itu. Surai sekelam malamnya dibiarkan tergerai indah. Bibir Semerah ceri berpadu dengan sapuan make up natural sungguh membuat wajah gadis itu terlihat luar biasa. Penampilan Hiera begitu anggun,manis dan elegan.
Hugo memandang takjub gadis yang berdiri di depannya itu, seakan pesona gadis itu tak ada habisnya.
"Boleh kah aku duduk?"
Suara merdu menelusup Indra pendengaran Hugo, membuat pria itu tersadar dari keterpanaanya.
"Oh maaf," ucap Hugo sedikit gugup dan salah tingkah, "ayolah Hugo! Kau itu pria sejuta pesona incaran para wanita, kenapa jadi mendadak bego begini". Rutuk hatinya, sambil menarik kursi dan mempersilakan Hiera untuk Duduk.
Mereka duduk berhadapan pada meja persegi itu. Sebuah vas bunga indah dengan bunga mawar putih dan anggrek putih menghiasi meja itu.
Hugo tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari paras jelita di hadapannya. Berkali kali dia menelan ludah saat matanya membentur bibir Semerah ceri itu, sepertinya sangat manis untuk digigit.
Dipandangi seperti itu oleh Hugo, Hiera merasa jengah dan Risih. Dia tampak tidak nyaman.
Seorang pelayan datang menghampiri memberikan sebuah buku menu.
"Kamu mau pesan apa?" Suara Hugo memecah kekakuan diantara mereka.
"Terserah Tuan Hugo Saja..". Cicit Hiera.
Hugo tersenyum, "saya pesan Gindara steak with lemon sauce.."
"Maaf tuan, stock ikan gindara kami sedang kosong." Potong pelayan itu sopan.
"Salmon aja kalau git..,"
"Maaf, juga kosong tuan".
Hugo terlihat mengernyitkan keningnya halus.
"Ikan tuna, dori, tenggiri?"
"Maaf tuan , olahan laut sedang benar benar kosong, kami sudah lama tidak mendapat kiriman ikan laut dari pemasok." Terang pelayan itu.
Hugo mendesah kecewa. Dia itu paling suka makan olahan sea food.
Sementara Hiera tertegun mendengar keterangan pelayan itu. Dia jadi teringan percakapan nelayan waktu di pantai yang pada kesulitan mendapatkan ikan di laut. "Apakah benar laut sedang sekarat?" Batin gadis itu.
"Olahan sea food yang lain juga kosong?" Tanya Hugo pada pelayan itu.
Pelayan itu menganggukkan kepala, "maaf atas ketidak nyamanan nya tuan".
"CK, sayang sekali. Padahal Cafe Star ini terkenal dengan olahan seafood nya lezat." Ucap Hugo sambil membolak- balikan buku menu.
"Bagaimana dengan Wagyu steak, apa kamu mau Hiera?" Tanya Hugo sambil memandang wajah Hiera.
Hiera tergagap, pikirannya sedang sibuk tadi, "eh, oh ya, terserah tuan Hugo saja".
Hugo segera menyebutkan pesanannya, pelayan sibuk mencatat.
Setelah pelayan berlalu, Hugo kembali memandang wajah jelita yang duduk di depannya itu. Namun wajah Hiera tampak sedang banyak pikiran.
"Ada apa? Kau ada masalah?" Selidik Hugo.
"Tidak ada apa apa..," jawab Hiera sedikit gugup. Tidak mungkin dia mengungkapkan kegalauan hatinya pada Hugo.
"Eh kau punya nomor ponsel?"
Hiera mengangguk dengan cepat.
"Aku boleh minta ya, Besok aku akan pergi ke luar negeri selama beberapa hari. Selama di sana aku ingin tetap terhubung dengan mu". Hugo mengeluarkan ponselnya, dan gadis itu pun menyebutkan nomor Kontaknya yang baru ia miliki tadi siang.
Pelayan datang membawa aneka hidangan dan minuman yang dipesan. Hugo langsung membayar bill cafe itu dengan uang cash dan sedikit uang tip untuk pelayan.
Mereka pun terlihat menikmati hidangan, dan sesekali terlihat bercengkrama.
Menurut penilaian Hiera, Hugo adalah pribadi yang supel dan hangat. Dia merasa nyaman ngobrol dengan Hugo.
Pandangan mata Hiera tiba tiba bersiborok dengan tatapan mata seorang laki laki yang menggandeng mesra seorang wanita menor dengan pakaian kurang bahan.Mereka baru saja masuk ke cafe itu.
Mark!
Gadis itu menatap sendu ke arah Mark, laki laki yang telah menorehkan luka yang teramat dalam di hatinya.
Hiera tersenyum miris, wanita dalam dekapan Mark bukan saudara tirinya, Hanna. Laki laki itu memang tak pantas dicintai.
Sementara mata Mark membelalak lebar menatap Hiera tak percaya. Dia memang telah mendapat kabar dari Hanna bahwa Hiera masih hidup, dan dia telah kembali. Tapi Mark tak menyangka bisa bertemu gadis itu di tempat ini.
Juga, Kenapa Hiera terlihat sangat berbeda? Jadi begitu Cantik dan bertubuh aduhai.
Benarkah dia Hiera? Kenapa gadis itu berubah drastis, dia jadi sangat mempesona. Wajahnya teramat cantik dan menggairahkan.
Tapi tunggu? Siapa laki laki yang sedang makan bersamanya? Tiba tiba hati Mark diliputi rasa cemburu. Biar bagaimana pun Hiera masih kekasihnya, setidaknya itu yang ada dipikirkan nya. mereka belum menyatakan putus hubungan! "Gadis itu milikku!" Umpat hati Mark dengan arogan.
Mark melepaskan tangannya dari pundak wanita yang dibawanya. Dan dengan langkah lebar menghampiri tempat Hiera berada.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Bentak Mark sambil menarik tangan Hiera hingga gadis itu tersentak berdiri.
Mark menatap wajah Hiera penuh intimidasi. Setahu Mark, Hiera adalah wanita yang lemah, dia pasti takut dan menurut padanya, biar bagaimana pun dia masih kekasihnya.
"Bukan urusanmu!" Hardik Hiera dengan nada ketus sambil menampik tangan Mark.
"Jadi urusanku, sebab kau kekasihku!" Bentak Mark penuh percaya diri. Dia yakin Hiera masih sangat mencintainya.
Hiera tertawa sinis, "Sejak kau tidur dengan saudara tiri ku, kau bukan kekasihku lagi, Mark!" Ucap Hiera penuh penekanan.
"Maafkan aku Hiera, itu bukan kesalahanku. Hanna lah yang menggodaku."
Hugo memperhatikan dengan seksama kedua manusia yang sedang cekcok di depannya itu.
"Sekarang kamu harus ikut aku!" Paksa Mark sambil menarik paksa tangan Hiera.
"Lepas!" Hardik gadis itu sambil berusaha melepaskan tangannya. Namun cengkraman Mark makin erat di tangannya.
"Lepaskan dia!" Perintah Hugo pelan tapi penuh penekanan.
"Siapa kau? Jangan ikut Campur!" Bentak Mark.
Hugo berdiri kemudian menghampiri Mark dengan tatapan membunuh. "Dia kekasihku!"
Ucapan Hugo sontak membuat Hiera kaget. Dia tak menyangka Hugo bisa berkata seperti itu di hadapan Mark.
Mark serta Merta menarik kerah pakaian Hugo, rahangnya mengeras dengan tatapan bengis ke wajah Hugo.
"Hiera wanitaku!" Berani kau menggodanya, ku habisi kamu!" Ancam Mark.
"Laki laki tak perlu banyak kata,, "
"BUKK!" Tak banyak kata Hugo langsung melayangkan tinjunya pada wajah Mark, membuat tubuh laki laki itu terhuyung ke belakang.
Hugo akan kembali menyerang Mark, namun Hiera segera menghalangi.
"Tuan Hugo cukup! Kita jangan membuat keributan di sini, malu dilihat orang." Hiera berucap sambil memegang lengan Hugo.
"Kau Mark, dengarkan aku sekali lagi, aku bukan kekasihmu lagi! Sejak mengetahui pengkhianatan mu, sejak itu pula rasaku sudah hilang untukmu!" Ucap Hiera tegas. Kemudian gadis itu menarik tangan Hugo untuk keluar dari tempat itu.
***
Mobil Hugo berhenti di depan gerbang rumah Hiera.
"Terimakasih untuk tumpangan dan jamuan makan malamnya". Ucap Hiera sambil menganggukkan kepalanya. Dia hendak beranjak keluar dari mobil Hugo, tapi tangan kokoh itu mencegahnya.
Higi menarik tangan Hiera, kemudian menggenggamnya hangat.
"Tunggu.., tunggu sebentar saja". Lembut suara Hugo memohon.
Hati Hiera berdebar kencang, wajahnya tertunduk dalam, tak kuasa melihat pahatan wajah tampan di hadapannya.
"Hiera, aku mencintaimu..," Bisik Hugo lirih di telinga Hiera membuat obsidian sebiru samudera itu membelalak tak percaya.
Perlahan tangan Hugo membelai Surai halus sekelam malam milik Hiera. Pandangan mereka saling menumbuk, menghadirkan debaran debaran aneh di hati keduanya.
Hugi menelan ludahnya, tak tahan memandang bibir Semerah ceri milik gadis itu. Laki laki itu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Hiera, membuat tubuh sang gadis gemetaran. Tubuhnya sedikit beringsut menjaga jarak, dadanya bergelombang karena nafas yang tiba tiba sesak.
Jujur saja, Hiera belum pernah bersentuhan se intim ini dengan laki laki. Mark sebagai pacarnya bahkan belum pernah mencium Hiera.
Hiera semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Semerah ceri itu, bibir yang selalu ingin ia lahap jika memandangnya. Nafas Hugo yang hangat menyapu wajah gadis itu.
Tubuh Hiera semakin bergetar hebat, dadanya meletup letup, nafasnya kian memburu..,
"Ttt, Tuan Hugo!" Sentak Hiera tersadar dari buaian yang memabukkan itu. Dia buru buru menjauhkan wajahnya yang sudah Semerah udang rebus dari wajah pria itu.
Hugo menghela nafas kecewa. Ternyata sangat sulit untuk menggapai hati gadis di depannya ini.
"Maaf tuan, saya permisi dulu..."
Hugo membiarkan Hiera keluar dari mobilnya. Dia masih menelan kekecewaan pada gadis yang kini telah hilang di balik pintu gerbang rumahnya itu.
"Aku akan meluluhkan hatimu Hiera. Kau hanya milikku, milikku!" Gumam laki laki itu. Kemudian dia melajukan mobilnya,meninggalkan tempat itu.
Sementara itu di balik pintu gerbang, obsidian sebiru samudera itu mengintip di balik pintu gerbang, memandang sendu pada mobil Hugo, sampai mobil itu tak kelihatan lagi.
"Maafkan aku tuan Hugo, aku belum sanggup membuka kembali hati ini". Bisiknya lirih.
***